Timbal Pb HASIL DAN PEMBAHASAN

29 positif yaitu semakin tinggi nilai padatan tersuspensi maka makin tinggi nilai kekeruhan, akan tetapi tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti tingginya kekeruhan. Nilai kekeruhan yang terendah di daerah tepi Lampiran 5 pada setiap stasiun. Hal ini disebabkan karena daerah tersebut tidak adanya pengaruh aktivitas penambangan timah maupun pengaruh dari daratan sehingga nilai kekeruhan rendah dan banyak ditemukan biota siput gonggong. Nilai kekeruhan pada ketiga stasiun tersebut masih cukup baik untuk kehidupan siput gonggong seperti yang jelaskan oleh Pescod 1971 in Honata 2010, bahwa nilai kekeruhan yang masih dapat ditolerir bagi makrozoobentos adalah 30 NTU. Namun pada daerah terluar telah melebihi ambang baku mutu sebesar lebih dari 5 NTU KEPMEN LH 2004.

4.9. Timbal Pb

Timbal atau lebih dikenal dengan nama timah hitam, termasuk golongan unsur transisi IVA dan terletak pada periode ke-enam dengan nomor atom 82. Logam Pb yang masuk ke dalam perairan sebagai dampak dari aktivitas kehidupan manusia, diantaranya air limbah industri yang berkaitan dengan logam Pb dan air buangan dari pertambangan bijih timah hitam Bangun 2005. Kandungan logam Pb dalam air stasiun 1 diperoleh nilai rendah, stasiun 2 memiliki kandungan logam Pb dalam air berkisar antara 0,009-0,012 mgl, dan stasiun 3 memiliki kandungan logam Pb dalam air berkisar antara 0,009-0,0102 mgl Gambar 12 dan Lampiran 5. Tepi Tengah Terluar P b dalam a ir m g l 0,000 0,002 0,004 0,006 0,008 0,010 0,012 0,014 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Gambar 12. Kandungan logam Pb dalam air rata- rata mgl di perairan Pantai Lokasi pengamatan 30 Kandungan logam Pb di stasiun 1 diperoleh nilai yang tidak terdeteksi dari setiap daerah yang diteliti. Hal ini dikarenakan kandungan logam Pb dalam air pada perairan Pantai Belembang, Teluk Klabat memiliki nilai yang rendah dan masih berada di bawah batas deteksi Atomic Absorption Spectrophotometer ASS yakni sebesar 0,0002 ppm untuk logam Pb. Kandungan Pb yang rendah ini terkait dengan ketersediaan logam tersebut secara alami di perairan yang sangat rendah yaitu sebesar 0,00003 ppm Waldichuck 1974 in Amien 2007. Selain itu rendahnya kandungan logam Pb dalam kolom air dapat disebabkan oleh adanya pengaruh iklim, dalam hal ini curah hujan. Menurut Darmono 1995 in Bangun 2005, menyatakan bahwa kandungan logam dalam air dapat berubah bergantung pada lingkungan dan iklim. Pada musim hujan, kandungan logam akan lebih kecil karena proses pelarutan. Selain itu diduga dapat dipengaruhi oleh arus yang berkembang, sehingga dapat melarutkan logam Pb yang ada di perairan. Kandungan logam Pb tinggi di stasiun 2 dan 3 , diduga pada daerah tersebut merupakan daerah yang mendapat pengaruh dari kegiatan penambangan timah di sebelah barat dari Pantai Belembang yaitu daerah Pantai Semulut yang berjarak beberapa kilometer dari Pantai Belembang yang banyak terdapat aktivitas penambangan timah dengan menggunakan kapal keruk, kapal hisap, serta dominasi utama kegiatan penambangan ini dilakukan oleh penambang tradisional. Kandungan Pb yang tinggi ini tidak berpengaruh pada kepadatan dari siput gonggong. Hal ini dikarenakan siput gonggong merupakan biota dasar perairan yang diduga memiliki kemampuan yang sangat baik untuk menahan bahan pencemar diperairan dan memiliki proses homeostasi khusus pada organ tubuhnya, sehingga mampu bertahan hidup dengan kondisi lingkungan tersebut. Selain itu kemampuan siput gonggong dalam memfilter air lebih rendah bila dibandingkan dengan biota bivalvia lainnya seperti kerang hijau, sehingga kandungan logam Pb yang terlarut terakumulasi lebih sedikit dibandingkan dengan biota bivalvia. Kebiasaan makan dari siput ini tergolong deposit feeder biasanya yang memakan detritus di substrat dasar perairan dan cenderung herbivora yaitu memakan algae ataupun lamun dari jenis Halodule sp Cob et al. 2008 in BPP-PSPL UNRI 2010, sehingga dapat diduga bahwa kandungan logam Pb yang berbahaya adalah yang 31 terdapat dalam sedimen dan terakumulasi dalam daging siput gonggong. Namun demikian belum ada kajian lebih lanjut mengenai hal ini.

4.10. Kepadatan