3.3.1.4 Pengukuran Persentase Pasir Semu Psedousand
Untuk mengetahui persentase terjadinya pasir semu psedousand pada lahan gambut di lokasi penelitian maka diambil gambut di atas permukaan dengan
ukuran plot 10 cm x 10 cm x 2 cm dari beberapa titik. Jika contoh pasir semu telah diperoleh kemudian ditimbang agar diketahui beratnya. Selanjutnya gambut
tersebut dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air dan diaduk sampai larut dalam air. Selama beberapa menit dibiarkan sampai terlihat bahan gambut yang
mengapung diatas air. Langkah berikutnya, bahan gambut yang mengapung tersebut diambil dan ditiriskan diatas kertas saring kasar. Setelah kering
kemudian ditimbang untuk menghitung berapa persentase gambut yang telah menjadi pasir semu psedousand.
3.3.1.5 Penentuan Tingkat Kematangan Gambut
Dalam kunci taksonomi tanah Soil Survey Staff 1999 tingkat kematangan gambut dapat dibedakan berdasarkan tingkat dekomposisi dari bahan
bahan serat tanaman asalnya. Ketiga macam tingkat kematangan tersebut adalah saprik, hemik dan fibrik. Karena pentingnya tingkat kematangan ini untuk
diketahui, maka untuk memudahkan penciriannya di lapangan, definisi tentang serat-serat ini harus ditetapkan terlebih dahulu. Serat-serat diartikan sebagai
potongan-potongan dari jaringan tanaman yang sudah mulai melapuk atau melapuk tidak termasuk akar-akar yang masih hidup dengan memperlihatkan
adanya struktur sel dari tanaman asalnya. Potongan-potongan serat mempunyai ukuran diameter
≤ 2 cm, sehingga dapat diremas dan mudah dipisahkan dengan jari akan diamati tingkat kematangannya. Sementara untuk potongan-potongan
kayu berdiameter 2 cm dan belum melapuk sehingga sulit untuk dipisahkan dengan jari, seperti potongan-potongan cabang kayu besar, batang kayu dan
tunggul tidak dianggap sebagai serat-serat tetapi digolongkan sebagai fragmen kasar.
Penetapan tingkat kematangan gambut di lapangan dilakukan dengan mengambil segenggam gambut, kemudian diperas dengan telapak tangan secara
perlahan-lahan dan perhatikan apakah ada sisa serat-serat yang tertinggal di dalam telapak tangan. Sisa serat-serat tersebut menunjukkan tingkat kematangan, yaitu :
i. Bila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah
pemerasan, adalah tiga perempat bagian atau lebih ≥34, maka tanah
gambut tersebut digolongkan ke dalam jenis fibrik.
ii. Bila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah
pemerasan, adalah antara kurang dari tiga perempat sampai seperenam bagian atau lebih 34 -
≥16, maka tanah gambut tersebut digolongkan
ke dalam jenis hemik
iii. Bila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah
pemerasan, adalah kurang dari seperenam bagian, maka tanah gambut
tersebut digolongkan ke dalam jenis saprik.
Cara lain untuk mendukung penggolongan tingkat kematangan gambut diatas adalah dengan memperhatikan warnanya menggunakan Munssel Soil
Colour Chart. Jika gambut digolongkan pada kematangan fibrik maka akan memperlihatkan warna hitam muda agak terang, kemudian disusul hemik
dengan warna hitam agak gelap dan seterusnya saprik berwarna hitam gelap. Apabila lahan gambut tersebut pernah terjadi kebakaran maka warna gambut akan
lebih hitam terutama pada bagian permukaan, sehingga dalam pengamatan hal ini harus diperhatikan juga agar tidak terjadi kesalahan penafsiran.
3.3.2 Analisis Tanaman Kelapa Sawit dan Sifat- Sifat Gambut