6
Klasifikasi penutup lahanpenggunaan lahan adalah upaya pengelompokkan berbagai jenis penutup lahanpenggunaan lahan ke dalam suatu kesamaan sesuai
dengan sistem tertentu. Klasifikasi penutup lahanpenggunaan lahan digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam proses interpretasi citra penginderaan jauh
untuk tujuan pemetaan penutup lahanpenggunaan lahan. Banyak sistem klasifikasi penutuppenggunaan lahan yang telah dikembangkan, yang
dilatarbelakangi oleh kepentingan atau pada waktu tertentu. Klasifikasi penutup lahanpenggunaan lahan hasil analisis citra landsat dapat menyadap tujuh kategori
penutup lahanpenggunaan lahan. Kategori yang menonjol dan mudah diinterpretasikan oleh seorang peneliti adalah 1 air, 2 hutan, 3 lahan pertanian,
4 lahan rawa, 5 lahan perdagangan, 6 lahan pemukiman dengan bangunan bertingkat tinggi, dan 7 lahan pemukiman dengan bangunan bertingkat rendah
Sutanto, 1998.
2.2 Kesesuaian Penggunaan Lahan
Pengambilan keputusan memanfaatkan sumberdaya lahan untuk
penggunaan tertentu diperlukan pertimbangan yang mendalam, mengingat
karakteristik dari lahan bersangkutan. Klasifikasi kelas kemampuan lahan untuk penggunaan tertentu sangat diperlukan. Sitorus 2001 menyatakan bahwa
penggunaan dan pemanfaatan lahan yang optimal harus sesuai dengan daya dukung dan dapat dilakukan apabila tersedia informasi sumberdaya lahan
termasuk informasi kesesuaian lahan. Istilah yang sering muncul adalah
kemampuan lahan land capability dan kesesuaian lahan land suitability.
Kemampuan lahan berarti potensi lahan untuk penggunaan pertanian secara umum, sedangkan kesesuaian lahan berarti potensi lahan untuk jenis tanaman
tertentu Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007. Kesesuaian lahan dilakukan untuk tujuan evaluasi lahan yaitu menentukan nilai kelas suatu lahan untuk
tujuan penggunaan tertentu. FAO 1995, menyatakan dalam evaluasi lahan perlu juga memperhatikan aspek ekonomi, sosial, serta lingkungan yang berkaitan
dengan perencanaan tataguna lahan. Tujuan dari evaluasi lahan merupakan hal yang akan menentukan lahan akan digunakan dengan tujuan tertentu. Tujuan
evaluasi lahan akan ditentukan dengan faktor-faktor penciri, yang merupakan sifat yang dapat diukur atau ditaksir dan berhubungan erat dengan tujuan evaluasi
7
lahan. Faktor-faktor penciri tersebut akan menentukan kualitas lahan yang akan dibandingkan dengan kesesuaian persyaratan untuk penggunaan tertentu.
FAO 1976 dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007, menjelaskan bahwa pendekatan dalam evaluasi lahan dapat melalui dua cara yaitu:
1. Pendekatan Dua Tahap Two Stage Approach
Tahap pertama dari pendekatan ini adalah evaluasi lahan secara kualitatif, sedangkan tahap kedua biasanya tidak dilaksanakan merupakan analisa ekonomi
dan sosial. Pendekatan dua tahap ini sering dilaksanakan dalam kegiatan evaluasi perencanaan penggunaan lahan secara umum dalam tingkat survei tinjau.
Pendekatan dua tahap ini memiliki kegiatan yang jelas terpisah yaitu tahap survei tanah dan survei sosial ekonomi sehingga lebih sistimatis.
2. Pendekatan Paralel Paralel Approach
Pendekatan paralel mempunyai tahapan antara analisis ekonomi sosial dari jenis penggunaan lahan yang direncanakan dan analisis sifat-sifat fisik dan
lingkungan dari lahan tersebut dilakukan secara bersama. Hasil dari pendekatan ini memberi petunjuk mengenai modifikasi penggunaan lahan untuk mendapatkan
hasil yang optimal. Pendekatan ini memberikan hasil yang lebih tepat dalam waktu yang relatif singkat dan kemungkinan untuk memusatkan kegiatan survei
dan pengumpulan data-data yang diperlukan dalam evaluasi. FAO 1976 dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007, menyatakan
bahwa sistem evaluasi kesesuaian lahan yang sering dipakai adalah sistem USDA, dimana lahan dibagi menurut tingkatan kelas yang tiap kelas ditentukan oleh
faktor pembatas untuk penggunaan tertentu. Lahan dikelompokkan dalam kelas I sampai dengan kelas VIII, dimana semakin tinggi kelas kualitas lahan semakin
jelek karena semakin besar faktor pembatas sehingga alternatif penggunaan lahan juga semakin sedikit. Kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kategori yaitu ordo,
kelas, subkelas, dan unit. Kesesuaian lahan tingkat ordo dan kelas digunakan dalam pemetaan tanah tinjau, subkelas untuk pemetaan lahan semidetail, dan unit
digunakan untuk pemetaan skala rinci.
8
2.3 Perubahan Penggunaan Lahan