mendeteksi objek. Passive electroreception pada vertebrata diasosiasikan dengan sederetan peripheral syaraf tepi dan struktur pusat neural syaraf, termasuk sel
kulit, reseptor sel rambut sebelah dalam yang sama dengan syaraf-syaraf pada lateral line
, dengan target utama pada bagian khusus inti otak bagian sebelah belakang dan pusat pemrosesan dalam otak bagian belakang, otak bagian tengah,
dan thalamus.
2.7 Efek Medan Listrik terhadap Jaringan Hidup
Menurut Fathony 2004, medan dan arus listrik pada frekuensi rendah apabila berinteraksi dengan jaringan biologik dapat mengakibatkan efek fisiologik
maupun psikologik. Medan listrik diduga dapat menimbulkan efek pada jaringan hidup Itegin dan Gunay, 1993 dalam Nuryandani, 2005. Mekanisme interaksi
medan listrik dengan benda hidup berupa induksi medan dan juga arus listrik pada jaringan biologi. Induksi pada benda hidup disebabkan adanya muatan-muatan
listrik bebas yang terdapat pada ion kaya cairan seperti darah, getah bening, syaraf, dan otot yang dapat terpengaruh gaya yang dihasilkan oleh muatan-muatan dan
aliran arus listrik Nair, 1989. Besaran medan dan arus listrik ditentukan oleh hubungan kompleks diantara
banyak faktor, termasuk frekuensi dan intensitas medan, sifat kelistrikan jaringan tubuh, dan kondisi paparan. Jika tubuh menyerap intensitas medan listrik dan
magnetik yang relatif cukup, maka hal ini akan merangsang sistem syaraf dan otot-otot dalam tubuh. Bahkan pada intensitas yang rendah pun, akan berpengaruh
pada aktivitas modulasi di dalam otak maupun sifat syaraf Fathony, 2004. Pemberian medan listrik memberikan pengaruh pada amplitudo dan
frekuensi kontraksi otot polos pada usus halus kelinci Nuryandani, 2005. Otot polos dapat dirangsang oleh berbagai stimulus antara lain melalui saraf dan
hormon Hill dan Wayse, 1989 dalam Nuryandani, 2005. Salah satu perubahan fisis selama terjadi kontraksi otot pada usus adalah perubahan tegangan dan
panjang Goenarso, 2003 dalam Suarga, 2006.
2.8 Pencernaan pada Ikan
Ikan termasuk hewan yang memiliki saluran pencernaan yang lengkap. Saluran pencernaan ikan terdiri dari segmen mulut, rongga mulut, faring, esofagus,
lambung, piloric cecae, usus, rektum, dan anus. Menurut Michel 2006, sebelum terjadi pencernaan makanan di dalam tubuh ikan, keberhasilan ikan dalam
mendeteksi makanan menjadi faktor penting. Oleh karena itu, sistem sensor kimia pada ikan atau chemoreseption disusun untuk mendeteksi substansi kimia yang
terlarut di dalam air, dimana rangsangan kimia memainkan peranan yang penting dalam pencarian makanan dan kebiasaan makan pada ikan. Rangsangan kimia ini
akan ditangkap oleh sistem olfactory yang mampu mempelajari rangsangan pemberian pakan.
Usus sebagai salah satu segmen saluran pencernaan ikan yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pencernaan dan penyerapan sari-sari makanan.
Perbandingan panjang usus dengan panjang tubuh ikan herbivora pemakan nabati adalah 3,70-6,0, ikan omnivora pemakan nabati dan hewani 1,30-4,20
dan ikan karnivora pemakan hewani adalah 0,50-2,40 panjang tubuh Opuszynski dan Shireman, 1995.
Ikan gurame adalah salah satu jenis ikan pemakan tumbuh-tumbuhan air yang mempunyai usus yang pendek dibandingkan ikan jenis herbivora lainnya.
Menurut Affandi 1993, ikan gurame yang panjang total tubuhnya antara 3,8-5,0 cm mempunyai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh PUPT sebesar
0,62-1,02, yang berukuran panjang total 8,9-11,9 cm mempunyai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh sebesar 1,11-1,64. Sedangkan yang berukuran
panjang total 13,5-15 cm mempunyai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh sebesar 1,31-2,31. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa saluran
pencernaan ikan gurame masih mengalami perkembangan walaupun strukturnya telah sempurna memiliki segmen-segmen yang lengkap. Dengan demikian
selama pertumbuhannya, ikan gurame mengalami perubahan dalam hal perbandingan PUPT dari karakter ikan omnivora atau herbivora Yandes, 2003.
2.9 Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup