Faktor Resiko Stroke Hubungan Gaya Hidup Sebagai Faktor Risiko Kejadian Stroke Di Rsup Haji Adam Malik Medan Tahun 2014

c Ras Ras Amerika afrika memiliki dua kali stroke dibanding dengan ras Caucasians karena ras Amerika afrika memiliki resiko kejadian hipertensi, diabetes mellitus dan obesitas. d Faktor Keturunan Dalam Framingham Heart Study FHS, kejadian stroke iskemik pada orang tua pada berusia 65 tahun berkaitkan dengan peningkatan 3 kali lipat dalam resiko stroke iskemik pada keturunannya, walaupun telah melakukan penyesuaian untuk faktor resiko stroke lain. e Gen Menurut Sharma P. 2013, gene yang dijumpai pada pasien stroke adalah HDAC9, PITX2, CDKN2AB, NINJ2, ZFHX3, AGTRL1, CELSR1, PDE4D, ALOX5AP, PRKCH dan rs556621. Dari data Genome-wide Association Study GWAS dari journal Stroke Genetic 2011, sejumlah besar gangguan monogenik yang jarang dapat menyebabkan stroke. Antara gen tunggal yang terjadi modifikasi adalah: a NOTCH3 Neurogenic locus notch homolog protein 3 b HTRA1HtrA serine peptidase 1 c COL41 gene encoding type IV collagen alpha 1 chain d TREX1Three prime repair exonuclease 1 e Cystathione β synthase f MTHFR Methylene-tetrahydrofolate reductase g Β-Globin f Riwayat stroke dan Transient Ischemic Attack TIA Seseorang yang sudah memiliki satu atau lebih riwayat TIA hampir 10 kali lebih mungkin mengalami stroke dibanding orang pada usia yang sama yang belum pernah mengalami TIA. 2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi: a Hipertensi Sekitar 77 dari mereka yang mengalami stroke pertama memiliki tekanan darah lebih dari 14090 mm Hg. Pasien diabetes dengan tekanan darah kurang dari 12080 mm Hg memiliki sekitar setengah resiko seumur hidup dari pasien stroke dengan hipertensi. b Merokok Seorang perokok memiliki 2 sampai 4 kali peningkatan resiko stroke dibandingkan dengan bukan perokok atau mereka yang telah berhenti lebih dari 10 tahun. Merokok merupakan faktor resiko stroke iskemik dan perdarahan subarakhnoid. Merokok meningkatkan resiko tekanan darah tinggi-faktor resiko tunggal terbesar untuk stroke. Bahan kimia dalam rokok termasuk karbon monoksida, arsenik, formaldehyde dan sianida merusak dinding pembuluh darah, ini menyebabkan aterosklerosis. Hal ini meningkatkan kemungkinan pembentukan bekuan darah pada arteri ke otak dan jantung dapat memblokir arteri menyebabkan terjadi stroke. Nikotin menyebabkan pembuluh darah menyempit, meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Karbon monoksida dalam asap tembakau adalah gas beracun yang ditemukan dalam car exhaust fumes; itu menghalangi pembuluh darah oksigen vital. Karbon monoksida bergabung ke hemoglobin dan pada beberapa perokok, setengah dari darah membawa karbon monoksida tetapi bukan oksigen. Merokok meningkatkan LDL dan menurunkan HDL. Merokok juga meningkatkan resiko stroke pada wanita yang menggunakan pil kontrasepsi oral. c Diabetes Mellitus Kejadian stroke iskemik terjadi akibat DM pada semua usia, tetapi paling menonjol sebelum usia 55 tahun pada populasi orang Hitam dan sebelum usia 65 tahun pada populasi orang Putih. Pada orang dengan riwayat TIA atau stroke ringan, gangguan toleransi glukosa hampir dua kali lipat resiko stroke dibandingkan pada orang dengan kadar glukosa normal dan tiga kali lipat resiko bagi mereka yang memiliki DM. d Fibrilasi Atrial Fibrilasi atrial memiliki resiko 5 kali lipat pada semua usia. Kejadian stroke meningkat dari 1,5 pada usia 50-59 tahun