Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Dari hasil yang diperoleh selama penelitian, bahwa kontrol 0 ppt dan perlakuan 3, 6, dan 9 ppt yang diberi paparan listrik 10 volt tidak berbeda nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup, efisiensi pakan, dan rasio PUPT. Akan tetapi, memberikan pengaruh secara nyata pada selang kepercayaan 95 p0,05 terhadap laju pertumbuhan bobot harian dan pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gurame Tabel 3. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Sitio 2008, pemberian medan listrik hingga 10 volt pada media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt masih memberikan pengaruh yang baik dan berbeda nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gurame ukuran 2-4 cm. Salah satu cara penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu. Pengaturan tekanan osmotik ini merupakan faktor pengatur fungsi fisiologis organ tubuh yang memerlukan energi. Apabila salinitas lingkungan mendekati salinitas cairan tubuh ikan, maka energi hasil metabolisme hampir tidak dipergunakan untuk penyesuaian diri dengan tekanan osmotik lingkungannya Stickney, 1979. Dari hasil pengamatan tingkah laku ikan gurame pada wadah perlakuan lebih agresif dibandingkan pada wadah kontrol. Hal ini diduga akibat dari media pemeliharaan bersalinitas lebih tinggi dibandingkan cairan tubuh ikan, sehingga ikan lebih cenderung melakukan penyesuaian diri dengan tekanan osmotik lingkungannya. Oleh karena itu, ikan menjadi agresif dan terkadang lompat- lompat pada wadah yang media pemeliharaannya memiliki salinitas lebih tinggi dibandingkan cairan tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Holliday 1969, dalam batas-batas tertentu, setiap organisme mempunyai daya tahan atau tingkat toleransi terhadap perubahan lingkungan. Kemampuan penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan tersebut tergantung ketahanan jaringan dan pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh. Proses fisiologis dalam tubuh akan berjalan normal apabila keseimbangan konsentrasi garam cairan tubuh dengan lingkungannya dapat dipelihara dan dijaga. Tingkah laku ikan gurame yang lebih agresif pada wadah perlakuan dibandingkan pada wadah kontrol, diduga juga akibat dari paparan medan listrik sebelum pemberian pakan yang mempengaruhi kerja saraf dan otak ikan. Sehingga menyebabkan ikan menjadi lapar sedangkan pakan belum tersedia, oleh sebab itu ikan menjadi agresif menyerang ikan lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fathony 2004, medan dan arus listrik pada frekuensi rendah apabila berinteraksi dengan jaringan biologik dapat mengakibatkan efek fisiologik maupun psikologik. Bahkan pada intensitas yang rendah pun, akan berpengaruh pada aktivitas modulasi di dalam otak maupun sifat syaraf. Ikan dapat merespon arus listrik karena memiliki organ elektroreseptor. Pemberian listrik yang rendah di sekitarnya dapat menimbulkan respon yang luar biasa pada elektroreseptor tersebut. Elektroreseptor pada ikan merupakan modifikasi dari bagian horizontal skeletogenous septum lateral line Hoar dan Randall, 1971. Pada vertebrata ada yang memiliki passive electroreception dan active electroreception Albert dan Crampton, 2006. Ikan gurame termasuk ke dalam passive electroreception artinya dapat mendeteksi rangsangan terhadap saraf dan otak yang berasal dari listrik eksternal. Ikan gurame merupakan ikan yang memiliki daerah teritorial sehingga lebih cenderung mempertahankan daerah kekuasaannya di dalam kolom air. Kombinasi antara media pemeliharaan bersalinitas dan paparan medan listrik menunjukkan hal yang sama dan sinergis, yaitu memberikan pengaruh terhadap tingkah laku ikan pada wadah perlakuan menjadi lebih agresif dibandingkan pada wadah kontrol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nybakken 1988, pada air yang bersalinitas lebih tinggi memiliki konduktivitas yang lebih tinggi pula, sehingga garis-garis equipotential cenderung lebih menyebar. Hal ini disebabkan air bersalinitas mengandung garam-garam elektrolit yang bermuatan negatif lebih tinggi sehingga daya hantar listriknya