karena banyak mikrob tanah justru mampu hidup dan aktif pada lahan marginal kekurangan unsur hara.
Kajian tentang dinamika populasi mikrob dalam tanah sebagai respon terhadap sistem rotasi tanaman dan budidaya organik masih terbatas, oleh karena
itu penelitian ini dilakukan untuk mempelajari kondisi yang terjadi dilapangan.
1.2. Tujuan
- Mempelajari populasi total mikrob, total fungi, dan beberapa kelompok fungsional Azotobacter, Azospirillium, Rhizobium, Mikrob Pelarut
Fosfat, Mikrob Perombak Selulosa pada lahan pertanian dengan sistem pergiliran pola tanam : padi-padi, padi-kedelai dan kedelai-kedelai.
- Mempelajari pengaruh pemberian pupuk kandang dengan dosis 50 dan 100 terhadap dinamika populasi mikrob di dalam tanah pada
sistem pergiliran pola tanam : padi-padi, padi-kedelai dan kedelai- kedelai.
1.3. Hipotesa
- Pola tanam padi-kedelai memiliki total mikrob, total fungi, dan beberapa kelompok fungsional Azotobacter, Azospirillium, Rhizobium,
Mikrob Pelarut Fosfat, Mikrob Perombak Selulosa lebih tinggi dibanding pada pola tanam padi-padi dan kedelai-kedelai.
- Dosis 50 pupuk kandang pada musim tanam kedua memberikan pengaruh yang sama dengan dosis 100 pupuk kandang terhadap
dinamika populasi mikrob di dalam tanah pada sistem pergiliran pola tanam padi-padi, padi-kedelai dan kedelai-kedelai serta pertumbuhan
tanaman.
1.4. Batasan
Batasan penelitian meliputi pengambilan sampel tanah untuk melihat dinamika populasi mikrob tanah selama dua kali musim tanam pada sistem
pergiliran pola tanam padi-padi, padi-kedelai dan kedelai-kedelai serta pertumbuhan tanaman.
1.5. Alur Pemikiran
Tanaman pangan seperti tanaman padi dan kedelai memiliki potensi yang besar sebagai sumber pendapatan petani, namun dalam kegiatan produksinya
sering menghadapi kendala serangan hama dan penyakit yang menyebabkan gagal panen atau produksi berkurang. Salah satu cara yang dilakukan selama ini adalah
penggunaan pupuk anorganik dan pestisida dalam jumlah yang berlebihan sehingga menjadi sumber pencemar pada bahan pangan, air dan lingkungan hidup.
Budidaya tanaman monokultur juga dapat mendorong ekosistem pertanian rentan terhadap organisme serangan hama, keragaman hayati di dalam tanah berkurang
sehingga menurunkan hasil panen. Peran pergiliran tanaman dan pertanian organik dapat mempertahankan
produksi, meningkatkan kesehatan ekosistem, memelihara keragaman hayati tanah. Keragaman hayati yang merupakan semua jenis tanaman, hewan dan
mikrob yang ada dan berinteraksi dalam suatu ekosistem sangat menentukan tingkat produktivitas pertanian. Pertanian organik mampu memberikan kontribusi
dalam mencapai produktivitas pertanian berkelanjutan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa mikrob dan keragaman hayati dalam sistem pertanian
organik membawa pengaruh yang positif bagi ketersediaan hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Sutanto 2002 menyatakan peran mikrob di dalam tanah antara
lain : mampu mendaur ulang hara, penyimpanan sementara dan pelepasan kembali untuk dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Sistem pertanian organik perlu terus
dikembangkan sehingga mampu menjaga kelestarian alam dan keseimbangan ekosistem.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertanian Organik
Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat meningkatkan kesehatan tanah maupun kualitas ekosistem tanah dan produksi
tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada penggunaan input yang dapat diperbaharui dan bersifat alami. Departemen
Pertanian 2004 menyatakan bahwa pemakaian pupuk dan pestisida anorganik yang telah berlangsung selama berberapa puluh tahun telah diakui banyak
menimbulkan kerusakan baik terhadap struktur tanah, kejenuhan tanah, terhadap air, hewan dan manusia. Pemberian pupuk dengan jenis dan dosis tertentu tidak
lagi berpengaruh nyata terhadap produksi karena mikrob tanah sudah berkurang jumlahnya sehingga dosis penggunaan pupuk semakin meningkat dari tahun
ketahun. Menyikapi permasalahan tersebut, peluang pertanian organik sangat prospektif. Andoko 2002 menyatakan bahwa ciri pertanian organik adalah
penggunaan bahan organik baik dalam pemupukan maupun dalam pengendalian hama dan penyakit.
Pertanian organik berlandaskan pada daur ulang hara secara hayati dan masukan unsur dari luar ekosistem diminimalkan. Salah satu komponen dari
ekosistem pertanian organik yang perlu dikedepankan adalah mikrob tanah yang keberadaannya dalam tanah cukup signifikan dan mempunyai peran dalam mata
rantai proses produksi pertanian organik. Adanya keperdulian terhadap issu kesehatan dan lingkungan mendorong berkembangnya pertanian organik Hidayat
1996. Lahan yang digunakan untuk produksi pertanian organik harus bebas dari bahan kimia sintetis pupuk dan pestisida. Untuk mencukupi kebutuhan hara
tanaman, maka upaya peningkatan kesuburan tanah secara alami melalui daur ulang nutrisi tanaman, harus dioptimalkan dengan mengandalkan perbaikan
aktivitas biologis, serta fisik dan kimia tanah Setyorini dan Hussain 2011.
