Pola Makan Responden Tabel 5.2. Tabulasi Silang Frekuensi Pola Makan Menurut Jenis Stroke

Berdasarkan Tabel 5.3. dapat dilihat bahwa responden yang merokok adalah sebanyak 59 orang 59,0, bukan perokok 29 orang 29,0 dan bekas perokok 12 orang 12,0. Tabel 5.4. Tabulasi Silang Tingkat Perokok menurut Jenis Stroke Jenis Stroke Perokok Ringan Sedang Berat Total p value Stroke Iskemik Jumlah 6 14 27 71 0,229 6,0 14,0 27,0 71,0 Stroke Hemoragik Jumlah 4 4 4 29 4,0 4,0 4,0 29,0 Total Jumlah 10 28 31 100 10,0 28,0 31,0 100,0 Berdasarkan Tabel 5.4. didapatkan hasil tabulasi silang, pada responden berjenis stroke iskemik, perokok berat sebanyak 27 orang 27,0, perokok sedang 14 orang 14,0 dan perokok ringan 6 orang 6,0. Pada responden berjenis stroke hemoragik, perokok berat sebanyak 4 orang 4,0, perokok sedang 4 orang 4,0 dan perokok ringan 4 orang 4,0. Hasil uji statistik chi- square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat merokok dengan jenis stroke p= 0,046; α=0,05. 5.1.5. Konsumsi Alkohol Responden Tabel 5.5. Tabulasi Silang Frekuensi Konsumsi Alkohol menurut Jenis Stroke Jenis Stroke Konsumsi Alkohol p value Low risk Hazardous Harmful Almost Certain Dependent Total Stroke Iskemik Jumlah 68 2 1 71 0,337 68,0 2,0 0,0 1,0 71,0 Stroke Hemoragik Jumlah 26 1 2 29 26,0 1,0 0,0 2,0 29,0 Total Jumlah 94 3 3 100 94,0 3,0 0,0 3,0 100,0 Berdasarkan Tabel 5.5, secara garis besar didapatkan hasil tabulasi silang bahwa responden yang berada dalam tingkat low risk sebanyak 94 orang 94,0, tingkat hazardous 3 orang 3,0 dan tingkat almost certain dependent 3 orang 3,0. Selain itu, pada responden jenis stroke iskemik, tingkat low risk sebanyak 68 orang 68,0, tingkat harmful 2 orang 2,0 dan tingkat almost certain dependent 3 orang 3,0. Pada responden jenis stroke hemoragik, tingkat low risk sebanyak 26 orang 26,0, tingkat harmful 1 orang 1,0 dan tingkat almost certain dependent sebanyak 2 orang 2,0. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi alkohol dengan j enis stroke p= 0,337; α=0,05. 5.1.6. Aktifitas Fisik Responden Tabel 5.6. Tabulasi Silang Frekuensi Aktifitas Fisik menurut Jenis Stroke Jenis Stroke Aktifitas fisik p value Ringan Sedang Berat Total Stroke Iskemik Jumlah 15 45 11 71 0,022 15,0 45,0 11,0 71,0 Stroke Hemoragik Jumlah 14 11 4 29 14,0 11,0 4,0 29,0 Total Jumlah 29 56 15 100 29,0 56,0 15,0 100,0 Berdasarkan Tabel 5.6, secara garis besar dari hasil tabulasi silang dapat dilihat bahwa responden yang beraktifitas ringan adalah 29 orang 29,0, aktifitas sedang sebanyak 56 orang 56,0 dan aktifitas berat sebanyak 12 orang 12,0. Selain itu, didapatkan bahwa pada responden jenis stroke iskemik, aktifitas ringan adalah 15 orang 15,0, aktifitas sedang sebanyak 45 orang 45,0 dan aktifitas berat sebanyak 11 orang 11,0. Pada responden jenis stroke hemoragik, aktifitas ringan adalah 14 orang 14,0, aktifitas sedang sebanyak 11 orang 11,0 dan aktifitas berat sebanyak 4 orang 4,0. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik dengan jenis stroke p= 0,022 ; α=0,05. 5.2. Pembahasan 5.2.1 Karakteristik Responden Stroke dapat dialami oleh laki-laki dan perempuan. Pada penelitian ini didapatkan bahwa jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 68 orang 68,0 diikuti perempuan sebanyak 32 orang 32,0. Dalam penelitian Appelros 2012, dijumpai bahwa tingkat kejadian stroke pada pria yaitu 41,0 lebih tinggi daripada perempuan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian oleh Towfighi 2007 yang menunjukkan bahwa wanita yang berumur 45-54 tahun lebih mengalami kejadian stroke daripada laki-laki dengan usia yang sama. Hal ini disebabkan oleh penyakit arteri koroner, lingkar pinggang dan faktor resiko vaskular termasuk tekanan darah sistolik dan kadar total kolesterol meningkat lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki yang berumur 35-64 tahun. Dari hasil penelitian ini, pasien stroke yang paling muda adalah 22 tahun. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ellekjaer H. 1997 dan Nencini P. 1988 dalam Griffiths D. 2011, dimana dalam beberapa penelitian telah menyatakan bahwa tingkat kejadian semua jenis stroke terdapat pada kelompok usia 15 sampai 44 tahun. Selain itu, dalam penelitian Miah T. 2008 dijumpai dari 50 pasien stroke dijumpai pada kelompok usia 21-25 tahun terdapat sebanyak 3 orang stroke iskemik 6,0 dan 2 orang stroke hemoragik 4,0. Dari hasil penelitian dijumpai kelompok umur yang paling banyak pasien stroke adalah berumur 58-66 tahun dan 67-75 tahun sebanyak 33 orang 33,0 diikuti 49-57 tahun sebesar 23 orang 23,0. Dan rata-rata umur penderita stroke 60,57 SD 10.91 tahun. Dalam penelitian Shimizu H. 2009, dijumpai bahwa dari 426 pasien, 227 orang 53,3 berusia 75 tahun dengan rata-rata ± standar deviasi adalah 64 ± 7,6. Hasil penelitian Go A. S 2013 mengatakan lifetime risk kejadian stroke terjadi pada umur 55-75 tahun di mana resiko lebih tinggi pada perempuan 20-21 dari laki-laki 14-17.

