Mikrob Sellulotik Dinamika Populasi Mikrob Tanah
Tabel 9. Populasi mikrob sellulotik pada musim tanam kedua dengan perlakuan
dosis pupuk kandang dan pola tanam
Dosis Pupuk kandang
t ha
-1
Pola Tanam Rata-rata
Padi-Padi Padi-Kedelai Kedelai-Kedelai
-- x 10
3
SPK g
-1
tanah BKM -- 20
111,00 141,54
105,76 119,43 A
10 112,79
135,47 108,60
118,95 A
Rata-rata 111,89 b
138,51 a 107,18 b
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada kolom yang sama dan huruf kecil yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak
Berganda Duncan pada taraf 5. SPK=satuan per koloni, BKM=berat kering tanah mutlak.
Populasi mikrob tinggi pada rotasi tanam padi-kedelai karena mikrob lebih aktif untuk mendekomposisi jerami yang mempunyai kadar sellulosa dan lignin
lebih tinggi dibandingkan kedelai. Selanjutnya dengan kondisi yang aerob pada pertanaman kedelai musim tanam kedua, pertumbuhan mikrob sellulotik lebih
meningkat. Castellanos et al. 1995 menyatakan bahwa mikrob sellulotik akan bekerja dalam mendekomposisi sellulosa. Mikrob rendah setelah terjadinya
penyusutan berat jerami pada saat panen dan hasil dekomposisi terakhir adalah gula. Hasil dekomposisi berupa gula akan menghambat kerja enzim sellulosa.
Residu yang telah di dekomposisi musim tanam pertama dapat dimanfaatkan untuk mendekomposisi bahan organik bersellulosa pada bahan atau lingkungan
kering atau lembab dan bersifat masam pada musim tanam kedua. Hal ini diperkuat oleh Crawford 1976 yang menyatakan bahwa bakteri sellulotik aktif
bekerja pada kondisi masam dan tanah lembab atau agak kering. Pelczar et al. 1988 juga menegaskan bahwa bakteri sellulotik berfungsi
dalam mengurai bahan organik menjadi substansi yang menyediakan nutrien bagi tanaman. Mikrob dalam mendekomposisi bahan organik mengeluarkan enzim
yaitu suatu substansi protein yang bertanggung jawab terhadap dekomposisi dengan cara mengurangi aktifitas energi senyawa-senyawa tertentu yang
diperlukan untuk memecah ikatan-ikatan bahan-bahan organik. Tanpa aktifitas mikrob sellulotik maka segala kehidupan di tanah akan terhambat.
Populasi mikrob sellulotik tidak berbeda nyata antar perlakuan dosis pupuk kandang. Percobaan musim tanam kedua dengan pemberian pupuk
kandang dosis 10 t ha
-1
memberikan hasil yang hampir sama sama dengan pupuk kandang dosis 20 t ha
-1
Dinamika populasi mikrob sellulotik Gambar 16 pada musim tanam kedua nyata lebih tingggi dibandingkan yang ada pada musim tanam pertama.
Mikrob sellulotik semakin tinggi karena mikrob tersebut aktif setelah bahan organik dari musim tanam pertama diberikan ke tanah. Mikrob sellulotik aktif
bekerja memecahkan residu di dalam tanah menjadi lebih halus lagi. diduga karena telah tersedia residu dari tanaman
sebelumnya.
Gambar 16. Dinamika populasi mikrob sellulotik pada pola tanam padi kedelai musim tanam pertama dan musim tanam kedua.
Huruf a dan b pada warna yang sama menunjukkan nilai berbeda antara musim tanam pertama dan musim tanam kedua menurut uji t.
Berdasarkan waktu pengamatan, populasi mikrob sellulotik menunjukkan nilai terendah pada saat panen, hal ini diduga residu yang dirombak telah mulai
habis sehingga aktivitas mikrob berkurang. Dinamika populasi mikrob sellulotik pada fase vegetatif berbeda nyata dibanding sebelum tanam dan saat panen.
Menurunnya populasi mikrob pengurai sellulosa diduga karena residu tanaman sudah mengalami pelapukan sempurna. Hal ini didukung oleh Alexander 1977
yang menyatakan mikrob sellulotik cenderung mengalami peningkatan selama proses dekomposisi masih berlangsung, hal ini terlihat pada fase vegetatif semakin
aktif. Mikrob sellulotik berfungsi untuk menguraikan sellulosa menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah
dan dapat tersedia bagi tanaman. Kurniasih 2006 menyatakan proses dekomposisi dipengaruhi oleh
kandungan air bahan yang dikomposkan karena mikrob hanya dapat menyerap makanan jika kandungan airnya 25-30 bobot kering bahan. Mikrob sellulotik
aktif karena residu tanaman yang dibenamkan di dalam tanah. Mikrob pendegradasi sellulosa dapat memanfaatkan C organik yang melimpah tersebut
sebagai sumber karbon dalam metabolismenya. Aplikasi mikrob sellulotik dalam mendekomposisi bahan organik menjadi salah satu solusi untuk mengurangi
penggunaan bahan kimia dalam pertanian.