Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Terbentuknya Lahan Kritis

85 Berdasarkan Tabel 27, lahan tidak kritis merupakan lahan dengan penggunaan sebagai semak belukar. Semak belukar mampu mempertahankan kualitas lahan, baik yang terdapat di sempadan sungai dan anak sungai, serta sempadan pantai. Penggunaan lahan selain semak belukar cenderung berdampak terhadap terbentuknya lahan kritis. Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya lahan tidak kritis akibat berubahnya penggunaan lahan semak belukar. Penggunaan lahan sebagai kebun campuran masih mampu mempertahankan kualitas lahan dimana lahan berada dalam tingkat potensial kritis.

5.6 Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Terbentuknya Lahan Kritis

Perubahan penggunaan lahan di kawasan lindung akan berdampak terhadap tingkat kekritisan lahan. Dampak yang terjadi dari perubahan penggunaan lahan dapat bersifat menambah atau mengurangi luasan setiap tingkat kekritisan lahan. Perubahan penggunaan lahan umumnya mengakibatkan lahan semakin kritis. Pertumbuhan penduduk berdampak pada kebutuhan lahan, baik untuk pembangunan maupun permukiman. Pembangunan permukiman secara langsung akan diikuti dengan konversi lahan yang berdampak terhadap berkurangnya lahan- lahan tidak kritis. Hal ini diperparah dengan konversi yang dilakukan pada lahan- lahan dengan tingkat kelerengan yang curam. Gambaran perubahan penggunaan lahan tiap tingkat kekritisan lahan pada kawasan lindung pada tahun 1996 sampai 2009 tersaji pada Tabel 28. 86 Tabel 28 Perubahan penggunaan lahan tiap tingkat kekritisan lahan pada kawasan lindung tahun 1996-2009 Tingkat Kekritisan Lahan Penggunaan Lahan 1996 - 2009 Tetap Berkurang Bertambah Jenis Luas Ha 1996 2009 Luas Ha 1996 2009 Luas Ha Tidak Kritis HT 3.774 HT SB 15 TG WD 87 SN 61 HT SWT 16 HT WD 51 HT TG 120 SN WD 6 HT PK 21 SN WD 6 Jumlah Ha 3.835 178 144 Pot. Kritis HT 10.705 HT PK 13 HT SB 106 HT PK 12 HT SWT 71 HT TG 556 HT WD 51 Jumlah Ha 10.705 808 Agak Kritis SB 66 SW PK 3 HT SB 15 PK 871 TG PK 2 SW PK 3 SWT 383 TG PK 2 SW 171 HT PK 21 TG 1.199 HT PK 13 HT SWT 16 HT TG 120 Jumlah Ha 2.636 5 190 Kritis SB 277 SB PK 1 HT SB 106 PK 308 SWT PK 14 SB PK 1 SWT 407 TG PK 1 SWT PK 14 SW 19 TG WD 87 TG PK 1 TG 2.138 HT PK 12 HT SWT 71 HT TG 556 Jumlah Ha 3.149 103 761 Sumber : Hasil Analisis Tabel 28 menunjukkan selama periode tahun 1996 sampai 2009 perubahan penggunaan lahan yang menyebabkan lahan semakin kritis didominasi perubahan atau konversi hutan. Perubahan penggunaan lahan dari hutan potensial kritis terkonversi menjadi semak belukar, sawah tadah hujan, dan tegalanladang. Di sisi lain luas lahan kritis berkurang karena berubahnya penggunaan lahan tegalanladang menjadi waduk tidak kritis, tetapi perubahan lahan kritis menjadi waduk luasannya relatif kecil dan fungsi yang berbeda dengan hutan. Bertambahnya lahan agak kritis disebabkan oleh konversi hutan tidak kritis menjadi semak belukar, sawah tadah hujan, dan tegalanladang. Perubahan penggunaan