Azotobacter Dinamika Populasi Mikrob Tanah

Tabel 6. Populasi Azotobacter pada musim tanam kedua dengan perlakuan dosis pupuk kandang dan pola tanam . Dosis Pupuk kandang t ha -1 Pola Tanam Rata-rata Padi-Padi Padi-Kedelai Kedelai-Kedelai -- x 10 3 SPK g -1 tanah BKM -- 20 69,96 122,81 47,76 80,18 A 10 76,36 137,14 47,99 87,16 A Rata-rata 73,16 ab 129,98 a 47,88 b Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada kolom yang sama dan huruf kecil yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5. SPK=satuan per koloni, BKM=berat kering tanah mutlak. Pupuk kandang dosis 10 t ha -1 lebih tinggi sebesar 8,71 dibanding dosis 20 t ha -1 terhadap populasi Azotobacter dengan perlakuan pola tanam. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk kandang dosis 10 t ha -1 Populasi Azotobacter pada pola tanam padi-kedelai dengan pemberian pupuk kandang dosis 10 t ha sudah mampu memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Inokulasi Azotobacter efektif dalam meningkatkan hasil panen tanaman budidaya pada tanah yang dipupuk dengan bahan organik yang cukup. Ketersediaan bakteri yang mengandung sel-sel Azotobacter mampu meningkatkan panen tanaman budidaya. -1 lebih tinggi dibanding dosis 20 t ha -1 pada saat panen musim tanam kedua. Pemberian pupuk organik dosis 10 t ha -1 Populasi Azotobacter Gambar 10 pada musim tanam kedua nyata lebih tingggi dibandingkan yang ada pada musim tanam pertama kecuali untuk pola tanam kedelai-kedelai. Residu yang didapat dari musim tanam pertama mampu meningkatkan sifat fisik, kimia dan biologi tanah dalam mendukung pertumbuhan efisien diberikan pada budidaya padi dan kedelai. Hasil pengamatan ini mengindikasikan bahwa penambahan pupuk organik sebagai sumber C-organik dan unsur hara lainnya menghasilkan populasi Azotobacter tertinggi setelah pemberian pupuk organik dan pengembalian residu ke tanah. Pupuk kandang merupakan salah satu komponen budidaya tanaman yang ramah lingkungan serta mempunyai peranan dalam memperbaiki kesuburan tanah struktur tanah baik secara fisik, kimia atau biologi Janariah dan Sulichantini 2004. tanaman musim tanam kedua sehingga terjadi peningkatan hasil pada musim tanam kedua. Sutrisna 1996 menyatakan pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah sampai musim tanam kedua sebagai akibat dari pengaruh residu pupuk organik musim tanam pertama dan dan musim tanam kedua itu sendiri. Gambar 10. Dinamika populasi Azotobacter pada pola tanam padi kedelai musim tanam pertama dan musim tanam kedua. Huruf a dan b pada warna yang sama menunjukkan nilai berbeda antara musim tanam pertama dan musim tanam kedua menurut uji t. Populasi Azotobacter berdasarkan waktu pengamatan musim tanam kedua memberikan hasil tertinggi saat panen. Koloni Azotobacter berkembang dengan cepat karena kemampuannya untuk mengikat N 2 Pengelolaan tanaman kedelai sesuai pada lahan kering dan lembab. Populasi Azotobacter meningkat pada kondisi tanah lembab dan tidak tergenang Hutabarat 2011. sehingga tanah pada kondisi tidak tersedia N tidak mengganggu perkembangbiakannya. Hal ini didukung oleh Holt et al. 1994 yang menyatakan bahwa Azotobacter bersifat aerob tetapi masih dapat hidup dengan tekanan oksigen rendah. Rao 1977 juga mengemukakan bahwa Azotobacter adalah bakteri aerob obligat atau bakteri yang memerlukan oksigen bebas sehingga peran oksigen menjadi salah satu faktor dalam perkembangan hidupnya.

