Biologi Ikan Gurame Osmoregulasi dan Salinitas

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Gurame

Ikan gurame Osphronemus gouramy Lac. sebagai ikan budidaya sudah ditulis orang sebagai ikan konsumsi dan ikan hias sejak tahun 1802. Publikasi secara besar-besaran tentang ikan gurame berlangsung pada tahun 1895. Ikan gurame asli berasal dari Kepulauan Sunda Besar, penyebarannya sebagai ikan budidaya meliputi wilayah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Cina, India, Srilangka, Kepulauan Sychillin, dan Australia Sarwono dan Sitanggang, 2007. Adapun klasifikasi ikan gurame menurut Standar Nasional Indonesia SNI: 01-6485.2-2000 adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Subordo : Belontiidae Famili : Osphronemidae Genus : Osphronemus Spesies : Osphronemus gouramy Lac. Ikan gurame memiliki badan yang pipih, agak panjang dan lebar. Badan itu tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar. Mulutnya kecil, letaknya miring, bibir bawah terlihat menonjol sedikit dibandingkan bibir atas, ujung mulut dapat disembulkan. Ikan ini biasa hidup di sungai, rawa, dan danau serta cocok dipelihara di air tenang. Selain di air tawar, ikan gurame dapat pula menyesuaikan diri dan hidup di perairan payau yang kadar garamnya rendah Sarwono dan Sitanggang, 2007. Ikan ini tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah, suhu optimal untuk ikan gurame berkisar antara 28-32 o C Huet, 1971 dan Hardjamulia, 1978 dalam Dewi, 2006. Ikan gurame bersifat omnivora, jenis makanan yang diberikan dibedakan berdasarkan stadia umur, untuk larva atau benih biasanya diberikan berbagai jenis fitoplankton dan zooplankton antara lain Rotifera, Chlorella, Infusoria, Artemia dan Daphnia, sedangkan ikan gurame dewasa biasanya diberikan daun tumbuhan yang lunak dan pakan buatan Jangkaru, 2003.

2.2 Osmoregulasi dan Salinitas

Osmoregulasi adalah proses pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan organisme air termasuk ikan yang menyebabkan proses fisiologis organ tubuh berjalan normal Rahardjo, 1980. Proses fisiologis dalam tubuh akan berjalan normal apabila keseimbangan konsentrasi garam cairan tubuh dengan lingkungannya dapat dipelihara dan dijaga. Menurut Watanabe 1988, secara signifikan, sejumlah mineral dapat diabsorbsi dari air secara langsung. Lebih jauh lagi, sebagian besar vertebrata hanya mampu mengekskresikan regulasi minimal dari mineral yang terabsorbsi melalui makanan. Walaupun demikian, sebagian besar spesies dapat melakukan regulasi apabila konsentrasi ion-ion dalam cairan tubuhnya demikian dijaga, agar lingkungan internalnya tetap konstan. Hal ini dicapai oleh ikan melalui proses pengaturan ion dan osmotik pada ginjal dan insang. Gilles dan Jeaniaux 1979 dalam Dewi 2006 menyatakan bahwa osmoregulasi pada organisme akuatik dapat dilakukan dalam dua cara diantaranya yaitu: 1. Menjaga osmokonsentrasi cairan di luar sel ekstraseluler organ tetap konstan terhadap apapun yang terjadi pada salinitas medium eksternalnya, 2. memelihara isoosmotik cairan dalam sel atau interseluler terhadap cairan luar sel ekstraseluler. Tiap spesies memiliki kisaran salinitas optimum. Di luar kisaran ini ikan harus mengeluarkan energi lebih banyak untuk osmoregulasi daripada untuk pertumbuhan Boyd, 1990. Cairan tubuh ikan air tawar mempunyai tekanan osmotik yang lebih besar daripada lingkungannya, sehingga garam-garam tubuh cenderung keluar dan air cenderung masuk ke dalam tubuhnya secara osmotik melalui permukaan kulit yang semipermiabel Gilles dan Jeaniaux, 1979 dalam Dewi, 2006. Menurut Stickney 1979, salah satu cara penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu. Pengaturan tekanan osmotik ini merupakan faktor pengatur fungsi fisiologis organ tubuh yang memerlukan energi. Apabila salinitas lingkungan mendekati salinitas cairan tubuh ikan, maka energi hasil metabolisme hampir tidak dipergunakan untuk penyesuaian diri dengan tekanan osmotik lingkungannya. Ikan yang dipelihara dalam air media dengan salinitas lingkungan yang tidak sesuai dengan konsentrasi garam fisiologis tubuhnya, menyebabkan energi dari anabolisme makanan dipakai untuk keperluan kegiatan fisik dan pergantian sel tubuh dengan lingkungannya metabolisme basal, sehingga proses pertumbuhan terhambat Stickney, 1979. Tekanan osmotik air akan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas. Darah ikan air tawar memiliki tekanan osmotik sekitar 6 atm atau setara dengan 7000 mgl sodium klorida NaCl Mackee dan Wolf, 1963 dalam Boyd, 1982. Ikan air tawar dapat hidup baik pada air laut dengan level salinitas tersebut. Menurut Dewi 2006, benih gurame ukuran 3-6 cm yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi yaitu 92,27. Salah satu fungsi homeostatis yang terpenting pada organisme hidup adalah regulasi lingkungan osmotik internal yang tepat, mekanisme pengaturan keseimbangan cairan tubuh inilah yang merupakan fungsi osmoregulasi Yuwono, 2001. Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan Boyd, 1988. Menurut Effendi 2003, salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan gkg atau promil o oo . Tujuh ion utama yang berkontribusi terhadap salinitas adalah sodium, potassium, kalsium, magnesium, chloride, sulfate, dan bicarbonate. Air biasanya hanya mengandung sedikit unsur phosphorus, inorganik nitrogen, besi, mangan, zinc, copper, boron, dan unsur lain. Pada daerah estuari, salinitas air diestimasi berdasarkan konsentrasi chloride Swingel, 1969 dalam Boyd, 1982. Menurut Holliday 1969, dalam batas-batas tertentu, setiap organisme mempunyai daya tahan atau tingkat toleransi terhadap perubahan lingkungan. Kemampuan penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan tersebut tergantung ketahanan jaringan dan pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh. Jika perubahannya di luar kisaran toleransi, maka laju pertumbuhan ikan dapat menurun dan bahkan dapat menyebabkan kematian mendadak atau berangsur- angsur. Salinitas berhubungan erat dengan tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitas, semakin tinggi tekanan osmotik air Boyd, 1982. Salinitas mempengaruhi kondisi internal hewan air. Tekanan osmotik dan konsentrasi ion cairan tubuh merupakan salah satu faktor yang ada dalam sifat kimia air dan keberadaannya di dalam air dapat menjadi faktor penghambat atau pemacu pertumbuhan ikan.

2.3 Medan Listrik