lahan lainya konversi hutan potensial kritis ke permukiman. Lahan potensial kritis mengalami pengurangan luas dimana perubahan penggunaan lahan yang mempengaruhi adalah perubahan hutan menjadi 87 tegalanladang, semak belukar, sawah tadah hujan, waduk, dan permukiman. Lahan tidak kritis berkurang karena konversi hutan menjadi tegalanladang, sawah tadah hujan, dan semak belukar. Berdasarkan penggunaan lahan di kawasan lindung dapat diketahui bahwa tingkat kekritisan lahan yang mengarah terbentuknya lahan kritis disebabkan terkonversinya penggunaan lahan hutan menjadi semak belukar, tegalanladang, sawah, sawah tadah hujan, dan permukiman. Kegiatan tersebut merupakan aktivitas manusia yang disebabkan karena kebutuhan akan lahan sebagai dampak pertumbuhan penduduk. Semakin banyak penduduk yang tinggal di suatu wilayah maka semakin besar konversi penggunaan lahan untuk kegiatan budidaya. Perubahan penggunaan lahan berpengaruh terhadap tingkat kekritisan lahan. Pengaruh perubahan penggunaan lahan dapat bersifat menambah atau mengurangi luasan setiap tingkat kekritisan lahan. Pada kawasan budidaya perubahan penggunaan lahan yang terjadi umumnya berpengaruh positif. Lahan semakin menuju tingkat kekritisan yang lebih baik artinya lahan semakin kearah tidak kritis. Aktivitas manusia yang erat kaitannya dengan perubahan penggunaan lahan adalah pembangunan permukiman. Berbeda dengan kawasan lindung, pada kawasan budidaya kegiatan penggunaan lahan belukarsemak menjadi kebun atau ladang berdampak positif. Perubahan belukarrumput menjadi ladang atau kebun pada daerah-daerah pesisir menyebabkan lahan-lahan mengalami perubahan dari tidak produktif menjadi produktif. Kegiatan perladangan, sawah, dan sawah tadah hujan pada lahan-lahan dengan kelerengan curam di kawasan budidaya berpeluang mengubah lahan menjadi lebih kritis. Kegiatan budidaya pada pada lahan-lahan curam harus hati- hati. Penutupan lahan harus tetap dipertahankan misalnya dengan sistem pertanian tumpangsari. Perubahan penggunaan lahan tiap tingkat kekritisan lahan pada kawasan budidaya tahun 1996 sampai 2009 ditunjukkan pada Tabel 29. 88 Tabel 29 Perubahan penggunaan lahan pada tiap tingkat kekritisan lahan pada kawasan budidaya tahun 1996-2009 Tingkat Kekritisan Lahan Penggunaan Lahan Tetap Berkurang Bertambah Jenis Luas Ha 1996 2009 Perubahan Ha 1996 2009 Perubahan Ha Tidak KC 15.147 KC PK 15 SB KC 122 Kritis PK 1.968 KC PK 149 SB PK 42 SWT 214 KC PK 442 KC PK 442 SW 8.232 SW PK 164 SW PK 164 TG 2.959 TG PK 161 TG PK 161 Jumlah Ha 28.521 931 931 Pot. Kritis SB 220 SB KC 122 TG PK 31 KC 868 SB PK 42 KC PK 149 PK 569 KC PK 7 SWT 78 TG PK 31 SW 23 TG 2.096 Jumlah Ha 3.853 202 180 Agak SB 155 TG PK 2 TG PK 2 Kritis PK 78 KC PK 7 SWT 42 KC PK 15 SW 130 TG 278 Jumlah Ha 683 2 24 Sumber : Hasil Analisis Berdasarkan Tabel 29, secara umum perubahan tingkat kekritisan lahan pada kawasan budidaya dipengaruhi oleh terbentuknya permukiman baru dan perubahan penggunaan lahan dari semak belukar menjadi kebun