Suhu Salinitas Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Siput Gonggong

6 dasar perairan, yaitu lumpur, pasir tanah liat berpasir, kerikil dan batu. Tipe substrat suatu perairan akan mempengaruhi penyebaran, kepadatan, dan komposisi bentos. Penyebaran dan kepadatan siput berhubungan dengan diameter rata-rata butiran sedimen, kandungan debu dan liat, serta cangkang-cangkang biota yang telah mati, yang secara umum dapat dikatakan bahwa semakin besar ukuran butiran berarti semakin kompleks substrat, sehingga semakin beragam pula jenis biotanya. Menurut Odum 1993 menyatakan bahwa substrat dasar yang berupa batu-batu pipih dan batu kerikil merupakan lingkungan hidup yang baik bagi organisme bentik yang memiliki kepadatan dan keanekaragaman yang besar dibandingkan dengan perairan yang berpasir dan berlumpur halus. Pada jenis sedimen berpasir, kandungan oksigen relatif besar dibandingkan pada sedimen yang halus karena pada sedimen berpasir terdapat pori udara yang memungkinkan terjadinya pencampuran yang lebih intensif dengan air di atasnya, tetapi pada sedimen ini tidak banyak nutrien, sedangkan pada substrat yang lebih halus walaupun oksigen sangat terbatas tapi tersedia nutrien dalam jumlah besar Wood 1987. Spesies siput gonggong umumnya mendiami substrat lunak dan dapat ditemukan pada substrat yang didominasi oleh pasir hingga pasir berlumpur Dody 2007. Distribusi dan kelimpahan moluska dipengaruhi oleh diameter rata-rata butiran sedimen, kandungan debu, liat, dan adanya kandungan cangkang-cangkang organisme yang telah mati dan kestabilan substrat. Kestabilan substrat dipengaruhi oleh pengadukan substrat oleh alat tangkap. Kelimpahan dan keanekaragaman jenis epifauna meningkat pada substrat yang banyak mengandung cangkang organisme yang telah mati. Jenis-jenis dari kelas gastropoda dan bivalvia dapat tumbuh dan berkembang pada sedimen halus, karena memiliki alat-alat fisiologi khusus untuk beradaptasi pada lingkungan perairan yang memiliki tipe substrat berlumpur seperti siphon yang memanjang Discoll Brandon 1973 in Pratami 2005.

2.3.2. Suhu

Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas matahari. Suhu air di perairan Indonesia umumnya berkisar antara 28-31 °C. Suhu air di dekat pantai biasanya 7 sedikit lebih tinggi daripada yang di lepas pantai Nontji 2002. Secara umum suhu air laut di sekitar perairan Teluk Klabat berkisar antara 29,28-30,67 °C. Suhu air pada lapisan permukaan memperlihatkan nilai yang lebih bervariasi daripada suhu air pada lapisan yang lebih dalam. Suhu pada lapisan permukaan cenderung lebih hangat daripada lapisan di bawahnya, dan maksimum suhu air teramati pada lapisan permukaan BAPPEDA 2007. Menurut Dody 2007 bahwa siput gonggong hidup pada kisaran suhu antara 28,5-29,9 °C . Pada perairan yang dalam, penetrasi cahaya matahari tidak sampai ke dasar, sehingga suhu air di dasar perairan yang dalam lebih rendah dibandingkan dengan suhu air di dasar perairan dangkal. Suhu air merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas serta memacu atau menghambat perkembangbiakan organisme perairan. Pada umumnya peningkatan suhu air sampai skala tertentu akan mempercepat perkembangan organisme perairan. Perubahan suhu dapat menjadi isyarat bagi organisme untuk memulai atau mengakhiri berbagai aktivitas, misalnya reproduksi Nybakken 1988.

2.3.3. Salinitas

Salinitas adalah total konsentrasi dari seluruh ion terlarut dalam perairan yang dinyatakan dalam satuan grkg atau ‰. Salinitas mempunyai peranan penting dalam kehidupan organisme, misalnya dalam distribusi biota akuatik. Penurunan salinitas di perairan estuari akan mengubah komposisi dan dinamika populasi organisme. Tanggapan atau respon organisme terhadap kadar salinitas berbeda-beda Levinton 1982 in Ippah 2007. Nilai salinitas di sekitar perairan Teluk Klabat berkisar antara 24,95-32,73 PSU BAPPEDA 2007. Menurut Dody 2007 bahwa siput gonggong pada kisaran salinitas antara 31,0-33,3 ‰. Menurut Venberg Venberg 1972 bahwa salinitas optimum bagi bivalvia berkisar antara 2-36 ‰. Suhu dan salinitas merupakan parameter yang penting diukur, karena fluktuasinya sangat tinggi, umumnya di daerah estuari. Fluktuasi alami salinitas di daerah pasang surut dapat disebabkan oleh penguapan besar, curah hujan, dan berbagai aktivitas manusia, terutama di daerah pesisir dekat muara sungai yang mengeluarkan sejumlah besar air tawar. Kelimpahan larva menunjukkan hubungan dengan penurunan salinitas. 8

2.3.4. Derajat keasaman pH