Respon Ikan terhadap Medan Listrik Elektroreseptor pada Ikan

2.4 Sifat Listrik dalam Air

Menurut Suharyanto 2003, bila elektroda logam dicelupkan ke dalam air, maka voltase maupun arus listrik akan menyebar dengan pola garis-garis lengkung yang menghubungkan katoda dan anoda. Sedangkan garis-garis equipotential digambarkan memotong garis-garis arus secara tegak lurus sehingga membentuk garis berpola melingkar dan bertitik pusat pada kedua elektroda. Pada air yang bersalinitas lebih tinggi memiliki konduktivitas yang lebih tinggi pula, sehingga garis-garis equipotential cenderung lebih menyebar. Hal ini disebabkan air bersalinitas mengandung garam-garam elektrolit yang bermuatan negatif lebih tinggi sehingga daya hantar listriknya meningkat. Sebaliknya pada air bersalinitas rendah, garis-garis ini cenderung lebih mengumpul Nybakken, 1988. Cowx dan Lamarque 1990 dalam Suharyanto 2003, menyatakan bahwa di dalam air, semakin jauh jarak antara elektroda akan menyebabkan arus listrik semakin lemah dan gradien voltase semakin rendah. Berdasarkan kekuatan arus atau gradien tersebut, terbentuklah zona atau area efektif dan area berbahaya. Bagi ikan-ikan yang berada disekitar elektroda dalam air akan mendapatkan area berbahaya danger zone yang terletak dekat pusat elektroda dan area efektif yang terletak disebelah luar area berbahaya. Semua garis-garis potensial di air tawar didistorsi dengan arah mengumpul pada tubuh ikan sehingga ikan terpengaruh dengan baik oleh medan listrik Halsband, 1959 dalam Arnaya, 1980.

2.5 Respon Ikan terhadap Medan Listrik

Media yang dapat dialiri arus listrik dan bersifat konduktor listrik pada ikan adalah otot dan cairan tubuhnya Suharyanto, 2003. Perbedaan daya hantar atau konduktivitas di antara tubuh ikan γ f dan air γ w sangat menentukan biota air tersebut mudah atau sukar dalam merespon arus listrik. Jika γ f ≤ γ w maka biota air sulit merespon medan listrik demikian juga sebaliknya jika γ f γ w ikan akan lebih mudah merespon medan listrik. Nilai konduktivitas γ f dan γ w mempengaruhi nilai body voltage voltase antara kepala dan ekor. Pada air yang memiliki nilai konduktivitas yang tinggi akan diikuti nilai body voltage yang tinggi juga. Semakin tinggi nilai body voltage ikan akan semakin mudah merespon arus listrik, karena arus listrik mengalir secara terpusat melalui tubuh ikan Holzer, 1957 dan Halsband, 1959 dalam Suharyanto, 2003.

2.6 Elektroreseptor pada Ikan

Elektroreseptor pada ikan merupakan modifikasi dari bagian horizontal skeletogenous septum lateral line Hoar dan Randall, 1971. Ikan dapat merespon arus listrik karena memiliki organ elektroreseptor. Pemberian listrik yang rendah di sekitarnya dapat menimbulkan respon yang luar biasa pada elektroreseptor tersebut. Menurut Albert dan Crampton 2006, elektroreseptor merupakan sensor, seperti indera pendengaran, informasi dari elektrosensori diatur menggunakan waktu dan frekuensi isyarat. Seperti indera penglihatan, informasi dari elektrosensori ditransmisikan hampir secara langsung. Seperti indera penciuman, rasa, dan pendengaran intensitas yang dirasakan dari rangsangan elektrik meningkat dengan semakin dekatnya jarak dengan sumber rangsangan. Seperti indera peraba, input dari elektrosensori menyampaikan informasi tentang bentuk dan tekstur elektrik dari objek pada lingkungan sekitar. Hanya vertebrata yang diketahui memiliki sistem sensor khusus yang dapat mengubah sinyal non listrik menjadi bermuatan listrik pada daerah sekitar medan listrik menjadi aksi potensial dengan fungsi dari sel-sel sensori dan mengirimkan informasi tersebut dengan integritas spasial, artinya diberikan oleh serabut-serabut syaraf kepada pusat sel syaraf. Kemampuan untuk memproduksi sistem koordinasi, stereotipe medan listrik eksternal, atau organ elektrik khusus juga diketahui hanya terdapat pada ikan Albert dan Crampton, 2006. Hal tersebut digunakan untuk kegiatan predasi, pertahanan, orientasi, atau komunikasi. Karena aliran listrik memerlukan medium penghantar, semua spesies akuatik memiliki elektroresepsion atau elektrogenesis. Pada vertebrata ada yang memiliki passive electroreception dan active electroreception Albert dan Crampton, 2006. Passive electroreception adalah deteksi dari medan listrik eksternal secara alami atau yang bersal dari jaringan hidup yang digunakan dalam orientasi dan keberadaan mangsa. Hewan yang memiliki passive electroreception berbeda dengan active electroreception. Pada hewan tersebut tidak dapat membangkitkan sendiri medan listrik untuk mendeteksi objek. Passive electroreception pada vertebrata diasosiasikan dengan sederetan peripheral syaraf tepi dan struktur pusat neural syaraf, termasuk sel kulit, reseptor sel rambut sebelah dalam yang sama dengan syaraf-syaraf pada lateral line , dengan target utama pada bagian khusus inti otak bagian sebelah belakang dan pusat pemrosesan dalam otak bagian belakang, otak bagian tengah, dan thalamus.

2.7 Efek Medan Listrik terhadap Jaringan Hidup