Cadangan C Biomassa Kelapa Sawit

berapa kali jumlah pengembalian dan berapa banyak bahan tersebut dikembalikan. Produksi TBS rata-rata kelapa sawit pada kelas kesesuaian lahan S2 yang umumnya berada pada lahan gambut disajikan Tabel 7. Tabel 7. Produksi Kelapa Sawit Pada Umur Tanam 9 – 18 Tahun Umur Tanam tahun Tandan Buah Segar tonhatahun Rerata Berat Tandan kgtandan Rerata Jumlah Tandan tandanpohon 9 28.0 16.5 13.1 11 28.0 18.5 11.6 13 28.0 20.0 10.8 17 24.5 24.1 7.8 18 23.5 25.2 6.2 Sumber : PPKS 6 Pebruari 2009 Komunikasi Pribadi Besarnya produksi TBS pada Tabel 7 merupakan gambaran besarnya biomassa basah kelapa sawit dari TBS. Pada umur tanam 9-13 tahun maka TBS diperoleh rata-rata 28 tonhatahun kemudian terjadi penurunan pada umur tanam 17 dan 18 tahun berarti akan terjadi penurunan produksi pada umur tanam di atas 17 tahun tersebut. Untuk melihat biomassa kering perlu diketahui kadar air dan kadar minyak dari TBS baik dari buahnya maupun janjang, agar bisa digunakan untuk melakukan konversi. Pada penelitian ini kedua parameter tersebut tidak diukur.