campuran. Tahun 1996 sampai 2009 terbentuknya lahan-lahan agak kritis di kawasan budidaya dipengaruhi oleh permukiman baru yang berasal dari perubahan tegalanladang dan kebun campuran. Pada lahan potensial kritis pengurangan luasan terjadi akibat perubahan penggunaan lahan dari semak belukar menjadi kebun campuran seluas 122 ha. Kebun campuran akan merubah tingkat kekritisan lahan menjadi tidak kritis. Pembentukan permukiman baru akan berpengaruh menambah luasan lahan potensial kritis. Semak belukar penyebarannya meliputi lahan-lahan di daerah pesisir, sedangkan tegalanladang tersebar bercampur dengan kebun campuran. Pada lahan lahan tidak kritis terjadi pengurangan luas karena perubahan dari penggunaan lahan kebun campuran menjadi permukiman. Perubahan ini terjadi 89 pada lahan-lahan dengan tingkat kelerengan curam atau sangat curam. Disisi lain Pembentukan kebun campuran dan permukiman dari semak belukar pada lahan- lahan pesisir akan menambah luas lahan tidak kritis. Terbentuknya permukiman baru lainnya, merubah jenis penggunaan lahan saja, tanpa merubah tingkat kekritisannya. Pada kawasan lindung di luar kawasan hutan, perubahan penggunaan lahan yang terjadi relatif kecil, sehingga pengaruhnya terhadap terbentuknya lahan kritis juga cukup kecil. Fungsi kawasan ini juga termasuk kawasan lindung sehingga perubahan lahan berdampak lebih besar untuk terbentuknya lahan kritis. Perubahan penggunaan lahan yang menyebabkan terjadinya lahan kritis adalah berubahnya semak belukar menjadi kebun campuran dan permukiman. Semak belukar mampu mempertahankan kualitas lahan oleh karena semak belukar mampu menahan terjadinya erosi terutama daerah sempadan sungai dan anak sungai. Daerah tebing-tebing sungai sangat rawan tergerus oleh aliran air dan dengan adanya semak belukar maka mampu mencegah tergerusnya tebing sungai terutama ketika musim hujan aliran air sungai menjadi lebih besar. Sementara pada kawasan sempadan pantai berubahnya semak belukar ke kebun campuran menyebabkan lahan menjadi potensial kritis. Tabel 30 menunjukkan tingkat kekritisan lahan pada kawasan lindung di luar kawasan hutan. 90 Tabel 30 Perubahan penggunaan lahan tiap tingkat kekritisan lahan pada kawasan lindung di luar kawasan hutan tahun 1996-2009 Tingkat Kekritisan Lahan Penggunaan Lahan Tetap Berkurang Bertambah Jenis Luas Ha 1996 2009 Perubahan Ha 1996 2009 Perubahan Ha Sempadan Mata Air Tidak Kritis MA 1 Pot. Kritis KC 17 Agak Kritis PK 2 SW 5 TG 23 Jumlah Ha 48 Sempadan Pantai Tidak Kritis SN 29 SB 304 SB KC 87 Pot. Kritis KC 6 SB KC 87 TG 7 Jumlah Ha 394 87 87 Sempadan Sungai Tidak Kritis SN 383 SB KC 2 SB 16 SB PK 1 Pot. Kritis KC 270 SB KC 2 Agak Kritis PK 43 SB PK 1 SW 72 SWT 73 TG 23 Jumlah Ha 880 3 3 Sempadan Anak Sungai Tidak Kritis ASN 241 SB 57 SB PK 14 Pot. Kritis KC 254 KC PK 5 Agak Kritis PK 55 SB PK 14 SW 228 KC PK 5 SWT 42 TG 132 Kritis PK 1 SW 17 SWT 1 TG 3 Jumlah Ha 1.031 19 19 Sumber : Hasil Analisis 91

5.7 Tingkat Kekritisan Lahan di Setiap Kelas Kemampuan Lahan