5.2.2. Pola Makan

Pola makan yang paling banyak dijawab pasien stroke berada pada kategori kurang baik yaitu sebanyak 58 orang 58,0. Pola makan yang kurang baik menurut pertanyaan dalam wawancara yang diajukan adalah konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol seperti konsumsi daging yang sering 54,0 dan konsumsi makanan bersantan dan lemak 60,0. Dalam hasil penelitian ini, uji statistik chi-square yang didapati adalah p = 0.229, berarti tidak mempunyai hubungan dengan kejadian stroke. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shilpasree AS. 2013, dimana kadar total kolesterol, LDL dan trigliserida meningkat dan HDL menurun lebih pada kelompok stroke dari kelompok kontrol dengan memiliki hubungan statistik signifikasi yang tinggi p 0.001. Dalam penelitian Fung T.T. 2004 dijumpai bahwa resiko relatif kejadian total stroke adalah 1.58 p = 0,0002 dan stroke iskemik sebanyak 1.56 p= 0,02 pada perempuan dalam kuintil tertinggi dibanding dengan kuintil terendah. Menurut pada Nurse Health’s Study, konsumsi daging 4 kali per minggu dapat meningkatkan faktor resiko kejadian stroke iskemik dan intraserebal hemoragik. Dalam penelitian Larsson S.C. 2011 dijumpai bahwa konsumsi olahan daging memiliki resiko kejadian stroke apabila dibanding antara kelompok kuintil tertinggi dengan kelompok kuintil terendah p = 0.03. Konsumsi daging merah berkaitan dengan insidensi tekanan darah, kejadian hipertensi, sindrom metabolik dan peradangan. Perbedaan ini terjadi mungkin akibat pengambilan data yang berbeda. Pada penelitian ini, pengambilan data lebih banyak dilakukan dengan wawancara bukan kepada pasien langsung, tetapi dengan orang terdekat alloanamnese dimana ada yang tidak tahu atau lupa apabila bertanya mengenai keseharian pasien atau responden. Ini dilakukan karena kebanyakan dari pasien stroke iskemik dan hemoragik yang dirawat di RSHAM Medan sulit berkomunikasi dengan baik. Pada pertanyaan 11 yaitu mengenai konsumsi sayur dan buah-buahan segar dijumpai sebanyak 77 orang 77,0 responden yang menjawab dengan