4.5 Cadangan C Biomassa Kelapa Sawit

Perhitungan cadangan karbon biomassa kelapa sawit ditentukan berdasarkan persentase kandungan C dalam biomassa. Konversi cadangan C biomassa dilakukan dengan menggunakan faktor konversi yang berasal dari hasil perhitungan rata-rata kandungan C pada batang sebesar 54.14 , pada pelepah sebesar 55.41 dan pada daun sebesar 55.15 . Hasil konversi dari biomassa menjadi C biomassa tersebut disajikan pada Gambar 9 dan Tabel 8. Pada umur tua 9 tahun akumulasi C biomassa pada batang lebih tinggi dibandingkan pada pelepah dan daun. Sementara pada umur muda 2 tahun menunjukkan bahwa akumulasi C biomassa pada pelepah lebih tinggi dibandingkan bagian lainnya. 20 40 60 80 100 120 1 2 9 11 13 17 18 C bi o m a ss n ho po a kg Ba ta ng Pelepa h Da un Umur Tanam tahun Gambar 9. Cadangan C Biomassa kgpohon Pada Berbagai Umur Tanam Tabel 8. Cadangan C Biomassa Pada Berbagai Dimensi Kelapa Sawit Umur Tanam tahun C Biomass tonha d] Batang Pelepah Daun Total 18 10.59 2.41 1.87 14.88 17 12.47 2.05 1.92 16.43 13 8.65 2.20 1.65 12.49 11 8.45 2.25 2.37 13.07 9 6.24 3.29 2.35 11.88 2 0.28 0.44 0.27 1.00 1 0.19 0.30 0.22 0.70 Cadangan C biomassa total tertinggi berdasarkan pengukuran secara destruktif didapat pada plot umur tanam 17 tahun yaitu sebesar 16.43 tonha, yang sebagian besar C biomassa tersebut terakumulasi pada batang yaitu sebesar 12.47 tonha. Sementara itu cadangan C biomassa total terendah adalah pada plot umur tanam 1 tahun sebesar 0.7 tonha yang sebagian besar terakumulasi pada pelepah sebesar 0.3 tonha. Hubungan antara umur tanam kelapa sawit dengan C biomassanya cenderung menunjukkan pola sigmoid. Pada umur tanam masih muda terjadi peningkatan C biomassa yang relatif lambat selanjutnya akan semakin cepat d] Perhitungan berdasarkan jumlah pohon sebanyak 130 pohonha seiring dengan bertambahnya pertumbuhan. Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa C biomassa mulai umur tanam 17 tahun cenderung menunjukkan nilai yang konstan dan terjadi penurunan pada umur 18 tahun. Berarti cadangan C biomassa akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur kelapa sawit tetapi pada umur tertentu cadangan C biomassa mulai mencapai kondisi yang cenderung tidak lagi mengalami perubahan. Namun pola ini masih berupa pendugaan sementara karena data ini belum mencakup umur tanam antar 3 sampai 8 tahun dan umur tanam yang diatas 18 tahun. 20 40 60 80 100 120 140 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 B io m a ss a K er ing k g p o ho n Umur Tanam tahun Gambar 10. Pola C Biomassa Berdasarkan Umur Tanam 4.6 Dimensi-Dimensi Kelapa Sawit dan Hubungannya dengan Biomassa Fenomena yang menarik pada pertumbuhan kelapa sawit di lahan gambut adalah umur tanam tidak selalu berbanding lurus dengan diameter batang dan tinggi tanaman. Pengukuran diameter batang yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan sejajar tanah dan tegak lurus batang baik yang dengan pelepah maupun tanpa pelepah. Sementara ukuran tinggi merupakan tinggi vertikal yang diukur dari permukaan tanah sampai pucuk, tinggi bebas percabangan dan panjang batang miring Tabel 9. Tabel 9. Diameter D dan Tinggi H Rata-Rata Pada Berbagai Umur Tanam Kelapa Sawit Diameter cm Dengan Pelepah Tanpa Pelepah Tinggi cm Umur Tanam tahun Sejajar Tanah D1 Tegak Lurus Batang D2 Tegak Lurus Batang D3 Total H1 Bebas Percabangan H2 Panjang Batang Miring H3 18 78.4 78.4 50.6 1502 518 528 17 80.5 74.4 51.2 1236 610 592 13 70.0 72.0 46.0 1106 314 295 11 81.5 81.5 55.2 1029 269 257 9 83.5 82.0 60.6 1136 244 236 2 44.6 44.6 26.8 336 53 53 1 35.3 35.3 22.8 308 46 46 Dari Gambar 11 dan 12 dapat dilihat pola pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman kelapa sawit menurut umurnya. Pengukuran diameter baik dengan pelepah yang sejajar tanah D1 dan tegak lurus batang D2 maupun yang tanpa pelepah D3 menunjukkan pola yang sama. Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa ukuran diameter meningkat cukup jelas dari umur tanam 1 tahun sampai 9 tahun, selanjutnya terjadi penurunan sampai umur tanam 13 tahun kemudian meningkat kembali. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 D ia m et er cm Umur Tanam tahun D1 Dia meter denga n Pelepa h ya ng Diukur Seja ja r Ta na h D2 Dia meter denga n Pelepa h ya ng Diukur Tega k Lurus Ba ta ng D3 Dia meter Ta npa Pelepa h Gambar 11. Diameter Kelapa Sawit Sesuai dengan Umur Tanam Tinggi tanaman yang diukur sampai pucuk atau tinggi total H1 menunjukkan pola yang berbeda dibandingkan tinggi bebas percabangan H2 dan panjang batang miring H3 seperti terlihat pada Gambar 12. Tinggi total kelapa sawit terus meningkat dari umur tanam 1 tahun sampai 9 tahun, setelah itu terjadi penurunan sampai umur tanam 11 tahun dan kemudian meningkat kembali. Sementara itu, tinggi bebas percabangan dan tinggi batang miring menunjukkan pola yang sama yaitu terjadi peningkatan terus sampai umur tanam 17 tahun dan kemudian mengalami penurunan. 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Ti n g g i cm Umur Tanam tahun H1 Tinggi Tota l H2 Tinggi Beba s Perca ba nga n H3 Pa nja ng Ba ta ng Miring Gambar 12. Tinggi Kelapa Sawit Sesuai dengan Umur Tanam Dari Gambar 13 dapat dilihat bahwa terjadi gangguan fisiologis berupa serangan rayap yang menyebabkan pelepah menjadi cepat lapuk dan gugur sehingga semakin tua tanaman sehingga diameternya mengecil. Rayap adalah salah satu makrofauna tanah yang berfungsi dalam proses dekomposisi tahap awal tetapi juga bisa bersifat pengganggu bagi tanaman hidup. Sehubungan dengan fungsinya sebagai pendekomposer maka substrat yang diperlukan oleh rayap adalah bahan organik. Apabila substratnya yang terdapat pada lahan gambut telah terdekomposisi maka rayap akan menyerang kelapa sawit yang juga merupakan sumber bahan organik. Keberadaan rayap tersebut sangat mengganggu bagi pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Faktor lainnya diduga akibat kekurangan unsur hara yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya pertumbuhan tanaman tersebut. Meskipun telah dilakukan pemupukan tetapi sebagian dikelat oleh senyawa organik sehingga tidak bisa diambil oleh tanaman, dan sebagian lagi akan hilang dengan cepat melalui aliran air permukaan runoff maupun pencucian leaching. Tinggi tanaman seolah-olah berkurang seiring bertambahnya umur tanaman. Sebenarnya hal ini diakibatkan oleh daya dukung gambut yang rendah menyebabkannya tidak mampu menopang tanaman sehingga tanaman tumbuh miring dan bengkok. Faktor lainnya yang diduga adalah kondisi lahan gambut yang miskin hara yang menyebabkan kelapa sawit lebih cepat mengalami masa stagnasi dalam pertumbuhannya jika dibandingkan pada pada kelapa sawit yang tumbuh pada tanah mineral. Gambar 13. Kelapa Sawit yang Terserang Hama Rayap dan Tumbuh Miring di Lahan Gambut

4.7 Persamaan Alometrik