Pendugaan C Biomassa Kelapa Sawit C Atas Permukaan Pendugaan Cadangan C dalam Gambut C Bawah Permukaan

3 Kemudian diamati sifat kering tak balik menggunakan metode Water Drop Penetration Time WDPT yang diadopsi oleh Bisdom et al. 1993 yaitu dengan meneteskan 3 tetes aquades diameter 6 mm ke atas bahan gambut Tabel 2. 4 Berikutnya mengamati sudut kontak antara air dengan permukaan bahan gambut dan waktu terjadinya penetrasi. Bila sudut kontak 90 dengan waktu penetrasi 5 detik, maka bahan gambut tidak dapat menyerap air kembali. Sebaliknya bila sudut kontak 90 dengan waktu penetrasi 5 detik, maka bahan gambut dapat menyerap air. Klasifikasi bahan menolak air disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi Bahan Menolak Air Berdasarkan Metode WDPT WDPT detik Klasifikasi Bahan 5 5-60 60-600 600-3600 3600 Bahan dapat menyerap air kembali Bahan menolak air lemah Bahan menolak air kuat Bahan menolak air sangat kuat Bahan menolak air ekstrim kuat Hasil pengukuran sifat-sifat gambut dilakukan analisis regresi dan korelasi untuk mengetahui pengaruhnya satu sama lain dengan menggunakan MS. Excel dan SPSS Ver. 11.

3.3.2.5 Pendugaan C Biomassa Kelapa Sawit C Atas Permukaan

Karbon biomassa kelapa sawit diduga dengan menggunakan faktor konversi yang diperoleh dari hasil analisis kandungan C masing-masing dimensi kelapa sawit , yaitu batang, pelepah dan daun. Rumus yang digunakan adalah : C biomassa kg pohon -1 = Biomassa Kering kg pohon -1 x C.............. 4 Kemudian C biomassa kgpohon akan dikonversi untuk mengetahui besarnya biomassa dalam satuan hektar menggunakan rumus berikut : C biomassa kg pohon -1 x kerapatan tanaman pohon ha -1 C biomassa t ha -1 = ......... 5 10 3

3.3.2.6 Pendugaan Cadangan C dalam Gambut C Bawah Permukaan

Penetapan cadangan karbon gambut per hektar akan dihitung dengan menggunakan rumus berikut : Shimada et al. 2000 A x BI x C x D TC t ha -1 = ......................................................... 6 10 3 Dimana : TC = Total kandungan karbon gambut t ha -1 A = Luas areal petakan penelitian ha atau 10 6 dm 2 BI = Bobot isi g cc -1 atau kgdm 3 C = Kandungan C organik D = Ketebalan gambut dm

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Sifat-Sifat Gambut di Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di agroekosistem kelapa sawit yang berada pada 2 dua lokasi berbeda yaitu Kebun Meranti Paham Ajamu 2 dan Kebun Panai Jaya Ajamu 3 masing- masing mewakili umur tanam kelapa sawit, yaitu umur 18, 13, 11, 9, 2, 1 dan 1 tahun. Kematangan gambut dari kedua kebun tersebut beragam dari saprik sampai fibrik. Keberagaman kematangan gambut pada Kebun Meranti Paham cenderung secara vertikal, dimana bagian permukaan memiliki kematangan saprik karena lahan ini telah lebih dari 25 tahun dibuka dan telah mengalami berbagai pengolahan lahan, drainase dan pemupukan yang intensif sehingga mempercepat proses dekomposisi. Sementara itu kematangan pada Kebun Panai Jaya sangat beragam baik secara vertikal maupun horisontal disebabkan lahan ini baru mengalami pembukaan sekitar 4 tahun sehingga belum mengalami dekomposisi lanjut. Sifat-sifat gambut pada lokasi penelitian secara lebih jelas disajikan pada Lampiran 1. Berdasarkan kematangan gambut maka diperoleh bobot isi saprik, hemik dan fibrik masing-masing berkisar antara 0.135-0.175 gcc, 0.073-0.150 gcc dan 0.10-0.122 gcc. Bobot isi merupakan sifat gambut yang penting untuk diketahui karena berbagai sifat gambut yang lain sangat dipengaruhi oleh bobot isi. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa bobot isi gambut sangat rendah Andriesse 1974; Driessen and Rochimah 1976 dalam Andriesse 1988; Sumawinata dan Mulyanto 2004 dalam Sabiham 2006. Kecilnya bobot isi gambut mengakibatkan daya tumpu menjadi rendah sehingga akar tanaman tidak mampu bertumpu dengan kokoh. Sementara pH H 2 O tidak menunjukkan keragaman pada berbagai tingkat kematangan karena masih dikelompokkan dalam kelas sangat masam. Tingginya kemasaman gambut ini diduga akibat dari dekomposisi bahan gambut yang menghasilkan asam-asam organik. Semakin tebal gambut maka pHnya akan semakin rendah Suhardjono dan Widjaja Adhi 1976 dalam Noor 2001. Ketebalan gambut pada lokasi penelitian rata-rata berkisar antara 127.42 cm sampai 502.92 cm, sehingga digolongkan sebagai gambut sedang