dan pengetahuan dalam suatu komunitas atau kelompok pada level pembentukan dan partisipasi dalam organisasi formal.
2.4. Analisa Jaringan Sosial 2.4.1 Analisa
Analisa dapat dilakukan terhadap berbagai segi aspek kehidupan manusia, baik ekonomi, politik maupun hal lainnya. Analisa oleh para ahli diartikan cukup
beragam. Analisa menurut Dale Yoder diartikan sebagai prosedur melalui fakta-fakta yang berhubungan dengan setiap pengamatan yang diperoleh dan dicatat secara
sistematis
2.4.2. Jaringan Sosial
Jaringan sosial social network adalah sebuah struktur sosial yang tercipta dari individu-individu atau organisasi yang lazim disebut “nodes” yang terikat atau
terhubung oleh satu atau lebih karakteristik interdepensi tertentu diantara mereka. Beberapa contoh dari jaringan sosial antara lain, persahabatan, kekerabatan,
pertukaran financial , hubungan ketaksukaan, hubungan seksual atau hubungan kepercayaan, pengetahuan atau prestise. Lawang; 2005
Jaringan sosial merupakan salah satu dimensi modal sosial selain kepercayaan dan norma. Ide sentral dari modal sosial adalah bahwa jaringan-jaringan sosial
merupakan suatu aset yang bernilai Field, 2005:16 jaringan-jaringan menyediakan suatu basis bagi kohesi sosial karena menyanggupkan orang untuk bekerjasama satu
sama lain dan bukan hanya dengan orang yang mereka kenal secara langsung agar saling menguntungkan.
Keterkaitan jaringan dan kelompok merupakan aspek vital dari modal sosial.
Konsep jaringan dalam modal sosial lebih memfokuskan pada aspek ikatan antar simpul yang bisa berupa orang atau kelompok organisasi. Dalam hal ini
terdapat pengertian adanya hubungan sosial yang diikat oleh adanya kepercayaan yang mana kepercayaan itu dipertahankan dan dijaga oleh norma yang ada. Pada
konsep jaringan ini, terdapat unsur kerja, yang melalui media hubungan sosial menjadi kerja sama. Intinya, konsep dalam jaringan sosial menunjuk pada semua
hubungan dengan orang atau kelompok lain yang memungkinkan kejadian dapat berjalan secara efisien dan efektif. Selanjutnya jaringan itu sendiri dapat terbentuk
dari hubungan antar personal, antar individu dengan individu, serta jaringan antar institusi. Lawang, 2005
Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologi khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Pada kelompok sosial yang
biasanya terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis keturunan liniage, pengalaman-pengalaman sosial turun temurun repeated social experiences,dan
kesamaan kepercayaan pada dimensi Ketuhanan religious beliefcenderung memiliki kohesifitas yang tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangun sangat
sempit. Sebaliknya, pada kelompok yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan dengan ciri pengelolaan organisasi yang lebih modern akan memiliki tingkat
partisipasi anggota yang lebih baik dan memiliki rentang jaringan yang lebih luas. Menurut Stone 2001, Stone dan Hugkes 2002, terdapat tiga tipe jaringan
sosial social networks, yakni: 1 jaringan informal informal ties: hubungan dalam anggota rumahtangga, teman, tetangga dekat dan teman kerja, 2 jaringan sosial
dalam masyarakat: hubungan antar masyarakat lokal, antar wilayah dan kelompok lain, dan 3 jaringan sosial dalam institusi: institusional relationship: sistem
pemerintahan, partai, perguruan tinggi dan lain-lain.
Jaringan Sosial atau social network merupakan elemen penting dalam pengembangan masyarakat, termasuk dalam perancangan strategi penanggulangan
kemiskinan di tingkat lokal. Pengembangan masyarakat sebagai sebuah metode seringkali menekankan pentingnya warga masyarakat dan lembaga-lembaga tingkat
lokal sebagai inisiator, kolaborator dan sumber yang dapat dijadikan sarana pencapaian tujuan program.
Jaringan diantara lembaga-lembaga masyarakat dapat menggambarkan kondisi dan dinamika kehidupan sosial masyarakat, termasuk tingkat standar hidup,
partisipasi sosial, dan pola-pola relasi sosial diantara mereka. Lembaga-lembaga sosial lokal baik yang bersifat tradisional maupun modern yang berada pada sebuah
komunitas lokal merupakan kendaraan dengan mana perubahan sosial dan aksi sosial berlangsung Robert, 1995; Dershem dan Gzirishvili, 1998; Reingold, 1999
http:www.policy.husuhartomodul_amakindo_03.htm diakses pada 14:00 21 november 2013
Jaringan sosial terdiri dari lima unsur yang meliputi: adanya partisipasi, pertukaran timbal balik, solidaritas, kerjasama dan keadilan Lubis, 2001.