meningkat. Sebaliknya pada air bersalinitas rendah, garis-garis ini cenderung lebih mengumpul. Cowx dan Lamarque 1990 dalam Suharyanto 2003, menyatakan bahwa di dalam air, semakin jauh jarak antara elektroda akan menyebabkan arus listrik semakin lemah dan gradien voltase semakin rendah. Berdasarkan kekuatan arus atau gradien tersebut, terbentuklah zona atau area efektif dan area berbahaya. Selanjutnya Halsband 1959 dalam Arnaya 1980, menyatakan bagi ikan-ikan yang berada disekitar elektroda dalam air akan mendapatkan area berbahaya danger zone yang terletak dekat pusat elektroda dan area efektif yang terletak disebelah luar area berbahaya. Semua garis-garis potensial di air tawar didistorsi dengan arah mengumpul pada tubuh ikan sehingga ikan terpengaruh dengan baik oleh medan listrik. Hal tersebut menyebabkan rangsangan-rangsangan pada saraf dalam sistem regulasi pada ikan ditransmisikan secara cepat. Sehingga transfer ion-ion dalam sistem sirkulasi ikan berjalan cepat ditambah dengan suhu media yang cukup optimal yaitu 26,7-28,3 o C, secara langsung mempengaruhi laju metabolisme ikan. Peningkatan laju metabolisme ikan menyebabkan terjadinya peningkatan kompetisi baik ruang, oksigen, maupun pakan yang secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkah laku ikan gurame dalam wadah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wedemeyer 1996, kepadatan ikan ketika melewati batas tertentu akan mengganggu proses fisiologis dan tingkah laku ikan yang pada akhirnya akan menurunkan kondisi kesehatan, pemanfaatan makanan, pertumbuhan, dan menurunkan tingkat kelangsungan hidup ikan. Tingkat kelangsungan hidup SR benih ikan gurame yang dipelihara selama 40 hari berkisar antara 60,00-93,33 Gambar 3. Dari analisa statistik ragam ANOVA pada selang kepercayaan 95 p0,05, diperoleh hasil bahwa kontrol 0 ppt dan perlakuan 3, 6, dan 9 ppt yang diberi paparan listrik 10 volt tidak berbeda nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan gurame. Dari histogram tingkat kelangsungan hidup benih ikan gurame Gambar 3, nilai tertinggi dicapai pada perlakuan 3 ppt yaitu sebesar 93,33. Hal tersebut diduga bahwa media bersalinitas 3 ppt mendekati isotonik dengan cairan tubuh ikan gurame, sehingga ikan tidak banyak mengeluarkan energi untuk proses osmoregulasi. Stickney 1979, menyatakan apabila salinitas lingkungan mendekati salinitas cairan tubuh ikan, maka energi hasil metabolisme hampir tidak dipergunakan untuk penyesuaian diri dengan tekanan osmotik lingkungannya. Oleh karena itu, ikan lebih banyak menggunakan energi untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Hasil penelitian Dewi 2006, menyebutkan bahwa benih gurame ukuran 3-6 cm yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi yaitu 92,27. Dari hasil pengamatan selama penelitian, kematian ikan tertinggi terdapat pada perlakuan 9 ppt. Hal tersebut diduga akibat media pemeliharaan yang salinitasnya tidak sesuai dengan cairan tubuh ikan gurame. Hal ini sesuai dengan pernyataan Stickney 1979, ikan yang dipelihara dalam air media dengan salinitas lingkungan yang tidak sesuai dengan konsentrasi garam fisiologis tubuhnya, menyebabkan energi dari anabolisme makanan dipakai untuk keperluan kegiatan fisik dan pergantian sel tubuh dengan lingkungannya metabolisme basal, sehingga proses pertumbuhan terhambat. Media pemeliharaan air tawar kontrol memiliki nilai kelangsungan hidup yang rendah juga yaitu sebesar 66,67. Hal ini diduga akibat dari paparan medan listrik memberikan pengaruh negatif pada kualitas air, serta penurunan jumlah mineral yang terkandung dalam perairan. Hal tersebut diakibatkan adanya interaksi antara ion-ion yang terkandung dalam air dengan sumber listrik berupa gaya tarik-menarik antara kutub yang berlawanan. Pamukcu 1997 dalam Sitio 2008, menyatakan bahwa anion dan kation suatu larutan akan bergerak ke arah kutub yang berlawanan di bawah pengaruh medan listrik elektromigrasi. Defisiensi mineral ion Na + diperairan mengakibatkan gangguan proses osmoregulasi dalam tubuh, sehingga amonia dalam darah meningkat kemudian keluar ke media pemeliharaan ikan. Wedemeyer 1996, menyatakan bahwa, amonia