2.2. Pengat
uran Pola Tanam
Negara-negara berkembang yang bertanam dengan rotasi tanam banyak dijumpai dikalangan petani, bahkan pola tanam dengan sistem pergiliran tanaman
menjadi budidaya pertanian yang sangat penting. Cara bertanam seperti ini dapat mengurangi resiko gagalnya hasil panen. Hal tersebut dapat memberikan hasil
panen yang lebih stabil bila dibandingkan dengan pola tanam secara monokultur. Pola tanam dalam pertanian bukanlah hal yang baru bagi sebagian besar petani
skala kecil di Indonesia Kasryno 2003. Petani melakukan sistem pola tanam untuk memenuhi keragaman
kebutuhan komsumsi keluarga. Dalam konteks ekonomi, pola tanam diarahkan untuk memenuhi permintaan pasar. Pola tanam dalam pertanian perlu dilakukan
agar memberikan manfaat maksimal dalam peningkatan produksi dan pendapatan petani. Petani cenderung bertanam padi terus-menerus lima kali padi dalam dua
tahun bila air tersedia sepanjang tahun pada lahan sawah irigasi sehingga berdampak buruk terhadap perkembangan hama dan penyakit. Pola yang
dianjurkan adalah dengan tetap mempertahankan padi dua kali setahun tetapi dengan mengikutsertakan palawija pada salah satu musim tanam. Hal ini
dimungkinkan karena tersedianya varietas padi unggul umur genjah. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pola tanam petani dapat dimodifikasi dengan pola
introduksi dengan mempertimbangkan tanaman padi pada musim satu dan tanaman kacang kedelai pada musim kedua atau sebaliknya Rusastra et al. 2004.
Penanaman kedelai dalam sistem rotasi dengan padi sawah berpotensi menekan populasi beberapa macam hama dan patogen penyebab penyakit yang
umumnya menyerang padi, meningkatkan efisiensi pemanfaatan air, menjaga keseimbangan unsur hara, meningkatkan intensitas tanam dan produktivitas lahan.
Biaya usahatani untuk tenaga kerja mengolah tanah maupun pemupukan N berpotensi untuk dapat ditekan. Schlegel dan Schemith 1976 mengemukakan
bahwa pengikatan N
2
udara secara simbiotik memungkinkan perolehan nitrogen sebanyak 100-300 kghatahun. Dinamika populasi bio-intensif akan berubah dan
lebih beragam dengan terjadinya perubahan pola tanam yang berlanjut di atasnya. Perubahan ini perlu diamati dan diduga berhubungan langsung dengan faktor
produksi tanaman yang diusahakan di lahan tersebut. Populasi bio-intensif yang lebih beragam diharapkan akan meningkatkan produksi tanaman.
Tanaman lain yang ditanam langsung setelah padi bisa mendapatkan manfaat residu hara dari pemupukan padi. Oleh karenanya palawija lainnya yang
ditanam setelah padi memerlukan lebih sedikit pupuk dibandingkan setelah penanaman selanjutnya pada lahan yang sama.
2.3. Dinamika Mikrob Tanah Pada Budidaya Padi dan Kedelai
Selain pemborosan, penggunaan pupuk secara berlebihan juga tidak menguntungkan bagi kelestarian lahan karena mengganggu keragaman hayati di
dalam tanah dan pertumbuhan tanaman. Penanaman padi yang sangat intensif dengan pemupukan yang terus menerus tidak saja menyebabkan tingginya residu
pupuk, tetapi juga meningkatkan kandungan logam berat Las et al. 2006. Agen hayati yang seharusnya secara alami dapat mengendalikan
pengganggu tanaman, turut musnah karena penggunaan pestisida tersebut. Kenyataan ini telah berlangsung terus dan belum ada upaya maksimal untuk
mengatasinya. Di beberapa tempat telah terjadi “Ecological Disease” yaitu kondisi lingkungan yang sakit, dengan daya dukung faktor biotik dan abiotik
dalam keadaan minimal untuk menunjang produksi pertanian Rauf 2010. Keadaan ini bila berlangsung lama akan merusak seluruh ekosistem yang akhirnya
berakibat pada turunnya produksi pertanian. Selain itu teknik budidaya yang menggunakan pola tanam yang terus menerus akan turut menyumbang
terganggunya keseimbangan ekologis tersebut. Teknik budidaya yang selama ini dilakukan harus mulai diubah dengan teknik budidaya yang berbasis lingkungan,
yang menggunakan seluruh daya dukung lingkungan biotik dan abiotik, untuk mengatasi berbagai permasalahan produksi tanaman dan mendukung
keberlanjutannya. Kesuburan tanah tidak hanya bergantung pada komposisi kimiawinya
melainkan juga pada ciri alami mikrob yang menghuninya. Dari beberapa mikrob tanah yang dikenal, bakteri merupakan kelompok mikrob dalam tanah yang paling
dominan dan mungkin meliputi separuh dari biomassa mikrob dalam tanah. Bakteri terdapat dalam segala macam tipe tanah tetapi populasinya menurun