A. Partisipasi Berdasarkan sistem dan mekanisme partisipasi, Cohen dan Uphoff
dalam Ndraha, 1990, membedakan partisipasi atas 4 jenis: a
Participation in decision making Partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan
kebijakan organisasi. Partisipasi dalam pembuatan keputusan adalah proses dimana prioritas prioritas pembangunan dipilih dan dituangkan
dalam bentuk program yang disesuaikan dengan kepentingan masyarakat.
b participation in implementation
Partisipasi atau keikutertaan masyarakat dalam kegiatan operasional pembangunan berdasarkan program yang telah ditetapkan. Dalam
pelaksanaan program pembangunan bentuk partisipasi masyarakat dapat dilihat dari jumlah banyaknya yang aktif dalam partisipasi,
bentuk-bentuk yang dipartisipasikan misalnyatenaga, bahan, uang, semuanya atau sebagian-sebagian, partisipasi langsung atau tidak
langsung , semangat berpartisipasi, sekali-sekali atau berulang-ulang c
participation in benefit Partisipasi masyarakat dalam menikmati atau memanfaatkan hasil-
hasil pembangunan. Partisipasi pemanfaatan ini selain dapat dilihat dari penikmatan hasil-hasil pembangunan, juga terlihat pada dampak
hasil pembangunan terhadap tingkat kesehatan masyarakat, peningkatan pembangunan berikutnya dan partisipasi dalam
pemeliharaan dan perawatan hasil-hasil pembangunan. d
participation in evaluation. Partisipasi masyarakat dalam bentuk keikutsertaan menilai serta
mengawasi kegiatan pembangunan serta hasilnya. Penilaian ini dilakukan secara lansung misalnya dengan ikut serta dalam
mengawasi dan menilai atau secara tidak langsung, misalnya memberikan saran-saran , kritikan atau protes.
Menurut Oakley 1991 partisipasi diartikan kedalam tiga bentuk, yaitu: 1. Partisipasi sebagai bentuk kontribusi, yaitu interpretasi dominan dari
partisipasi dalam pembangunan di dunia ketiga adalah melihatnya sebagai suatu keterlibatan secara sukarela atau bentuk kontribusi lainnya dari
masyarakat 2. Partisipasi sebagai organisasi, meskipun diwarnai dengan perdebatan yang
panjang diantara para praktisi dan teoritisi mengenai organisasi sebagai instrument yang fundamental bagi partisipasi, namun dapat dikemukakan
bahwa perbedaan organisasi dan partisipasi terletak pada hakekat bentuk oraganisasional sebagai sarana partisipasi, seperti organisasi organisasi biasa
dibentuk organisasi yang muncul dan dibentuk sebagai hasil dari adanya proses partisipasi . Selanjutnya dalam melaksanakan partisipasi masyarakat
dapat melakukannya melalui beberapa dimensi yaitu : a. Sumbangan pikiran idea tau gagasan
b. Sumbangan materi dana, barang, alat c. Sumbangan tenaga bekerja atau memberi kerja
d. Memanfaatkan melaksanakan pelayanan 3. Partisipasi sebagai pemberdayaan, partisipasi merupakan latihan
pemberdayaan bagi masyarakat, meskipun sulit untuk didefenisikan , akan tetapi pemberdayaan maerupakan upaya untuk mengembangkan ketrampilan
dan kemampuan masyarakat untuk memutuskan dan ikut terlibat dalam pembangunan.
B. Pertukaran Timbal Balik Konsep pertukaran timbal balik dapat di jelaskan oleh teori pertukaran
sosial.. Thibault dan Kelly menjelaskan bahwa terdapat empat konsep pokok dalam teori pertukaran sosial, yaitu Rahmat, 2002: 121 :
1. Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dalam suatu hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan
sosial atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda beda antara seseorang dengan yang lain, dan berlainan
antara waktu yang satu dengan waktu yang lain. 2. Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu
hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menghabiskan
sumber kekayaan individu atau dapat menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan. Seperti ganjaran, biaya pun berubah-ubah sesuai dengan
waktu dan orang yang terlibat didalamnya. 3. Hasil dan laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila dalam suatu
hubungan seorang individu merasa bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba.
4. Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku standar yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada masa lalu
atau alternatif hubungan lain yang terbuka baginya. Bila pada masa lalu
seorang individu mengalami hubungan yang memuaskan, tingkat perbandingannya menurun.
C. Solidaritas Konsep solidaritas sosial merupakan kepedulian secara bersama
kelompok yang menunjukkan pada suatu keadaan hubungan antara individu danatau kelompok yang didasarkan pada persamaan moral, kolektif yang
sama dan kepercayaan yang dianut serta diperkuat oleh pengalaman emosional. Nasution 2009:9 Bagi Emile Durkheim, agama memainkan
peranan yang fungsional karena agama adalah prinsip solidaritas masyarakat Syamsuddin, 1997: 31.
Solidaritas sosial juga dipengaruhi interaksi sosial yang berlangsung karena ikatan kultural yang pada dasarnya disebabkan munculnya sentimen
komunitas community sentiment, unsur-unsurnya meliputi: 1.
Seperasaan, yaitu karena seseorang mengidentifikasi dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut
2. Sepenanggungan, yaitu setiap individu sadar akan peranannya dalam
kelompok yang dijalankan 3.
Saling butuh, yaitu individu yang tergantung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada komunitasnya
D. Kerjasama Kerjasama pada hakikatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau
lebih yang berinteraksi atau menjalin hubungan-hubungan yang bersifat dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama. Disini terlihat ada tiga unsur
pokok yang melekat pada suatu kerangka kerjasama yaitu unsur dua pihak atau lebih; unsur interaksi; dan unsur tujuan bersama. Pamudi, 1985: 12-13
• Unsur dua pihak atau lebih biasanya menggambarkan suatu himpunan dari kepentingan-kepentingan yang satu sama lain
saling mempengaruhi sehingga berinteraksi untuk mewujudkan suatu tujuan bersama.
• Kerjasama senantiasa menempatkan pihak-pihak yang berinteraksi itu pada posisi yang seimbang serasi dan selaras
• Suatu interaksi yang dapat dikategorikan sebagai kerjasama harus pula memuat unsur tercapainya tujuan bersama didalam
keseimbangan, keserasian dan keselarasan. Jika merujuk pada Peraturan Menteri Dalam Negeri no.6:1975 pasal 4
ayat 2 beberapa hal yang mutlak dibicarakan dalam suatu prosedur kerjasama adala sebagai berikut Pamudi, 1985: 30-32:
1. Ruang lingkup bidang-bidang yang dikerjasamakan
Disini harus disepakati tentang bidang-bidang apa saja yang akan tercakup dalam kerangka kerjasama, serta disepakati pula
batas-batas teknis dimana kerangka kerjasama itu dapat menjangkau aspek-aspek tertentu dari bidang kegiatan yang
dikerjasamakan
2. Susunan organisasi dan personalia
Penetapan susunan organisasi ini perlu, oleh karena mereka inilah yang akan melaksanakan wewenang operasional dan
realisasi kerjasama itu. 3.
Tata cara dan ketentuan-ketentuan teknis Pelaksanaan kerjasama
Kejelasan tentang detail-detail tata cara dan teknis pelaksanaan kerjasama sangat diperlukan untuk menghindari adanya
kesimpangsiuran dalam operasionalisasi rencana-rencana yang ditetapkan
4. Pembiayaan
Oleh karena setiap kerjasama selalu mengandung konsekuensi- konsekuensi keuangan, maka pembahasan tentang faktor biaya
yang akan dikeluarkan dalam rangka kerjasama ini sangat perlu dilakukan. Kesepakatan di sektor pembiayaan akan mencakup
jumlah keseluruhan biaya yang diproyeksikan dalam kerangka kerjasama ini serta beban yang dipikul oleh masing-masing
pihak. 5.
Jangka waktu Suatu kerjasama tentu saja hanya diproyeksiakan pada suatu
obyek tertentu dan obyek yang dikerjasamakan biasanya akan selesai mencapai targetnya pasa suatu waktu tertentu
6. Ketentuan-ketentuan lain yang dipandang perlu
Yang dimaksud disini adalah pengaturan tentang hal-hal diluar pokok yang dikemukakan mulai dari angka 1 sd 5 tersebut.
E. Keadilan Leventhal mengemukakan adanya tiga justices rules yang seringkali
dipakai sebagai standar untuk menilai keadilan dalam konteks hubungan sosial. Ketiga standar ini adalah contribution rule, needs rule, equality rule.
Contribution rule didasarkan atas investasi yang diberikan dalam hubungan sosial. Menurut Standard ini suatu hubungan di anggap adil bila semua
individu yang terlibat mendapatkan imbalan yang sebanding dengan kontribusi yang diberikannya dalam hubungan sosial tersebut. Hal ini berarti bahwa yang
memberikan kontribusi terbesar mendapat imbalan yang terbanyak. Tidak ada persyaratan bahwa kontribusi partisipan harus sama tetapi ratio dari kontribusi
terhadap imbalan harus sebanding. Standar kedua, needs rule, menyatakan bahwa imbalan harus
didistribusikan menurut kebutuhan relatif dari individu yang bersangkutan. Standar ini tercakup dalam norma tanggung jawab sosial dimana kita dituntut
untuk menanggapi kebutuhan yang sah dari pihak lain. Menurut standar ini distribusi imbalan yang adil adalah yang memenuhi kebutuhan yang sah dari
pihak lain agar terhindar dari kesukaran dan atau penderitaan Standar ketiga, equality rule, menyatakan bahwa imbalan harus
didistribusikan secara adil setara diantara partisipan yang terlibat dalam suatu hubungan sosial terlepas dari perbedaan yang ada. Kompas Media Nusantara,
2004:14-15
2.5. Pranata Lembaga Sosial