dalam darah keluar ke lingkungan dengan bantuan ion Na + melalui proses osmoregulasi. Berdasarkan analisa statistik ragam ANOVA pada selang kepercayaan 95 p0,05, diperoleh hasil bahwa kontrol 0 ppt dan perlakuan 3, 6, dan 9 ppt yang diberi paparan listrik 10 volt, memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian dan pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gurame Tabel 3. Dari histogram laju pertumbuhan bobot harian Gambar 4, dan pertumbuhan panjang mutlak Gambar 6, serta grafik hubungan lama waktu pemeliharaan dengan pertumbuhan bobot rata-rata Gambar 5, perlakuan 3 ppt memberikan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya. Nilai tersebut masing-masing sebesar 1,02±0,10 ; 0,56±0,18 cm dan 0,2189 gramhari. Hal tersebut diduga bahwa media bersalinitas 3 ppt mendekati isotonik dengan cairan tubuh ikan gurame, sehingga ikan tidak banyak mengeluarkan energi untuk proses osmoregulasi. Oleh karena itu, energi yang diperoleh dari makanan digunakan untuk pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jobling 1994 dalam Sitio 2008, bahwa pembelanjaan energi untuk osmoregulasi dapat ditekan apabila ikan dipelihara pada media yang isotonik, sehingga pemanfaatan pakan menjadi lebih efisien dan pertumbuhan akan menjadi lebih tinggi. Hubungan antara media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt dan paparan medan listrik 10 volt menunjukkan hal yang sama dan sinergis, yaitu memberikan pengaruh terhadap kinerja pertumbuhan. Watanabe 1988, menyatakan pertumbuhan dipengaruhi juga oleh faktor eksternal seperti kualitas pakan, serta lingkungan yaitu suhu, ketersediaan oksigen, zat-zat terlarut, dan faktor lingkungan lainnya. Paparan medan listrik 10 volt diduga sebagai faktor eksternal dari lingkungan yang berupa rangsangan induksi medan listrik. Nair 1989, menyatakan bahwa mekanisme interaksi medan listrik dengan benda hidup berupa induksi medan dan juga arus listrik pada jaringan biologi. Induksi pada benda hidup disebabkan adanya muatan-muatan listrik bebas yang terdapat pada ion kaya cairan seperti darah, getah bening, syaraf, dan otot yang dapat terpengaruh gaya yang dihasilkan oleh muatan-muatan dan aliran arus listrik. Hal itu mengakibatkan lancarnya transmisi pada saraf yang dapat mempengaruhi kerja hormon, transfer ion dan oksigen pada darah ikan, sehingga tingkat stress pada ikan dapat berkurang dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap laju pertumbuhan bobot harian dan pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gurame. Oleh karena itu, rangsangan induksi medan listrik diduga menjadikan sistem sirkulasi tubuh ikan menjadi lebih lancar dan penyerapan makanan dalam usus menjadi lebih baik, sehingga energi yang berasal dari makanan digunakan untuk pertumbuhan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nair 1989, bahwa elektromagnetik berinteraksi dengan neurotransmitter dan hormon pertumbuhan. Berdasarkan hasil penelitian Nuryandani 2005, bahwa pemberian medan listrik memberikan pengaruh terhadap amplitudo dan frekuensi kontraksi otot polos pada usus halus kelinci. Hal ini diduga bahwa rangsangan dari lingkungan, berupa induksi medan listrik dapat merangsang kerja otot polos pada usus ikan gurame dan dapat membantu penyerapan sari-sari makanan dalam usus ikan menjadi lebih baik. Sehingga pertumbuhan juga menjadi lebih baik. Berdasarkan analisa statistik ragam ANOVA pada selang kepercayaan 95 p0,05, diperoleh hasil bahwa kontrol 0 ppt dan perlakuan 3, 6, dan 9 ppt yang diberi paparan listrik 10 volt tidak berbeda nyata terhadap rasio PUPT benih ikan gurame Tabel 3. Rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh PUPT benih ikan gurame pada awal pemeliharaan sebesar 0,96. Setelah 40 hari pemeliharaan rasio PUPT benih ikan gurame menjadi 1,18 – 1,56 Gambar 7. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Affandi 1993, bahwa ikan gurame yang panjang total tubuhnya antara 8,9-11,9 cm, mempunyai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh sebesar 1,11-1,64. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi salinitas media pemeliharaan, rasio PUPT semakin rendah. Hal ini diduga akibat makanan yang dicerna dan penyerapan sari- sari makanan oleh usus ikan, sebagian besar digunakan untuk osmoregulasi daripada untuk pertumbuhan. Sehingga energi yang berasal dari makanan lebih banyak dikeluarkan untuk osmoregulasi daripada untuk pertumbuhan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Boyd 1990, bahwa tiap spesies memiliki kisaran salinitas optimum. Di luar kisaran ini ikan harus mengeluarkan energi lebih banyak untuk osmoregulasi daripada untuk pertumbuhan. Oleh karena itu, semakin tinggi salinitas media pemeliharaan ikan gurame, maka pertumbuhannya semakin lambat kemudian rasio PUPT juga semakin rendah. Hasil penelitian juga menunjukkan nilai PUPT akhir pada perlakuan 3 ppt yang diberi paparan listrik 10 volt Gambar 7, lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Hasil tersebut sama dengan hasil penelitian Sitio 2008, rasio PUPT akhir benih ikan gurame, nilai tertinggi dicapai pada perlakuan 10 volt yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt selama 40 hari. Efisiensi pemberian pakan menunjukkan jumlah pakan yang dimanfaatkan oleh ikan dari total pakan yang diberikan. Nilai efisiensi pakan benih ikan gurame yang dipelihara selama 40 hari berkisar antara 32,85-43,43 Gambar 8. Dari analisa statistik ragam ANOVA pada selang kepercayaan 95 p0,05, diperoleh hasil bahwa kontrol 0 ppt dan perlakuan 3, 6, dan 9 ppt yang diberi paparan listrik 10 volt tidak berbeda nyata terhadap nilai efisiensi pemberian pakan benih ikan gurame Tabel 3. Dari hasil penelitian menunjukkan, nilai efisiensi pakan tertinggi dicapai pada perlakuan 3 ppt sebesar 43,43 dan nilai terendah pada kontrol 0 ppt sebesar 32,85. Hal ini diduga bahwa pemberian pakan pada perlakuan 3 ppt lebih efisien, dikarenakan ikan yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt mendekati isotonik dengan cairan tubuhnya. Sehingga tingkat stress pada ikan lebih kecil dan pemanfaatan pakan menjadi lebih efisien. Sedangkan media pemeliharaan yang salinitasnya lebih dari 3 ppt, ikan cenderung lebih stress akibat energi dari pakan terlebih dahulu digunakan untuk osmoregulasi. Sehingga pemanfaatan pakan menjadi kurang efisien. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bardach et al, 1972 dalam Rahmadani 2007, bahwa perbedaan nilai efisiensi pakan disebabkan oleh adanya stress sehingga menurunkan keagresifan ikan dalam kegiatan makan. Dari hasil pengukuran kualitas air pada media pemeliharaan ikan gurame selama penelitian Tabel 4. Suhu pada media pemeliharaan berkisar antara 26,7 - 28,3 o C. Kisaran suhu tersebut dapat dikatakan optimal untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ikan gurame. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hardjamulia 1978 dalam Khairuman dan Amri 2003, suhu yang optimal untuk pertumbuhan ikan gurame adalah berkisar pada suhu 24,9 o C – 28 o C. Sedangkan nilai pH pada media pemeliharaan berkisar antara 6,25 - 7,33. Nilai pH tersebut masih berada pada selang pH normal. Boyd 1982, menyatakan bahwa nilai pH yang mematikan bagi ikan, yaitu kurang dari 4 dan lebih dari 11. Pada pH kurang dari 6,5 atau lebih dari 9,5 dalam waktu yang lama, akan mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi ikan. Dari hasil pengukuran, konsentrasi NH 3 pada media pemeliharaan berkisar antara 0 - 0,016 mgl. Nilai suhu dan pH pada media pemeliharaan mempengaruhi konsentrasi amonia tidak terionisasi. Sawyer dan McCarty 1978 dalam Effendi 2003, menyebutkan bahwa kadar amonia bebas yang tidak terionisasi NH 3 pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,02 mgl. Jika kadar amonia bebas lebih dari 0,2 mgl, perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan. Kemudian Affiati dan Lim 1986 dalam Haryati 1995, menyebutkan bahwa pertumbuhan benih gurame masih baik, dimana kadar amonia dalam air sebesar 0,0-0,12 mgl. Ikan gurame yang dipelihara selama penelitian tidak mengalami keracunan amonia, dikarenakan kadar amonia bebas yang tidak terionisasi NH 3 tertinggi diperoleh pada perlakuan 3 ppt sebesar 0,016 mgl, masih di bawah batas toleransi yang sesuai dengan pustaka yaitu sebesar 0,02 mgl. Kadar oksigen terlarut DO pada media pemeliharaan berkisar antara 2,38- 7,67 mgl. Sarwono dan Sitanggang 2007, menyatakan kandungan oksigen terlarut yang terbaik untuk pemeliharaan gurame antara 4-6 mgl. Walupun kadar DO pada media pemeliharaan ada yang di bawah 4 mgl, ikan gurame tidak mengalami kekurangan oksigen. Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI: 01-6485.2-2000, menyatakan bahwa ikan gurame memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirin yang mulai terbentuk pada umur 18 hari–24 hari sehingga dapat bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen karena mampu mengambil oksigen dari udara bebas. Sawyer dan McCarty 1978 dalam Effendi 2003 menyatakan bahwa di perairan, kadar nitrit jarang melebihi 1 mgl. Dari hasil pengukuran nitrit pada media pemeliharaan berkisar antara 0,013 - 0,216 mgl. Kadar ini masih termasuk rendah, sehingga tidak membahayakan ikan yang dipelihara selama penelitian. Daya Hantar Listrik DHL atau konduktivitas adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Semakin tinggi salinitas, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. APHA 1976; Mackereth et al. 1989 dalam Effendi 2003, menyebutkan bahwa reaktivitas, bilangan valensi, dan konsentrasi ion-ion terlarut sangat berpengaruh terhadap nilai DHL. Asam, basa, dan garam merupakan penghantar listrik atau konduktor yang baik. Oleh karena itu, nilai konduktivitas yang terukur merefleksikan konsentrasi ion yang terlarut dalam air. Effendi 2003, menyatakan alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam. Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga buffer capacity terhadap perubahan pH perairan. Boyd 1988, menyatakan nilai alkalinitas yang baik berkisar antara 30-500 mgl CaCO 3 . Dari hasil pengukuran alkalinitas pada media pemeliharaan berkisar antara 18,67-121,33 mgl CaCO 3 . Nilai tersebut masih ada yang dibawah 30 mgl CaCO 3 . Hal ini diduga bahwa pada media pemeliharaan memiliki nilai pH yang rendah. Sehingga nilai alkalinitasnya juga rendah. Sesuai dengan pernyataan Mackereth et al. 1989 dalam Effendi 2003, berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas, begitu juga sebaliknya. Boyd 1982, mendefinisikan kesadahan sebagai konsentrasi ion-ion logam divalen dalam air yang digambarkan sebagai milligram per liter kalsium karbonat. Kesadahan yang baik untuk kegiatan budidaya ikan adalah 20 mgl CaCO 3 . Dari hasil pengukuran kesadahan pada media pemeliharaan berkisar antara 54,72-2599,93 mgl CaCO 3 . Nilai ini 300 mgl CaCO 3 termasuk ke dalam kategori air yang sangat sadah, kecuali pada kontrol nilainya berkisar antara 50- 150 mgl CaCO 3 termasuk ke dalam kategori kesadahan air menengah. Pada penelitian ini, ikan dipelihara dari ukuran 7,18 cm hingga mencapai 9,70 cm. Berdasarkan ukuran pasar, ikan yang dipanen terdiri dari dua ukuran. Ukuran 5-7 cm korek dengan harga Rp. 1.300ekor dan ukuran 8-12 cm rokok dengan harga Rp. 2.000ekor. Berdasarkan hasil analisis penerimaan Lampiran 8, menunjukkan penerimaan lebih banyak pada perlakuan 3 ppt yaitu sebesar Rp. 42.700,-, sedangkan penerimaan paling sedikit diperoleh pada perlakuan 9 ppt yaitu sebesar Rp. 25.500,-. Hal ini membuktikan bahwa media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt dengan paparan medan listrik 10 volt juga memberikan pengaruh dari segi ekonomi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Media pemeliharaan benih ikan gurame bersalinitas 0, 3, 6 dan 9 ppt yang diberi paparan medan listrik 10 volt selama tiga menit sebelum pemberian pakan, tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup. Akan tetapi, memberikan pengaruh nyata terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan gurame ukuran 6-8 cm. Kinerja pertumbuhan terbaik diperoleh pada perlakuan 3 ppt. Dalam hal ini adalah laju pertumbuhan bobot harian dan pertumbuhan panjang mutlak yaitu masing-masing sebesar 1,02±0,10 dan 0,56±0,18 cm.

5.2 Saran

Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan waktu paparan medan listrik yang berbeda, pada media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt dan paparan medan listrik 10 volt.