5 lipatan. Pada bagian tubuh yang tegak dengan beberapa alur spinal anterior yang
menegak berbentuk kerucut, berkerut dan halus. Cangkang siput gonggong lebih berfungsi sebagai alat gerak pengeruk substrat
dan bela diri atau mempertahankan diri daripada sebagai tutup cangkang, karena tidak menutup seluruh daerah mulut cangkang Yonge 1976. Pertumbuhan
cangkang moluska sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan-bahan pembentuk cangkang, seperti: kalsium karbonat sebagai unsur makro, magnesium karbonat,
silikat, fosfat, asam amino seperti: asam asparatik, serine, alanine dan lainnya sebagai unsur mikro Bevelander et al 1981.
2.2. Habitat dan Tingkah Laku Siput Gonggong Strombus turturella
Habitat siput gonggong umumnya adalah substrat lumpur berpasir yang banyak ditumbuhi tumbuhan bentik seperti lamun dan makro algae, mulai dari batas
surut terendah hingga kedalaman ± 6 meter Abbott 1960. Pemilihan habitat ini mengikuti ketersediaan makanan berupa detritus dan makro algae serta kondisi
lingkungan yang terlindung dari gerakan massa air Nybakken 1988. Siput gonggong lebih bersifat epifauna atau hidup di atas permukaan substrat,
walaupun hewan ini juga memiliki kebiasaan membenamkan diri pada waktu-waktu tertentu. Pemilihan ini dikarenakan kegiatan mencari makan dan reproduksi
dilakukan di permukaan substrat. Jenis siput laut ini memiliki tingkah laku dalam beberapa fase sebagai berikut: fase membenamkan diri ke dalam substrat, fase aktif
mencari makan di permukaan substrat, dan fase reproduksi. Siput gonggong akan membenamkan diri ke dalam substrat pada saat pergerakan masaa air mengaduk
permukaan substrat Hawkins Sander 1982.
2.3. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Siput Gonggong
2.3.1. Substrat dasar dan sedimen perairan
Substrat merupakan tempat tinggal tumbuhan dan hewan yang hidup di dasar perairan atau di permukaan benda yang ada di kolom perairan. Substrat juga
berguna sebagai habitat, tempat mencari makan, dan memijah bagi sebagian besar organisme akuatik. Menurut Hynes 1978 in Honata 2010 faktor utama yang
menentukan penyebaran, kepadatan, dan komposisi jenis bentik adalah substrat
6 dasar perairan, yaitu lumpur, pasir tanah liat berpasir, kerikil dan batu. Tipe substrat
suatu perairan akan mempengaruhi penyebaran, kepadatan, dan komposisi bentos. Penyebaran dan kepadatan siput berhubungan dengan diameter rata-rata
butiran sedimen, kandungan debu dan liat, serta cangkang-cangkang biota yang telah mati, yang secara umum dapat dikatakan bahwa semakin besar ukuran butiran
berarti semakin kompleks substrat, sehingga semakin beragam pula jenis biotanya. Menurut Odum 1993 menyatakan bahwa substrat dasar yang berupa batu-batu
pipih dan batu kerikil merupakan lingkungan hidup yang baik bagi organisme bentik yang memiliki kepadatan dan keanekaragaman yang besar dibandingkan dengan
perairan yang berpasir dan berlumpur halus. Pada jenis sedimen berpasir, kandungan oksigen relatif besar dibandingkan
pada sedimen yang halus karena pada sedimen berpasir terdapat pori udara yang memungkinkan terjadinya pencampuran yang lebih intensif dengan air di atasnya,
tetapi pada sedimen ini tidak banyak nutrien, sedangkan pada substrat yang lebih halus walaupun oksigen sangat terbatas tapi tersedia nutrien dalam jumlah besar
Wood 1987. Spesies siput gonggong umumnya mendiami substrat lunak dan dapat ditemukan pada substrat yang didominasi oleh pasir hingga pasir berlumpur Dody
2007. Distribusi dan kelimpahan moluska dipengaruhi oleh diameter rata-rata butiran
sedimen, kandungan debu, liat, dan adanya kandungan cangkang-cangkang organisme yang telah mati dan kestabilan substrat. Kestabilan substrat dipengaruhi
oleh pengadukan substrat oleh alat tangkap. Kelimpahan dan keanekaragaman jenis epifauna meningkat pada substrat yang banyak mengandung cangkang organisme
yang telah mati. Jenis-jenis dari kelas gastropoda dan bivalvia dapat tumbuh dan berkembang pada sedimen halus, karena memiliki alat-alat fisiologi khusus untuk
beradaptasi pada lingkungan perairan yang memiliki tipe substrat berlumpur seperti siphon yang memanjang Discoll Brandon 1973 in Pratami 2005.
2.3.2. Suhu