23
Gambar 6. Suhu rata-rata °C di perairan Pantai Belembang, Teluk Klabat
Suhu perairan di Pantai Belembang, Teluk Klabat berfluktuasi yang dipengaruhi oleh iklim. Terutama suhu pada minggu ke-empat dan ke-enam yang
mengalami penurunan yaitu berkisar antara 26-27
°
C Lampiran 5. Penurunan suhu ini disebabkan adanya masukan air hujan ke perairan. Menurut Nontji 2002 bahwa
suhu air dipengaruhi oleh curah hujan, penguapan, kelembaban, dan intensitas matahari. Suhu air merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas
serta memacu atau menghambat perkembangbiakan organisme perairan. Peningkatan suhu air sampai skala tertentu 10
°
C akan mempercepat laju metabolisme dan respirasi. Perubahan suhu dapat menjadi isyarat bagi organisme
untuk memulai atau mengakhiri berbagai aktivitas, misalnya reproduksi Nybakken 1988. Suhu perairan di daerah penelitian masih cukup baik bagi kehidupan siput
gonggong seperti yang dijelaskan oleh Dody 2007 bahwa, siput gonggong hidup pada kisaran suhu antara 28,5-29,9
°
C.
4.4. Salinitas
Salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam dalam gram pada setiap kilogram air laut dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan organisme,
khususnya bagi siput gonggong. Kadar salinitas stasiun 1 berkisar antara 31,0-32,0 ‰ dengan rata-rata yaitu 29,2 ± 2,86 ‰, stasiun 2 kadar salinitas berkisar antara
31,0-33,0 ‰ dengan rata-rata 30 ± 3,16 ‰ , dan stasiun 3 kadar salinitas berkisar
31,0-33,0 ‰ dengan rata-rata yaitu 30,3 ± 2,66 ‰ Gambar 7.
Stasiun pengamatan
1 2
3
S u
h u
o C
20 22
24 26
28 30
24
Gambar 7. Salinitas rata-rata ‰ di perairan Pantai Belembang, Teluk Klabat.
Kadar salinitas di perairan Pantai Belembang, Teluk Klabat berfluktuasi yang dipengaruhi oleh iklim. Terutama salinitas di minggu ke-empat dan ke-enam
mengalami penurunan pada semua stasiun yaitu berkisar antara 25-27 ‰ Lampiran
5. Penurunan ini disebabkan adanya masukan air hujan pada saat pengamatan yang memberikan pengaruh nyata terhadap kadar salinitas di stasiun pengamatan.
Menurut Venberg dan Verberg 1972 in Ippah 2007 perubahan kadar salinitas dapat dipengaruhi oleh penguapan besar, curah hujan, dan berbagai aktivitas
manusia yang mengeluarkan sejumlah besar air tawar. Kadar salinitas pada ketiga stasiun tersebut masih cukup baik untuk kehidupan siput gonggong seperti yang
jelaskan oleh Dody 2007 bahwa kadar salinitas siput gonggong berkisar antara 31,0-33,3
‰.
4.5. Derajat keasaman pH
Air laut merupakan penyangga buffer yang baik terhadap keadaan asam dan basa yang disebabkan oleh datangnya air tawar dari sungai sehingga nilai pH di
perairan pantai lebih stabil. Nilai pH di perairan stasiun 1 sebesar 7 dengan rata-rata yaitu 7, stasiun 2 dan 3 memiliki nilai pH berkisar 7-8 dengan rata-rata masing-
masing 8 ± 0,55 dan 8 ± 0,52 Gambar 8 dan Lampiran 5 . Nilai pH di perairan Pantai Belembang, Teluk Klabat memiliki kisaran yang
normal bagi pertumbuhan siput gonggong. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yonvitner 2001 bahwa sebagian besar biota makrozoobenthos sensitif terhadap
perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7,0-8,5. Nilai pH akan mempengaruhi proses biologi kimiawi perairan.
Stasiun pengamatan 1
2 3
Salin it
as o
oo
20 22
24 26
28 30
32 34
25
Stasiun pengamatan 1
2 3
pH
4 5
6 7
8 9
Keanekaragaman bentos mulai menurun pada pH 6,0-6,5 Effendi 2003. Sementara menurut Hawkes 1979 in Rahman 2009 menyatakan bahwa
gastropoda makrozoobentos memiliki kisaran pH yang berbeda-beda dan relatif sempit dalam kisaran antara 7,5-8,4. Secara umum kondisi pH pada perairan Pantai
Belembang tergolong normal dan mengarah ke basa. Hal ini sesuai dengan pernyataan BBP-PSPL UNRI 2010 bahwa siput gonggong hidup pada kisaran pH
sebesar 8,10-8,41. 4.6 Oksigen Terlarut DO
Oksigen terlarut DO merupakan salah satu bentuk gas terlarut yang paling penting dalam sistem kehidupan perairan. Nilai DO di perairan Pantai Belembang,
Teluk Klabat stasiun 1 berkisar antara 5,35-6,5 mgl dengan rata-rata yaitu 5,41 ± 0,27 mgl, stasiun 2 memiliki nilai DO 5,33-6,67 mgl dengan rata-rata yaitu 5,45 ±
0,20 mgl , dan stasiun 3 memiliki nilai DO berkisar 5,26-6,67 mgl dengan rata-rata yaitu 5,67 ± 0,58 mgl Gambar 9 .
Nilai oksigen terlarut di perairan Pantai Belembang, Teluk Klabat mengalami fluktuasi yang dipengaruhi oleh sifat oseanografi fisik perairan yaitu arus dan
gelombang, serta pengaruh dari daratan. Terutama nilai oksigen terlarut pada minggu ke-empat dan ke-enam yang mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan
suhu pada pengamatan tersebut rendah karena adanya masukan air hujan sehingga menyebabkan pencampuran dan pergerakan massa air yang menjadikan kadar
oksigen di perairan tersebut tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi 2003
26 bahwa kadar oksigen berfluktuasi tergantung pada pencampuran, pergerakan massa
air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang masuk ke dalam badan perairan. Nilai oksigen terlarut terendah pada minggu ke-lima Lampiran 5. Hal ini
disebabkan suhu relatif lebih tinggi. Menurut Setyobudiandi 2000 in Ippah 2007, bahwa penurunan oksigen terlarut tidak mempunyai pengaruh yang berarti karena
moluska dapat melakukan metabolisme secara anaerob.
Stasiun pengamatan 1
2 3
D O
m gl
1 2
3 4
5 6
7
Gambar 9 . DO rata-rata mgl di perairan Pantai Belembang, Teluk Klabat Secara keseluruhan kadar oksigen terlarut pada semua stasiun pengamatan
memiliki kadar oksigen terlarut yang normal di perairan laut berkisar antara 5,7-8,5 ppm Sutamihardja 1978 in BAPPEDA 2007. Menurut Clark 1974 bahwa kadar
oksigen terlarut optimum bagi moluska bentik adalah 4,1-6,6 mgl, sedangkan kadar optimum yang masih dalam batas toleransi adalah 4 mgl sehingga kadar oksigen
terlarut pada ketiga stasiun masih dapat ditolerir oleh siput gonggong.
4.7. Total Padatan Tersuspensi TSS