yang mempengaruhi kehidupan organisme akuatik adalah suhu, pH, oksigen terlarut, amonia, dan nitrit.
2.10.1 Suhu
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang latitude, ketinggian dari permukaan laut altitude, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan,
dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan
mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu batas atas dan bawah yang disukai bagi pertumbuhannya Effendi,
2003. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan
kelarutan gas dalam air, misalnya gas O
2
, CO
2
, N
2
, CH
4
, dan sebagainya Haslam,1995 dalam Effendi, 2003.
Menurut Effendi 2003, peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya
mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 10
o
C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan ikan gurame
adalah berkisar pada suhu 24,9
o
C – 28
o
C Hardjamulia, 1978 dalam Khairuman dan Amri, 2003.
2.10.2 pH
Nilai pH didefinisikan sebagai log negatif dari konsentrasi ion hidrogen Boyd, 1990; Goldman dan Horne, 1990 dalam Sitio, 2008. pH air memiliki
hubungan yang erat dengan kehidupan ikan. Nilai pH yang mematikan bagi ikan, yaitu kurang dari 4 dan lebih dari 11. Pada pH kurang dari 6,5 atau lebih dari 9,5
dalam waktu yang lama, akan mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi ikan. Perairan yang produktif adalah perairan yang mempunyai kisaran pH antara 6,5-9
Boyd, 1982. Mackereth
et al . 1989 dalam Effendi 2003, berpendapat bahwa pH juga
berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Pada pH 5, alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas
dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. pH juga mempengaruhi
toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium tidak bersifat
toksik, namun pada suasana pH yang tinggi, lebih banyak ditemukan amonia yang tidak terionisasi dan bersifat toksik.
2.10.3 Oksigen Terlarut