Mata pencaharian Kepercayaan Kesenian Pendidikan

4.3 Kondisi Hutan Baduy

Hutan Baduy yang dikenal dengan sebutan leuweung kolot hutan tua menyimpan berbagai keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi merupakan implikasi dari pelestarian dan pengelolaan hutan yang dilakukan oleh masyarakat Baduy. Keanekaragaman tersebut dapat dilihat dari banyaknya jenis flora dan fauna yang ada di leweung kolot. Menurut Fawnia et al. 2004, flora yang dapat ditemukan di leweung kolot berjumlah 109 spesies, contohnya adalah jeret Terminalia arborea, raksamala Altingia excelsa, dan biksir Durio zibethinus. Lalu menurut Iskandar 1992, fauna yang umumnya dapat ditemukan yaitu burung 30 spesies, mamalia 13 spesies, ikan 19 spesies, dan reptil 8 spesies. Menurut Wirdateti et al. 2005, salah satu contoh fauna dilindungi yang berada di hutan Baduy adalah kukang Nycticebus coucang. 4.4 Masyarakat Baduy 4.4.1 Demografi Jumlah penduduk Baduy tahun 2010 berdasarkan data di lembaga pamarentahan Baduy adalah 11.172 orang. Jumlah tersebut tersebar di 58 kampung, dengan rincian tiga kampung berada di Baduy Dalam dan 55 kampung berada di Baduy Luar. Penduduk yang berada di Baduy Dalam berjumlah 1.170 orang 303 kepala keluarga dan penduduk yang berada di Baduy Luar berjumlah 10.002 orang 2.645 kepala keluarga. Jika dilihat perbedaan jenis kelaminnya, maka laki-laki yang berada di Baduy Dalam dan Baduy Luar masing-masing berjumlah 611 orang dan 5.013 orang. Sedangkan perempuan yang berada di Baduy Dalam dan Baduy Luar masing-masing berjumlah 559 orang dan 4.989 orang.

4.4.2 Mata pencaharian

Mata pencaharian utama masyarakat Baduy adalah berladang ngahuma yang dalam rukun hidup pikukuh masyarakat Baduy merupakan hal yang sangat penting. Selain berladang, terdapat juga kegiatan lain misalnya menyadap aren nyadap dan mencari madu nyiar odeng. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh laki-laki. Kegiatan yang khusus dilakukan oleh perempuan adalah menenun kain. Pada mulanya, kegiatan ini dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Dengan meningkatnya kunjungan masyarakat luar ke wilayah Baduy maka kegiatan menenun dijadikan mata pencaharian oleh sebagian perempuan Baduy, khususnya yang berada di Baduy Luar.

4.4.3 Kepercayaan

Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Baduy adalah Slam Sunda Wiwitan. Masyarakat Baduy meyakini adanya tuhan yang disebut Gusti Allah sebagai pencipta alam. Mereka beranggapan bahwa Gusti Allah menciptakan manusia pertama yaitu Nabi Adam dan menurunkannya di alam Baduy sasaka domas. Tempat tersebut merupakan tempat suci dan inti bumi yang perlu dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Baduy untuk mencegah terjadinya kerusakan di bumi. Hal ini merupakan dasar kepercayaan Slam Sunda Wiwitan yang dijadikan landasan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Baduy.

4.4.4 Kesenian

Pada dasarnya, tidak banyak kesenian yang dikembangkan dalam kehidupan masyarakat Baduy. Kesenian dianggap dapat melenakan hati dan pikiran seseorang, sehingga hanya sedikit kesenian yang dikembangkan oleh masyarakat Baduy, di antaranya adalah seni musik dan seni suara. Alat-alat yang dikembangkan dalam seni musik di antaranya adalah angklung, kacapi, dan gambang. Lalu, seni suara yang berkembang dalam kehidupan mereka adalah pantun dan doa yang dilantunkan dalam upacara dan ritual tertentu.

4.4.5 Pendidikan

Masyarakat Baduy tidak mengenal pendidikan secara formal. Pendidikan yang dikembangkan adalah pendidikan non-formal. Orang tua mengajarkan pengetahuan yang mereka miliki kepada anak-anaknya agar dapat hidup mandiri. Pengetahuan tersebut diberikan secara lisan dari orang tua kepada anaknya.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN