kompetensi guru dapat pula digolongkan berdasarkan indikator dalam Aat Penilaian Kinerja Guru APKG, yaitu meliputi: perencanaan pengajaran, pelaksanaan pengajaran,
hubungan antar pribadi, dan evaluasi.
Kegiatan perencanaan pengajaran sebagai indikator alat penilaian kinerja guru APKG meliputi beberapa aktivitas, diantaranya adalah:
a. Merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran b. Merencanakan pengeloalaan KBM
c. Merencanakan pengelolaan kelas d. Merencanakan penggunaan media dan sumber belajar
Kegiatan pelaksanaan pengajaran sebagai indikator alat penilaian kinerja guru APKG meliputi beberapa aktivitas, diantaranya:
a. Penggunaan metode media, dan bahan pengajaran b. Berkomunikasi dengan siswa
c. Mendemonstrasikan khasanah metode mengajar d. Mendorong dan menggalakkan ketertiban siswa
e. Mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran f. Pengorganisasian waktu
Indikator hubungan antar pribadi dalam indikator alat penilaian kinerja guru APKG dapat diterjemahkan dalam berbagai aktivitas meliputi:
a. Mengembangkan sikap positif b. Bersikap terbuka pada siswa
c. Menampilkan kegairahan dalam pembelajaran d. Mengelola interaksi perilaku dalam kelas
Indikator alat penilaian kinerja guru APKG yang terakhir adalah evaluasi. Beberapa hal yang terkait dengan kegiatan evealuasi diantaranya adalah:
a. Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk keperluan pengajaran b. Melaksanakan evaluasi
Kriteria seorang guru yang telah dilegalisasi oleh konstitusi tersebut semakin menguatkan posisi guru sebagai sebuah profesi yang sangat penting. Beban berat dipikul
gur sebagai tenaga profesional yang bertugas untuk menyiapkan SDM yang berkualitas, beriman, bertaqwa, berilmu lpengetahuan, dan memahami teknologi; menjaga
kelangsungan hidup bangsa pemimpin masa depan; dan menjaga keberlangsungan budaya dan peradaban suatu generasi. Oleh karena itu pendidikan guru ang telah ada
sangat pentingn untuk terus dikaji dan diperbaiki dari masa ke masa untuk kepentingan pemenuhan tugas guru yang sangat vital bagi banggsa dan negara tersebut.
D. KOMPETENSI GURU
Pengembangan profesionalisme guru menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi
penerapannya. Menurut Maister 1997 mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap,
pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki ketrampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh guru profesional antara lain : a.
Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang berkaitan dalam
performans pribadi seorang pendidik, seperti berpribadi mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional.
d. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara
efektif, dengan : peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
E. KODE ETIK GURU INDONESIA
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa,Bangsa, dan negara,serta kemanusiaan pada umumnya. Guru
Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggungjawab atas terwujdunya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17 Agustus 1945. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
a.
Isi Kode Etik Guru Indonesia Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka organisasi profesi guru
Indonesia PGRI menetapkan kode etik guru sebagai berikut : 1. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
2. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan danpembinaan. 3. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar-mengajar.
4. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat di sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama terhadap
pendidikan. 5. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu
dan martabat profesinya. 6. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial. 7. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. 8. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang pendidikan.
Sumber: Kongres Guru ke XVI, 1989 di Jakarta. b. Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan mengikat para anggotanya, lazimnya dilakukan dalam suatu kongres organisasi
profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan secara perorangan, tetapi harus dilakukan oleh organisasi, sehingga orang-orang yang tidak
menjadi anggota profesi, tidak dapat dikenankan.
Kode etik hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin ditangan profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi tersebut
bergabung dalam profesi yang bersangkutan. Jika setiap orang yang menjalan kan suatu profesi secara otomatis bergabung dalam suatu organisasi, maka ada jaminan
bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran serius terhadap kode etik dapat dikenakan
sanksi.
c. Sanksi Pelanggaran Kode Etik
Dalam setiap penetapan aturan atau tata tertib, maka tidak lepas dengan yang namanya sanksi bagi para pelanggar peraturan atau tata tertib tersebut. Begitu juga
dalam penetapan kode etik sebuah profesi, maka juga ada sanksi-sanksi yang bagi anggota yang melanggar kode etik tersebut. Menurut Mulyana 2007:46 menjelaskan
bahwa sanksi pelanggaran kode etik tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sanksi moral, berupa celaan dari rekan-rekannya, karena pada umumnya kode
etik merupakan landasan moral, pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan. 2. Sanksi yang dikeluarkan dari organisasi, merupakan sanksi yang dianggap
terberat Negara sering kali mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yang semula
hanya merupakan kode etik suatu profesi tertentu dapat meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Dengan demikian, maka aturan yang mulanya sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi -sanksi yang sifatnya memaksa, baik berupa aksi perdata maupun
pidana.
BAB II KOMPETENSI KEPRIBADIAN
A. DEFINISI KOMPETENSI KEPRIBADIAN
Kompetensi berasal dari bahasa inggris ”canpeteney” yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang. Kompetensi kepribadian adalah kecakapan kemampuan
wewenang yang berkaitan erat dengan tingah laku pribadi guru itu sendiri yang memiliki nilai-nilai luhur sehingga terlihat dari perilakunya sehari-hari. Dalam arti sederhana,
kepribadian berarti sikap hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada
prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek prilaku mental pikiran perasaan dan sebagainya dengan aspek behavioral perbuatannya aspek – aspek ini berkaitan
secara fungsional dalam diri seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap. Dalam kamus besar bahasa indonesia disebutkan arti kepribadian
adalah sifat yang dimiliki oleh seseorang atau suatu bangsa.
Fungsi kompetensi kepribadian diantaranya : 1. Setiap subjek mempunyai peribadi yang unik
2. Memberikan bimbingan dan suri teladan 3. Sebagai panutan yang harus digugu dan ditiru
4. Secara bersama-sama mengembangkan kreaktipitas dan membagkitkan motif belajar
serta dorongan untuk maju pada anak didik. Aspek-aspek kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu:
1. Mantap dan stabil yang memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku, dan bangga sebagai guru.
2. Dewasa, yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3. Arif dan bijaksana, yaitu perilaku yang menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak, menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta
didik, sekolah, dan masyarakat. 4. Berwibawa, yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap
peserta didik. 5. Memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta
didik, bertindak sesuai norma religious, jujur, ikhlas, dan suka menolong.
B. ARTI PENTING KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU
Penguasaan kompetensi kepribadian guru memiliki arti penting, baik bagi guru yang bersangkutan, sekolah dan terutama bagi siswa. Berikut ini disajikan beberapa arti
penting penguasaan kompetensi kepribadian guru: 1. Ungkapan klasik mengatakan bahwa “segala sesuatunya bergantung pada pribadi
masing-masing”. Dalam konteks tugas guru, kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada dasarnya akan bersumber dan bergantung
pada pribadi guru itu sendiri. Dalam melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa akan banyak ditentukan oleh karakteristik kepribadian
guru yang bersangkutan. Memiliki kepribadian yang sehat dan utuh, dengan kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan kompetensi kepribadian di
atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang untuk menjadi guru yang sukses.