Tingkat pengetahuan etnobotani Penerapan Etnobotani dalam Pengelolaan Hutan

5.2.1 Tingkat pengetahuan etnobotani

Rata-rata indeks pengetahuan etnobotani Mg responden berada pada tingkat sedang yaitu sebesar 0,7852 Lampiran 10. Perbedaan nilai Mg pada setiap responden dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kelas umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal. Hasil analisis dengan uji Kruskal Wallis pada faktor kelas umur menunjukkan bahwa masing-masing kelas umur memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda nyata. Hal ini ditunjukkan oleh nilai P sebesar 0,009 yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05 Lampiran 11. Kesimpulan dari pengujian tersebut adalah perbedaan kelas umur akan selalu menyebabkan perbedaan tingkat pengetahuan, dimana semakin bertambah umur seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi. Pertambahan pengetahuan tersebut dapat disebabkan oleh adanya pengalaman, tingginya intensitas pergi ke hutan, tingginya intensitas pemanfaatkan spesies tumbuhan, dan interaksi dengan pihak luar peneliti atau wisatawan. Selanjutnya, hasil analisis dengan uji Mann Whitney pada faktor jenis kelamin menunjukkan bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda nyata. Hal ini ditunjukkan oleh nilai P sebesar 0,00 yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05 Lampiran 11. Kesimpulan dari pengujian tersebut adalah perbedaan jenis kelamin akan selalu menyebabkan perbedaan tingkat pengetahuan. Hal ini disebabkan karena pada masyarakat Baduy terdapat perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan lihat Tabel 3. Laki-laki memiliki interaksi yang tinggi dengan hutan, sedangkan perempuan lebih banyak melakukan aktivitas di rumah. Interaksi tersebut terlihat dari kegiatan pemanfaatan hasil hutan berupa kayu, obat, madu, dan sebagainya. Selain itu, laki-laki memiliki keterlibatan yang lebih besar dalam pengelolaan hutan karena laki-laki berhak menduduki suatu jabatan di lembaga adat atau lembaga desa sedangkan perempuan tidak. Perbedaan tempat tinggal akan mempengaruhi karakteristik masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar Tabel 11. Perbedaan karakteristik tersebut dikarenakan adanya pembagian wilayah oleh masyarakat Baduy sejak awal keberadaanya Sodikin 2005. Pembagian wilayah Baduy menjadi Baduy Dalam dan Baduy Luar bukan merupakan upaya untuk membedakan status dan kedudukan masyarakat Baduy, melainkan upaya untuk menangkal pengaruh dari luar yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat Baduy, khususnya Baduy Dalam. Sedangkan bagi masyarakat Baduy luar, pembagian ini merupakan kesediaan untuk berinteraksi dengan lingkungan luar tanpa menutup diri dan tetap memegang teguh aturan adat. Tabel 11 Perbedaan karakteristik masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar Karakteristik Baduy Dalam Baduy Luar Pola kehidupan sederhana, tradisional, menjaga keaslian pola hidup nenek moyang mulai dipengaruhi oleh budaya luar, modernisasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi Aturan adat sangat ketat sesuai dengan aturan yang berlaku sejak kehidupan nenek moyangnya lebih longgar Lembaga adat dapat menduduki jabatan-jabatan yang ada di lembaga adat hanya dapat menduduki jabatan tertentu dalam lembaga adat, yaitu jaro 7 Walaupun terdapat perbedaan karakteristik akibat adanya perbedaan tempat tinggal, tingkat pengetahuan antara masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar tidak berbeda nyata. Hasil analisis dengan uji Mann Whitney menunjukkan nilai P sebesar 0,076 yang lebih besar dari taraf nyata 0,05 Lampiran 11. Kesimpulan dari pengujian tersebut adalah perbedaan tempat tinggal tidak selalu menyebabkan perbedaan tingkat pengetahuan.

5.2.2 Retensi pengetahuan etnobotani