4.1.5. Azospirillum

Mikrob yang diisolasi dengan menggunakan media selektif NFB belum tentu Azospirillum, namun mikrob tersebut mempunyai ciri seperti Azospirillum sehingga dapat digolongkan kedalam Azospirillum-like Arum et al. 2011. Uji positif pertumbuhan Azospirillum Gambar 11 ditunjukkan dengan terbentuknya koloni berbentuk cincin pelikel dibawah permukaan media, kemudian media berubah menjadi warna biru. Uji MPN positif pada sampel tanah dari Cikarawang. Perubahan warna biru menunjukkan bahwa ada aktivitas nitrogenase bakteri penambat nitrogen non simbiosis pada media bebas nitogen, yaitu NFB Nitrogen Free Bromthymol Blue semi solid. a Tidak terbentuk pelikel ditandai tidak terjadi perubahan warna media b Pelikel yang dibentuk Azospirillium terjadi perubahan warna media Gambar 11. Koloni Azospirillum pada media Nitrogen Free Bromthymol Blue NFB Azospirillum merupakan mikroba penambat N 2 yang hidup berasosiasi dengan tanaman di dalam akar. Hal ini menunjukkan bahwa pada sampel tanah Desa Cikarawang Bogor mengandung bakteri penambat N 2 Iswandi 1989 menyatakan bahwa dalam media NFB ciri Azospirillum adalah pembentukan pelikel cincin yang tipis beberapa ml di bawah permukaan non simbiosis yang ikut berperan dalam pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik tanpa melalui pupuk kimia. Pelikel medium dalam tabung. Bila dilihat dengan mikroskop sel akan tampak berbagai bentuk tetapi yang paling dominan pada media Na-malat adalah bentuk batang yang melengkung dari berbagai ukuran yang mengandung bintik-bintik lemak. Jumlah sel bakteri penambat N 2 non simbiosis dapat disesuaikan dengan tabel MPN Careces 1982; Nurosid et al. 2008.. Terbentuknya pelikel atau selaput putih menunjukkan adanya pergerakan dari bakteri penambat N 2 non simbiosis atau bisa juga dikatakan bahwa bakteri penambat N 2 non simbiosis bersifat motil dalam media NFB semi solid, selain itu media NFB semi solid juga mampu menyediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri penambat N 2 Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai rata-rata populasi Azospirillum pada tanah dengan pola tanam padi-padi lebih tinggi dibanding dengan pola tanam lainnya. non simbiosis. Tabel 7. Populasi Azospirillum pada musim tanam kedua dengan perlakuan dosis pupuk kandang dan pola tanam Dosis Pupuk kandang t ha -1 Pola Tanam Rata-rata Padi-Padi Padi-Kedelai Kedelai-Kedelai -- x 10 3 SPK g -1 tanah BKM -- 20 6,10 2,41 0,59 3,03 A 10 4,73 2,67 1,00 2,80 A Rata-rata 5,42 a 2,54 b 0,79 c Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada kolom yang sama dan huruf kecil yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5. SPK=satuan per koloni, BKM=berat kering tanah mutlak. Populasi Azospirillum berbeda untuk masing-masing perlakuan pola tanam padi-padi, padi-kedelai dan kedelai-kedelai. Populasi Azospirillum lebih tinggi sebesar 586,1 pada pola tanam padi-padi dan sebesar 221,52 pada pola tanam padi-kedelai dibanding pola tanam kedelai-kedelai. Peningkatan populasi Azospirillum pada pola tanam padi-padi karena bakteri tersebut bersimbiose dengan tanaman padi. Bakteri Azospirillum menambat N 2 pada kondisi mikroaerofilik atau kondisi oksigen rendah terutama pada lingkungan rizosfer. Nitrogen yang ditambat tersebut akan diserap tanaman dalam bentuk NO 3 - dan NH 4 + . Jika dibandingkan dengan bakteri lain, Azospirillum mempunyai kisaran toleransi yang lebih luas terhadap ketersediaan oksigen, tetapi fiksasi N