Tingkat pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan Tingkat pemanfaatan komersial spesies tumbuhan liar Tingkat pengetahuan tradisional masyarakat Baduy dalam pengelolaan hutan

Tumbuhan yang telah diperoleh dari hasil eksplorasi di lahan bekas ladang reuma dan pekarangan buruan disusun berdasarkan spesies dan familinya untuk diketahui jumlah total spesies yang ditemukan.

3.6.3 Tingkat pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan

Tingkat pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan dianalisis secara statistika deskriptif menggunakan persentase terhadap tiga aspek yaitu kelompok manfaat, bagian yang dimanfaatkan, dan tempat pengambilan spesies tumbuhan. Kelompok manfaat meliputi berbagai jenis manfaat yang dikembangkan oleh masyarakat Baduy. Persentase manfaat dihitung dengan menggunakan persamaan: ∑ spesies untuk manfaat tertentu Persentase manfaat tertentu = x 100 ∑ seluruh manfaat Bagian tumbuhan yang digunakan meliputi bagian tumbuhan yang dimanfaatkan mulai dari bagian daun sampai ke akar. Persentase bagian yang dimanfaatkan dihitung dengan menggunakan persamaan: ∑ bagian tertentu yang dimanfaatkan Persentase bagian tertentu = x 100 ∑ seluruh bagian yang dimanfaatkan Tempat pengambilan tumbuhan meliputi hutan lindung, ladang, pekarangan, dan tempat lainnya yang dijadikan tempat pengambilan spesies tumbuhan. Untuk menghitung persentase bagian yang dimanfaatkan digunakan persamaan: ∑ spesies yang dimanfaatkan dari suatu tempat Persentase tempat tertentu = x 100 ∑ seluruh tempat pengambilan

3.6.4 Tingkat pemanfaatan komersial spesies tumbuhan liar

Pemanfaatan komersial dapat dihitung dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Huai dan Pei 2004: RUIs = SNmp x 100 SNp keterangan: RUIs = tingkat pemanfaatan komersial SNmp = jumlah spesies komersial yang dimanfaatkan SNp = total jumlah spesies dalam suatu habitat

3.6.5 Tingkat pengetahuan tradisional masyarakat Baduy dalam pengelolaan hutan

Penilaian terhadap pengetahuan tradisional masyarakat adat tentang tumbuhan dan pengelolaan hutan dapat dilakukan berdasarkan penilaian kuantitatif, misalnya dengan membagi masyarakat berdasarkan kelas umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal. Persamaan berikut dirancang oleh Phillips dan Gentry 1993 diacu dalam Pei et al. 2009 dan dapat digunakan untuk menghitung indeks pengetahuan etnobotani: Mg j = 1 ∑ V i n keterangan: Mgj = rata-rata tingkat pengetahuan etnobotani yang dimiliki oleh anggota kelompok j n = jumlah anggota dalam kelompok j Vi = jumlah pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh anggota i dari kelompok j j = kelas umur atau jenis kelamin atau tempat tinggal Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi dari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tradisional dilakukan pengolahan data menggunakan SPSS 15.0 pada taraf nyata 0,05. Analisis yang digunakan adalah statistika non parametrik Zent 2009, yaitu uji statistik yang kesahihannya tidak bergantung kepada asumsi-asumsi yang kaku. Uji non parametrik yang digunakan adalah: 1. Kruskal Wallis Test, yaitu pengujian hipotesis komparatif dengan k sampel independen dari populasi yang sama. Tes ini digunakan untuk menguji perbedaan dari setiap kelas umur KU. 2. Mann Whitney Test, yaitu pengujian hipotesis komparatif dengan dua sampel independen dari populasi yang sama. Tes ini digunakan untuk menguji perbedaan dari setiap jenis kelamin dan tempat tinggal. Selanjutnya Mgj digunakan untuk menilai retensi atau kemampaun masyarakat untuk menjaga dan mempertahankan pengetahuan tradisional yang dimilikinya Zent 2009. Nilai Mgj dikelompokkan berdasarkan kelas umur dengan interval 15 tahun. Penilaian terhadap perubahan pengetahuan etnobotani menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Zent 2009. Beberapa aspek yang dinilai adalah tingkat retensi RG, tingkat retensi komulatif RC, dan tingkat perubahan tahunan CA. 1. RGt = Mgt Mgr keterangan: RGt = tingkat retensi kelas umur t terhadap kelas umur t+1 Mgt = rata-rata pengetahuan kelas umur t Mgr = rata-rata pengetahuan kelas umur t+1 2. RCt = RCr 10 logRGt keterangan: RCt = tingkat retensi komulatif kelas umur t RCr = tingkat retensi komulatif kelas umur t+1 3. CAt = RCt-1 ygt keterangan: CAt = tingkat perubahan tahunan kelas umur t ygt = interval waktu kelas umur

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas

Wilayah Baduy berada di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Secara geografis t erletak pada 6°27’27”– 6°30’0” LS dan 108°3’9”–106°4’55” BT. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No. 32 Tahun 2001, luas wilayah Baduy adalah 5.101,85 hektar, terdiri dari pemukiman seluas 2.101,85 hektar dan hutan lindung seluas 3.000 hektar. Sumber: RTRW Kabupaten Lebak 2006 Gambar 3 Peta letak wilayah Baduy.

4.2 Topografi dan Iklim

Wilayah Baduy merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng, berada pada ketinggian 300-600 m dpl. Topografinya berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai 45. Suhu di wilayah tersebut rata-rata sebesar 20° C dengan curah hujan rata-rata sebesar 4000 mmtahun.