mengalami penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Dalam hal ini di antaranya adalah pengetahuan tradisional mengenai berbagai jenis
tumbuhan, sifat-sifat yang menyertai dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, serta perlakuan terhadap tumbuhan baik secara ritual maupun non ritual.
2.4.2 Ruang lingkup
Menurut Waluyo 1992, ruang lingkup etnobotani dibatasi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mendalami tentang persepsi masyarakat tentang
sumberdaya nabati di lingkungannya. Hal ini adalah upaya untuk mempelajari kelompok masyarakat dalam mengatur sistem pengetahuan anggotanya
menghadapi tumbuhan dalam lingkungannya, yang digunakan tidak saja untuk keperluan ekonomi tetapi juga untuk kepentingan spiritual dan nilai budaya
lainnya Young 2007.
2.4.3 Konsep umum
Purwanto 1999 dan Young 2007 menyatakan bahwa etnobotani merupakan suatu bidang ilmu yang cakupannya interdisipliner, sehingga terdapat
berbagai polemik tentang kontroversi pengertian etnobotani. Hal ini disebabkan karena perbedaan kepentingan dan tujuan penelitiannya. Seorang ahli ekonomi
botani, akan memfokuskan kajian tentang potensi ekonomi dari suatu tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat adat. Sedangkan seorang antropolog yang
mendasarkan pada aspek sosial, akan berpandangan bahwa untuk melakukan penelitian etnobotani diperlukan data tentang persepsi masyarakat adat terhadap
dunia tumbuhan dan lingkungannya. Cotton 1996, Purwanto 1999, dan Young 2007 menggambarkan dengan jelas tentang etnobotani walaupun masih secara
sederhana, yaitu suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik secara menyeluruh antara masyarakat adat dan alam lingkungannya yang meliputi
sistem pengetahuan tentang sumberdaya alam tumbuhan.
2.4.4 Peran dan manfaat
Purwanto 1999 menyatakan bahwa penelitian tentang pemanfaatan tumbuhan secara tradisional dan pengelolaannya tidak hanya pada aspek fisik dan
kandungan kimia, tetapi juga aspek ekologi, proses domestikasi, sistem pertanian tradisional, dan sebagainya. Secara garis besar penerapan dan peranan etnobotani
dikategorikan menjadi dua kelompok utama yaitu: a.
Pengembangan ekonomi: ditingkat nasional dan global meliputi prospek keanekaragaman hayati secara langsung kepada masyarakat adat. Sedangkan
secara lokal mencakup aspek pendapatan yang berasal dari sumberdaya tumbuhan dan pemeliharaan serta perbaikan produksi yang disesuaikan dengan
kondisi lingkungan lokal. b.
Konservasi sumberdaya alam hayati: secara nasional meliputi konservasi habitat untuk keanekaragaman hayati dan lingkungan serta konservasi
keanekaragaman plasma nutfah untuk program pemuliaan tanaman berpotensi ekonomi. Sedangkan secara lokal meliputi konservasi dan pengakuan
keanekaragaman spesies dan habitat secara tradisional. Dalam perkembangannya, data etnobotani memiliki peranan yang menjadi
daya tarik internasional yaitu identifikasi spesies tumbuhan baru yang mempunyai nilai komersial, penerapan teknik tradisional dalam konservasi spesies langka dan
habitat yang rentan, serta konservasi tradisional plasma nutfah guna program pemuliaan masa datang. Secara prinsip, untuk mendukung peranan tersebut
terdapat tiga cara mengoleksi tumbuhan untuk kepentingan skrining farmakologi yaitu methodology random mengoleksi seluruh spesies tumbuhan yang ada di
suatu daerah, phylogenetic targeting mengumpulkan seluruh spesies tumbuhan berdasarkan pada suku, dan ethnodirected sampling mendasarkan pada
pengetahuan tradisional penggunaan tumbuhan sebagai bahan obat oleh suatu masyarakat adat. Ethnodirected sampling merupakan cara yang dinilai lebih
efisien jika dibandingkan dengan cara lainnya.
2.5 Pengelolaan Hutan oleh Masyarakat Adat