ke 23,5 pada usia 80- 89 tahun. Di antara 2.580 peserta yang berusia lebih dari 65 tahun dengan hipertensi dan telah diimplantasi cardiac rhythm device yang termasuk atrial lead, 35 menimbulkan subklinis tachyarrhythmias kadar denyut atrial lebih dari 190 per menit bertahan sekurang-kurangnya 6 menit. Hal ini dapat meningkatkan resiko stroke iskemik atau emboli sistemik sebanyak 2,5 kali lipat. e Penyakit Arteri Perifer Penyakit arteri perifer adalah penyempitan pembuluh darah yang mensuplai darah ke kaki dan otot lengan yang disebabkan oleh penumpukan lemak plak di dinding arteri. Pasien stroke dengan penyakit arteri perifer memiliki resiko lebih tinggi dari penyakit arteri karotis. f Hiperkolesterolemia Data dari Honolulu Heart Program NHLBI menemukan bahwa pada laki-laki Jepang berusia 71-93 tahun, konsentrasi rendah kolesterol HDL lebih mungkin untuk dihubungkan dengan future risk tromboemboli stroke daripada yang konsentrasi kolesterol HDL tinggi. Namun, meta- analisis dari 23 studi yang dilakukan di wilayah Asia-Pasifik menunjukkan tiada signifikan hubungan antara kadar HDL rendah dan resiko stroke. g Penyakit Sel Sabit Ini adalah kelainan genetik yang terutama mempengaruhi anak- anak ras African-American dan ras Hispanic. Sickled sel darah merah kurang mampu untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh dan organ. Sel- sel ini juga cenderung menempel pada dinding pembuluh darah, yang dapat memblokir arteri ke otak dan menyebabkan stroke. h Ateroslerosis Aterosklerosis adalah penumpukan plak deposit lemak dan sel-sel lain secara progresif dalam dinding arteri. Hal ini dapat menyumbat arteri dan menghambat aliran darah ke otak atau bagian tubuh lain, membuat seseorang lebih beresiko untuk mendapat stroke, TIA atau penyakit jantung lainnya. i Obesitas Obesitas dan berat badan yang berlebihan membuat orang lebih cenderung memiliki kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi dan diabetes dan ini dapat meningkatkan resiko stroke. g Pola makan Diet tinggi lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. Diet tinggi natrium garam dapat meningkatan tekanan darah. Diet dengan kelebihan kalori dapat menyebabkan obesitas. Selain itu, diet yang mengandung lima atau lebih porsi buah dan sayuran per hari dapat mengurangi resiko stroke. h Aktifitas fisik Dari data NOMAS, sebuah kohort prospektif yang mencakup orang dewasa ras orang Putih, ras orang Hitam, dan ras Hispanik di perkotaan ditindaklanjuti selama rata-rata 9 tahun, didapati bahwa aktifitas fisik yang sedang sampai berat dikaitkan dengan penurunan sebanyak 35 secara keseluruhan dalam resiko stroke iskemik dibandingkan dengan yang tidak melakukan aktifitas fisik. Dalam kelompok ini juga menemukan bahwa hanya olahraga sedang intensitas sampai olahraga berat intensitas dikaitkan dengan kejadian stroke berkurang, sedangkan latihan ringan seperti berjalan tidak menunjukkan manfaat. i Konsumsi alkohol Alkohol merupakan racun pada otak dan pada tingkatan yang tinggi dapat mengakibatkan otak berhenti fungsi. Hubungan antara konsumsi alkohol dan stroke iskemik menunjukkan pola kurva J, yang berarti bahwa pada orang yang konsumsi alkohol moderat, resiko stroke adalah yang terendah, sementara konsumsi alkohol berat meningkatkan resiko stroke. Resiko perdarahan otak meningkat secara linear apabila konsumsi alkohol meningkat: semakin tinggi jumlah alkohol yang dikonsumsi, semakin tinggi resiko stroke.

