Mikrob Pelarut Fosfat Dinamika Populasi Mikrob Tanah

P dari Ca 3 PO4 2 Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai rata-rata populasi MPF pada tanah dengan pola tanam padi-kedelai lebih tinggi dibanding dengan pola tanam lainnya. dengan pH 7,5 menyebabkan bakteri tumbuh lebih dominan dan berkembang dengan cepat, sementara pertumbuhan fungi tertekan. Tabel 8. Populasi mikrob pelarut fosfat pada musim tanam kedua dengan perlakuan dosis pupuk kandang dan pola tanam Dosis Pupuk kandang t ha -1 Pola Tanam Rata-rata Padi-Padi Padi-Kedelai Kedelai-Kedelai -- x 10 3 SPK g -1 tanah BKM -- 20 65,87 118,48 93,01 92,45 A 10 70,82 107,53 99,41 92,59 A Rata-rata 68,35 b 113,00 a 96,21 a Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada kolom yang sama dan huruf kecil yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5. SPK=satuan per koloni, BKM=berat kering tanah mutlak. Dinamika populasi MPF rendah pada pola tanam padi-padi, hal ini diduga karena MPF bersifat aerob sehingga pertumbuhannya terhambat pada kondisi pertanaman padi yang sering tergenang. Hal ini didukung oleh Taha et al. 1969 yang menyatakan MPF yang diisolasi dari rizosfer tanah termasuk dalam golongan mikrob aerob. Pal 1998 juga menyatakan bahwa ketersediaan fosfor dalam ekosistem tanah juga sangat tergantung dari adanya MPF. Mikrob tersebut berperan mengubah fosfat yang sukar tersedia menjadi tersedia bagi tanaman. Populasi MPF tertinggi pada tanah dengan rotasi tanam disebabkan nutrisi yang dihasilkan akan beragam dan kualitasnya lebih baik sehingga populasi MPF juga meningkat. Populasi MPF tidak berbeda nyata pada pemberian pupuk kandang dengan dosis 20 t ha -1 dan pupuk kandang dosis 10 t ha -1 . Berdasarkan hasil tersebut, pemberian pupuk kandang dosis 10 t ha -1 Populasi MPF Gambar 14 pada musim tanam kedua tidak nyata dibandingkan yang ada pada musim tanam pertama. Hal ini diduga MPF tidak dapat berkembang pada tanah yang selalu tergenang seperti pada musim tanam lebih efisien. pertama. Mikrob tersebut membutuhkan oksigen dalam mendukung perkembangannya. Gambar 14. Dinamika populasi MPF pada pola tanam padi kedelai musim tanam pertama dan musim tanam kedua. Huruf a pada warna yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda antara musim tanam pertama dan musim tanam kedua menurut uji t. Berdasarkan waktu tanam Gambar 14, populasi MPF saat panen meningkat pada musim tanam kedua. Hal ini terjadi karena mikrob pelarut fosfat menyukai kondisi aerob.

4.1.7. Mikrob Sellulotik

Mikrob selulolitik berfungsi untuk menguraikan selulosa menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah dan dapat tersedia bagi tanaman. Bakteri sellulotik secara langsung akan mendegradasi residu tanaman padi dan kedelai. Gambar 15 menunjukkan hasil pengujian kemampuan bakteri dalam membentuk zona bening yang diperjelas dengan indikator congo red, mampu membentuk zona bening pada substrat amorf seperti CMC Carboxy Methyl Cellulose setelah diinkubasi selama 48 jam. a b a Pemberian congo red sebagai indikator pembentukan zona jernih b Zona bening di sekitar koloni isolat mikrob sellulotik merupakan tanda dari adanya aktivitas mikrob sellulotik dalam melarutkan P terikat Gambar 15. Koloni mikrob sellulotik pada media Carboxy Methyl Cellulose Setiap mikrob selulolitik menghasilkan kompleks enzim yang bekerja secara sinergis dalam mendegradasi sellulosa tersebut menjadi glukosa. Seluruh residu diperkecil ukurannya sebelum dikembalikan ke tanah dengan tujuan untuk memperbesar luas permukaan substrat sehingga lebih mudah didegradasi bakteri sellulotik. Hal ini sesuai dengan penjelasan Kim 1995 yang menyatakan bahwa b akteri sellulotik m enunjukkan adanya enzim endo-β-1, 4-glukanase CMC-ase yang dapat memutuskan ikatan β-1, 4 pada serat sellulosa sehingga menghasilkan molekul sellulosa yang lebih pendek. Selulosa merupakan unsur pokok karbon yang terbanyak dari tanaman dan ketersediaannya yang melimpah di alam. Unsur- unsur yang terdapat pada selulosa yaitu terdiri dari C, H dan O dengan rumus molekul C 6 H 10 O 5 n. Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai rata-rata populasi mikrob sellulotik pada tanah dengan pola tanam padi-kedelai lebih tinggi dibanding dengan pola tanam lainnya. Tabel 9. Populasi mikrob sellulotik pada musim tanam kedua dengan perlakuan dosis pupuk kandang dan pola tanam Dosis Pupuk kandang t ha -1 Pola Tanam Rata-rata Padi-Padi Padi-Kedelai Kedelai-Kedelai -- x 10 3 SPK g -1 tanah BKM -- 20 111,00 141,54 105,76 119,43 A 10 112,79 135,47 108,60 118,95 A Rata-rata 111,89 b 138,51 a 107,18 b Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada kolom yang sama dan huruf kecil yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5. SPK=satuan per koloni, BKM=berat kering tanah mutlak. Populasi mikrob tinggi pada rotasi tanam padi-kedelai karena mikrob lebih aktif untuk mendekomposisi jerami yang mempunyai kadar sellulosa dan lignin lebih tinggi dibandingkan kedelai. Selanjutnya dengan kondisi yang aerob pada pertanaman kedelai musim tanam kedua, pertumbuhan mikrob sellulotik lebih meningkat. Castellanos et al. 1995 menyatakan bahwa mikrob sellulotik akan bekerja dalam mendekomposisi sellulosa. Mikrob rendah setelah terjadinya penyusutan berat jerami pada saat panen dan hasil dekomposisi terakhir adalah gula. Hasil dekomposisi berupa gula akan menghambat kerja enzim sellulosa. Residu yang telah di dekomposisi musim tanam pertama dapat dimanfaatkan untuk mendekomposisi bahan organik bersellulosa pada bahan atau lingkungan kering atau lembab dan bersifat masam pada musim tanam kedua. Hal ini diperkuat oleh Crawford 1976 yang menyatakan bahwa bakteri sellulotik aktif bekerja pada kondisi masam dan tanah lembab atau agak kering. Pelczar et al. 1988 juga menegaskan bahwa bakteri sellulotik berfungsi dalam mengurai bahan organik menjadi substansi yang menyediakan nutrien bagi tanaman. Mikrob dalam mendekomposisi bahan organik mengeluarkan enzim yaitu suatu substansi protein yang bertanggung jawab terhadap dekomposisi dengan cara mengurangi aktifitas energi senyawa-senyawa tertentu yang diperlukan untuk memecah ikatan-ikatan bahan-bahan organik. Tanpa aktifitas mikrob sellulotik maka segala kehidupan di tanah akan terhambat.