Universitas Sumatera Utara
manusia yang kompeten kewajiban anak adalah merespons dengan sesuai terhadapa inisiatif dari orang tua dan mempertahankan hubungan positif dengan orang tua. Karena itu,
kehangatan dan tanggung jawab dalam kewajiban mutual dari hubungan orang tua dan anak adalah dasar penting terhadap pertumbuhan moral positif pada anak.
Dalam kualitas hubungan, kelekatan attachment yang aman secure memainkan peranan yang penting dalam perkembangan moral anak. Kelekatan yang aman dapat
menempatkan anak dalam perkembangan moral anak. Kelekatan yang aman dapat menempatkan anak dalam jalur positif untuk menginternalisasi tujuan sosialisasi dari orang
tua dan juga nilai-nilai keluarga Waters dkk,1990. Dalam sebuah penelitian attchment yang aman pada masa bayi terkait dengan perkembangan nurani awal Laible Thompson,2000.
Dan dalam penelitian longitudinal terbaru, kelekatan yang aman pada usia 14 bulan berfungsi sebagai perintis keterkaitan antara pola asuh positif dan nurani anak pada masa kanak-kanak
awal Kochanska dkk,2004.
1.5.2 Hubungan Komunikasi Antarpribadi dengan Konsep Diri Anak
Dalam kaitannya untuk mengenali diri sendiri dan orang lain, komunikasi antarpribadi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang. Terkait dengan
pembentuknya, konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi dan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri. Konsep diri individu terbentuk melalui
imajinasi individu tentang respon yang diberikan oleh orang lain melalui proses komunikasi. Bila konsep diri seseorang positif, maka individu akan cenderung mengembangkan sikap-
sikap positif mengenai dirinya sendiri, seperti rasa percaya diri yang baik serta kemampuan untuk melihat dan menilai diri sendiri secara positif. Individu dengan konsep diri positif
cenderung akan menimbulkan tingkah laku yang baik terhadap lingkungan sosialnya. Sebaliknya bila seseorang memiliki konsep diri yang negatif, maka individu tersebut
41
Universitas Sumatera Utara
cenderung akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri, merasa ragu, dan kurang percaya diri. Individu dengan konsep diri yang negatif akan mengalami kesulitan
dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosial.
1.5.3 Hubungan Orang Tua dalam Pembentukan Konsep Diri Anak
Menurut Jalaluddin Rakhmat, semua psikolog humanistik sepakat bahwa dorongan berpengaruh pada pembentuk self-esteem ini. menurut Sulivan, dalan Schizophrenia as
aHuman Process 1962, konsep diri selalu mencerminkan penilaian significant others. Disinilah orang-orang yang dekat secara emosional dengan kita turut berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri kita. Mereka adalah guru, kawan, saudara dan terutama sekali orangtua.
Khusus mengenai peran orangtua dalam membangun konsep diri anak, penemuan Coopersmith mencatat 3 ciri penting perilaku orangtua terhadap anaknya.
1. Pertama, orangtua mengkomunikasikan dengan jelas penerimaan mereka terhadap
anak-anaknya. Anak-anak tahu bahwa mereka bagian dari keluarga yang dihargai dan diperhatikan.
2. Kedua, orangtua memberikan kebebasan, tetapi menunjukkan dengan jelas batas-batas
kebebasan itu. 3.
Ketiga, orangtua menghormati individualitas anak. Mereka menerima perbedaan keunikan anak-anaknya dalam batas-batas struktur yang jelas. Orangtua mengahrgai
bukan hanya anak yang kecerdasan matematis, tetapi juga anak yang punya kecerdasan visual atau musikal.
Orangtua anak-anak yang memiliki self-esteem percaya diri positif cenderung menunjukkan harga diri yang tinggi juga. Anak-anak belajar dari mereka cara menghadapi
42
Universitas Sumatera Utara
kesulitan dan tantangan. Mereka membuka diri terhadap penilaian anak-anaknya, menjelaskan kelebihan dan kekurangan mereka secara rasional. Pada gilirannya, anak-anak
mereka juga diberi peluang untuk membela diri dan mengemukakan pendiriannya. Coopersmith menemukan bahwa anak yang self-esteem nya tinggi “mampu berbeda dengan
lingkungannya”. Tidak gampang ikut arus, oleh karena itu cenderung lebih kreatif. Lebih jauh, beberapa kiat praktis berikut bisa ditempuh orangtua untuk
mengembangkan konsep diri sang anak : 1.
Kembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini ditandai 5 hal : Keterbukaan, empati, supportivitas, berpikir positif, dan persamaan.
2. Tunjukkanlah penghargaan secara terbuka. Hindari kritik, kalau terpaksa, kristik itu
harus disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus ditunjang dengan argumentasi yang rasional.
3. Latihlah anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Orang tua harus membiasakan”
bernegoisasi” dengan anak-anaknya tentang ekspetasi perilaku dari kedua belah pihak. 4.
Ketahuilah, walaupun saran-saran disini berkaitan dengan pengembangan harga diri, semuanya mempunyai kaitan erat dengan pengembangan intelektual. Proses belajar
bisa efektif dalam lingkungan yang menghargai self-esteem. Hanya apabila harga diri anak-anak dihargai, potensi intelektual dan kemandirian mereka dapat
dikembangakan. Mengembangksn Kecerdasan Spiritual Anak Sejak Dini
II.6 Teori Dialektika Relasional