Pola Makan Pembahasan 1 Karakteristik Responden

nilai 3. Hasil ini bertentangan dengan penelitian Sauvaget 2003 menyatakan bahwa konsumsi sayuran hijau-kuning tiap hari dikaitkan dengan penurunan resiko kematian akibat semua jenis stroke yang signifikan sebanyak 26,0 dalam pada pria dan wanita dibandingkan dengan konsumsi sekali atau kurang per minggu. Tambahan pula, konsumsi buah-buahan tiap hari mengurangi resiko stroke secara signifikasi pada laki-laki 35,0 dan perempuan 25 dan hasil didapati sama untuk kedua perdarahan intraserebral dan infark serebral. Juga berbeda dalam penelitian Joshipura J.K. 1999 menyatakan bahwa responden yang berada dalam kuintil tertinggi untuk konsumsi buah-buahan dan sayuran memiliki resiko relatif lebih rendah 0.69 dibanding dengan responden dalam kuintil terendah. Resiko kejadian stroke iskemik berkurang sebanyak 6,0 dengan peningkatan 1 porsi buah-buahan atau sayur per hari p = 0.01. Menurut peneliti, hal ini terjadi karena dalam penelitian ini tidak ditelusuri tentang pola makan sayuran dan buahan secara terperinci kepada pasien, misalnya porsi sayuran dan buahan atau jenis syuran dan buahan yang dikonsumsi. Kebiasaan kopi yang diminum hanya dijumpai 37 orang 37,0 dimana 57 orang 57,0 tidak minum kopi. Kafein yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, kadar kolesterol total dan kolesterol LDL dalam darah dimana akan berlaku proses aterosklerosis melalui pembentukan plak pada saluran atau lumen pembuluh darah. Dalam penelitian Lopez-Garcia E. 2009 menganalisis data dari kohort prospektif dalam Nurse’s Health Study sebanyak 83.076 wanita dimana mereka yang minum 2-3 cangkir per hari memiliki 19 penurunan resiko stroke manakala wanita yang minum = 4 kopi per hari memiliki resiko 20 lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak minum kopi p=0.003. Selain itu, dalam penelitian O’Keefe J.H. 2013 mendapat bahwa 1-3 cangkir kopi berkait dengan penurunan resiko stroke p 0,001. Evaluasi resiko stroke pada populasi umum yang mengkonsumsi 3-6 cangkir kopi per hari menunjukkan penurunan yang signifikan p = 0,003. Sebaliknya, konsumsi kopi 6 per hari tidak ada hubungan dengan resiko kejadian stroke p = 0,97.

5.2.3. Merokok

Hasil penelitian mengenai status merokok dijumpai responden yang merokok sebanyak 59 orang 59,0 dan tidak merokok sebanyak 29 orang 29,0. Dalam hasil penelitian ini, uji statistik chi-square yang didapati adalah p = 0,046. Hal ini bersokong dengan penelitian yang dilakukan oleh Paul S.L. 2004 bahwa US Physician’s Health Study ditemukan resiko stroke iskemik adalah 2 kali lipat meningkat pada perokok aktif. Peserta yang merokok 20 batang per hari ditemukan memiliki peningkatan 1,6 kali lipat resiko stroke iskemik dan yang merokok ≥ 20 batang per hari meningkat 2,25 bila dibandingkan dengan yang tidak merokok. Terdapat hubungan dosis-respons antara jumlah rokok yang dihisap setiap hari dengan kejadian perdarahan subarakhnoid p 0,0004. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Love B.B. 1990 dimana jumlah rokok yang dihisap setiap hari terdapat faktor resiko yang signifikan p = 0,028 untuk infark serebral dan resiko sebanyak 1.014 meningkat untuk setiap batang rokok. Selain itu, hasil penelitian ini terdapat 31 orang 31,0 perokok berat dan 10 orang 10,0 perokok ringan. Dalam penelitian Aldoori M.I 1998 dinyatakan bahwa perokok berat 20 batanghari memiliki resiko relatif untuk total non-fatal stroke 2.71 dan fatal stroke 1.46 p 0,05.

5.2.3. Konsumsi alkohol

Dalam hasil peneitian konsumsi alkohol dijumpai sebanyak 93 orang 93,0 berada dalam tingkat low risk diikuti tingkat harmful sebanyak 3 orang 3,0 dan tingkat almost certain dependent sebanyak 3 orang 3,0. Dalam hasil penelitian ini, uji statistik chi-square yang didapati adalah p = 0.337, berarti tiada hubungan yang signifikan antara konsumsi alkohol dan kejadian stroke. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhang C. 2014, dimana konsumsi alkohol yang rendah dikaitkan dengan penurunan resiko total stroke p =0,005, tetapi secara signifikan tidak mempengaruhi stroke hemoragik. Konsumsi alkohol yang berat dikaitkan dengan peningkatan resiko total stroke p =0,034, tetapi tidak mempengaruhi kejadian stroke iskemik, stroke hemoragik, dan mortalitas stroke. Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik yang diamati antara konsumsi alkohol dan stroke hemoragik. Hasil dalam penelitian Berger 1999 menunjukkan bahwa ada penurunan yang signifikan pada resiko total stroke 21,0 dan stroke iskemik 23,0 pada responden yang mengkonsumsi alkohol ≥ 1 atau lebih per minggu. Paparan jangka panjang terhadap alkohol dapat meningkatkan resiko kerusakan pada saluran pencernaan, jantung, sistem imun, saraf, dan lain-lain. Perbedaan hasil ini dengan peneliti dapat karena perbedaan metode yang dipakai. Hal ini terjadi karena wawancara dilakukan dengan alloanamnesis, sehingga terdapat ketidakakuratan dalam menjawab kuesioner mengenai konsumsi alkohol.

5.2.4. Aktifitas fisik

Dalam hasil penelitian ini dijumpai responden terbanyak berada dalam tingkat aktifitas sedang sebanyak 56 orang 56,0 diikuti dengan aktifitas ringan sebanyak 29 orang 29,0 dan terendah pada tingkat aktifitas berat sebanyak 12 orang 12,0. Uji statistik chi-square yang didapati untuk hubungan aktifitas fisik dengan kejadian stroke adalah p = 0,022. Dari hasil penelitian Lee C.D 2003 menjumpai bahwa resiko kejadian stroke atau kematian menurun sebanyak 27 untuk individu yang beraktifitas berat dibandingkan dengan individu yang beraktifitas rendah dalam gabungan studi kohort dan kasus kontrol p 0.001. Disimpulkan oleh Lee C.D. bahwa individu yang beraktifitas sedang dan berat dapat mengurangi resiko kejadian stroke total, iskemik dan juga hemoragik. Pada penelitian Honolulu Heart Program oleh Abbott R.D 1994 dijumpai bahwa pria yang tidak beraktifitas fisik dan partial aktifitas fisik mengalami 3-4 kali lipat kejadian stroke hemoragik dibandingkan dengan laki-laki yang beraktifitas aktif p 0,01.