32 Kepadatan rata-rata tertinggi di daerah terluar yang berjarak 120 sampai 200 m
dari tepi pantai yang banyak ditemukan spesies siput gonggong. Hal ini diduga karena daerah terluar memiliki kualitas air yang baik untuk mendukung kehidupan
siput gonggong dan tidak mendapat pengaruh dari daratan, selain itu juga memiliki substrat pasir berlempung yang tergolong substrat lunak. Substrat lunak ini
memiliki bahan organik yang tinggi mengandung sumber makanan potensial bagi siput gonggong. Kandungan bahan organik pada substrat ini berasal dari bakteri
kemosintetik atau bakteri sulfur yang mendapatkan energi dari hasil oksidasi beberapa senyawa sulfur yang tereduksi sebagai sulfida H
2
S yang merupakan produsen primer Nybakken 1988. Selain itu juga kepadatan yang tinggi ini dapat
diakibatkan adanya kegiatan reproduksi ataupun migrasi yang disebabkan buruknya kondisi pada daerah yang dalam, berupa pengadukan oleh massa air laut Abbott
1960. Peningkatan kepadatan pada daerah terluar diduga karena daerah tersebut merupakan daerah pembesaran bagi siput gonggong, sehingga kepadatan lebih
tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya. Namun belum ada kajian lebih lanjut mengenai hal ini.
4.11. Pola Sebaran Jenis
Kondisi lingkungan perairan pada saat pengamatan sangat mempengaruhi pola sebaran jenis disuatu perairan. Penentuan sebaran jenis dengan menggunakan
Indeks Sebaran Morisita dimaksudkan untuk mengetahui pola sebaran jenis yang didapat berupa seragam, mengelompok, atau acak. Jenis dengan pola sebaran
seragam sangat jarang ditemukan di alam. Namun mungkin masih dapat terjadi. Berdasarkan hasil pengukuran Indeks Sebaran Morisita diketahui bahwa pola
sebaran jenis siput gonggong di perairan Pantai Belembang,Teluk Klabat di ketiga stasiun memiliki pola sebaran jenis bersifat mengelompok. Hal ini disebabkan sifat
hidup siput gonggong yang berkoloni dan tidak tersebar luas di alam, sehingga suatu individu jenis hanya dapat ditemukan di tempat tertentu sesuai dengan preferensi
habitatnya. Selain itu juga diduga berhubungan dengan tipe substrat pada daerah pengamatan yaitu pasir dan pasir berlempung yang merupakan areal yang tenang
dan terlindung dari gerakan arus yang kuat serta ketersediaan makanan yang ada di sekitar tempat hidupnya. Pola sebaran jenis ini mengindikasikan bahwa daerah
pengamatan merupakan daerah yang potensial sebagai habitat siput gonggong. Hal
33 ini didukung oleh beberapa faktor, diantaranya pola arus yang berkembang yang
dapat menyebabkan terakumulasinya nutrien dan tersebarnya larva di areal tersebut, banyaknya gosong pasir yang membentuk daerah-daerah terlindung bagi siput
gonggong serta relatif jauhnya dari lokasi pemukiman Dody 2007 Tabel 3. Tabel 3. Pola sebaran jenis siput gonggong di perairan Pantai Belembang,
Teluk Klabat.
Waktu Pengamatan N
n xi²
χ²hitung χ²0,05
Pola Sebaran
5 Maret 2011 74
20 1850
426,0000 30,144
Mengelompok 12 Maret 2011
57 20
1125 337,7368
30,144 Mengelompok
19 Maret 2011 88
20 2594
501,5455 30,144
Mengelompok 26 maret 2011
39 20
521 228,1795
30,144 Mengelompok
2 April 2011 53
20 997
323,2264 30,144
Mengelompok 9 April 2011
49 20
875 308,1429
30,144 Mengelompok
Gabungan 360
120 7962
2294,000 30,144
Mengelompok
Pola sebaran mengelompok pada siput gonggong akan ditemukan pada musim pemijahan di daerah pasang surut hingga daerah sublitoral Abbott 1960. Pola
sebaran mengelompok ini juga berkaitan erat dengan hewan bentik untuk memilih daerah yang akan ditempatinya, khususnya substrat yang ada. Tipe substrat tertentu
akan menarik atau menolak jenis hewan bentik untuk mendiami serta faktor-faktor fisik kimia yang berpengaruh pada kehidupan hewan bentik. Terdapatnya hewan
bentik dewasa berarti daerah tersebut cocok untuk habitat hidup. Kemampuan hewan bentik memilih daerah untuk menetap serta kemampuannya untuk menunda
metamorfosis membuat penyebarannya tidak acak Nybakken 1998.
4.12. Distribusi Frekuensi Panjang