Kepadatan HASIL DAN PEMBAHASAN

31 terdapat dalam sedimen dan terakumulasi dalam daging siput gonggong. Namun demikian belum ada kajian lebih lanjut mengenai hal ini.

4.10. Kepadatan

Kepadatan merupakan jumlah individu yang tertangkap persatuan luas area pengambilan contoh. Siput gonggong pada stasiun 1 memiliki kepadatan rata-rata individu berkisar antara 12-27 ind20m 2 , stasiun 2 memiliki kepadatan rata-rata individu berkisar antara 14-32 ind20m 2 , sedangkan stasiun 3 memiliki kepadatan rata-rata individu berkisar antara 11-29 ind20m 2 . Tepi Tengah Terluar In d m 2 2 4 6 8 10 12 14 16 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Gambar 13. Kepadatan rata-rata indm 2 siput gonggong di perairan Pantai Belembang, Teluk Klabat. Kepadatan rata-rata di daerah tepi yang berjarak 0 sampai 60 meter dari tepi pantai di ketiga stasiun memiliki nilai kepadatan yang rendah, jika dibandingan dengan daerah tengah yang berjarak 60 sampai 120 meter dan daerah terluar yang berjarak 120 sampai 200 meter dari tepi pantai. Hal ini dikarenakan pada jarak 0 sampai 60 m dari tepi pantai daerah tepi memiliki tipe substrat dominan berpasir, sedangkan habitat spesies siput gonggong umumnya mendiami substrat lunak yang didominasi oleh pasir berlumpur Dody 2007. Selain itu juga pada daerah tepi dan tengah merupakan daerah yang banyak dilakukannya penangkapan secara berlebihan oleh nelayan dan berdasarkan pola penyebarannya siput gonggong menyebar secara berkelompok yang berarti bahwa suatu individu jenis hanya dapat ditemukan di tempat tertentu sesuai dengan preferensi habitatnya. Lokasi pengamatan 32 Kepadatan rata-rata tertinggi di daerah terluar yang berjarak 120 sampai 200 m dari tepi pantai yang banyak ditemukan spesies siput gonggong. Hal ini diduga karena daerah terluar memiliki kualitas air yang baik untuk mendukung kehidupan siput gonggong dan tidak mendapat pengaruh dari daratan, selain itu juga memiliki substrat pasir berlempung yang tergolong substrat lunak. Substrat lunak ini memiliki bahan organik yang tinggi mengandung sumber makanan potensial bagi siput gonggong. Kandungan bahan organik pada substrat ini berasal dari bakteri kemosintetik atau bakteri sulfur yang mendapatkan energi dari hasil oksidasi beberapa senyawa sulfur yang tereduksi sebagai sulfida H 2 S yang merupakan produsen primer Nybakken 1988. Selain itu juga kepadatan yang tinggi ini dapat diakibatkan adanya kegiatan reproduksi ataupun migrasi yang disebabkan buruknya kondisi pada daerah yang dalam, berupa pengadukan oleh massa air laut Abbott 1960. Peningkatan kepadatan pada daerah terluar diduga karena daerah tersebut merupakan daerah pembesaran bagi siput gonggong, sehingga kepadatan lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya. Namun belum ada kajian lebih lanjut mengenai hal ini.

4.11. Pola Sebaran Jenis