2.4. Etiologi

Penyakit jantung yang menyebabkan stroke dapat berasal dari kongenital, penyakit rematik katup, prolapsus katup mitral, foramen ovale paten, endokarditis, miksoma atrium, aritmia dan operasi jantung; penyebab monogenik terjadinya stroke berasal dari pembuluh darah kecil, antaranya ialah Cerebral autosomal dominant arteriopathy with Subcortical Infarcts and Leukoencephalopathy CADASIL, Cerebral Autosomal Recessive Arteriopathy with Subcortical Infarcts and Leukoencephalopathy CARASIL, Hereditary endotheliopathy with retinopathy, nephropathy and stroke HERNS, vaskulopati dan Fabry’s disease; berasal dari pembuluh darah besar adalah aterosklerosis prematur, diseksi spontan atau traumatik, gangguan metabolik yang diwariskan homocystinuria, Fabry’s disease, Pseudoxanthoma elasticum, sindrom MELAS, displasia fibromaskular, infeksi, vaskulitis penyakit vaskular kolagen, penyakit Moyamoya, radiasi dan penyalahgunaan narkoba; penyebab stroke disebabkan oleh penyakit hematologi adalah keadaan hiperkoagulasi sindrom antifosfolipid antibodi, defisiensi antitrombin iii atau protein S atau C, ketahanan terhadap aktivasi protein C, peningkatan viii faktor, disseminated intravascular coagulation, trombositosis, polisitemia vera, trombotik trombositopenia purpura dan oklusi vena dehidrasi, infeksi parameningeal, meningitis, neoplasma, polisitemia, leukemia, penyakit radang usus Kes V.B. et al. 2012. Selain itu, penyebab lain yang menyebabkan terjadi stroke ialah trauma, malformasi vaskular arteriovenous malformation dan cerebral cavernous venous malformation, angiopati amyloid serebral, acute hemorrhagic leukoencephalitis, koagulopati dan obat antikoagulasi Simon R.P., 2009. 2.5. Patofisiolofi Stroke 2.5.1. Stroke Iskemik Menurut Rohkman 2011 autoregulasi serebrovaskular biasanya mampu mempertahankan relatif konstan aliran darah otak cerebral blood fow 50-60 ml100 g jaringan otak menit selama tekanan arteri rata-rata mean arterial pressure tetap dalam kisaran 50-150mmHg. Aliran darah otak daerah rCBF yang harus disesuaikan sesuai dengan kebutuhan metabolik lokal coupling of CBF and metabolisme. Jika MAP turun di bawah 50 mmHg, dan keadaan patologis tertentu misalnya, iskemia, regulasi mengalami kegagalan dan jumlah CBF menurun. Stenosis atau oklusi pembuluh darah menginduksi vasodilatasi kompensasi downstream, yang meningkatkan volume otak darah dan CBF vascular reserve. Defisit neurologis utama muncul hanya ketika CBF turun di bawah ambang batas iskemia kritis 20 ml100 g menit. Tingkat cedera otak lokal tergantung pada: a Ketersediaan aliran kolateral b Durasi insufisiensi hemodinamik c Kerentanan lokasi otak tertentu yang terkena Jika CBF yang cukup tidak dipulihkan kembali, disfungsi neurologis klinis terbukti terjadi gangguan metabolisme serebral. Sekiranya CBF berkurang dengan parah secara berkepanjangan di bawah ambang batas infark, 8-10 min100 g ml menyebabkan progresif dan ireversibel abolition semua proses metabolisme seluler kerusakan struktural nekrosis. Infark terjadi ketika hipoperfusi paling parah; daerah jaringan sekitar zona infark dimana CBF terletak antara ambang