91
5.7 Tingkat Kekritisan Lahan di Setiap Kelas Kemampuan Lahan
Kualitas lahan tetap terjaga apabila penggunaan lahannya sesuai dengan kemampuan lahan menentukan. Tingkat kekritisan lahan dipengaruhi oleh
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Tingkat kekritisan lahan tiap kelas kemampuan lahan di kawasan lindung tersaji pada Tabel 31.
Tabel 31 Tingkat kekritisan lahan tiap penggunaan lahan dan kelas kemampuan lahan pada kawasan lindung tahun 1996 dan 2009
Penggunaan Lahan
Kelas Lahan Tahun 1996
Tahun 2009 1996 - 2009
Luas Ha Luas Ha
Luas Ha Tidak Kritis
HT Kelas II
902 22,5
829 20,8
-72 -8,0
Kelas III 3.045
75,8 2.945
74,0 -100
-3,3 SN
Tidak terdefinisi 67
1,7 61
1,6 -6
-9,2 WD
Tidak terdefinisi 0,0
144 3,6
144 Jumlah Ha
4.014 100,0
3.979 100,0
-34 Pot. Kritis
HT Kelas IV
3.076 26,7
2.909 27,2
-167 -5,4
Kelas VI 8.437
73,3 7.795
72,8 -642
-7,6 Jumlah Ha
11.514 100,0
10.705 100,0
-808 Agak Kritis
SB Kelas II
16 0,6
27 1,0
11 72,7
Kelas III 51
1,9 54
1,9 4
7,5 PK
Kelas II 62
2,3 73
2,6 11
17,3 Kelas III
522 19,8
532 18,9
10 2,0
Kelas IV 233
8,8 251
8,9 18
7,8 SWT
Kelas II 36
1,4 37
1,3 1
3,7 Kelas III
347 13,1
362 12,8
15 4,3
SW Kelas III
174 6,6
171 6,0
-3 -1,9
TG Kelas II
245 9,3
292 10,3
47 19,2
Kelas III 956
36,2 1.027
36,3 71
7,4 Jumlah Ha
2.642 100,0
2.826 100,0
185 Kritis
SB Kelas IV
18 0,5
17 0,4
-1 -6,0
Kelas VI 260
8,0 366
9,4 106
40,6 PK
Kelas VI 308
9,5 337
8,6 28
9,1 SWT
Kelas IV 212
6,5 222
5,7 10
4,9 Kelas VI
209 6,4
256 6,5
47 22,7
SW Kelas VI
18 0,6
18 0,5
0,0 TG
Kelas IV 518
15,9 510
13,0 -8
-1,6 Kelas VI
1.708 52,5
2.183 55,9
476 27,8
Jumlah Ha 3.252
100,0 3.909
100,0 658
Sumber : Hasil Analisis
92
Tabel 31 menunjukkan bahwa pada lahan kritis, kelas kemampuan lahannya didominasi kelas IV dan VI. Pada lahan kritis, penggunaan lahannya termasuk
kegiatan pengolahan lahan yang intensif meliputi sawah, sawah tadah hujan, dan tegalanladang. Penggunaan lahan permukiman dan semak belukar juga
mendominasi pada tingkatan ini. Lahan agak kritis pengunaan lahannya sama dengan lahan kritis,
perbedaannya terletak pada kelas lahannya. Kelas kemampuan lahan II dan III mendominasi lahan agak kritis. Pada tingkatan ini penggunaan lahan permukiman
juga mendominasi dengan terdapat pada kelas lahan IV. Pada lahan potensial kritis, penggunaan lahan hanya hutan saja dengan kelas kemampuan lahan IV dan
VI. Pada lahan tidak kritis penggunaan lahan tersebar pada lahan-lahan kelas kemampuan II dan III. Sementara penggunaan lahan sebagai tubuh air berupa
sungai dan waduk kelas kemampuan lahan tidak terdefinisi. Penggunaan lahan sebagai semak belukar sebenarnya belum tentu dapat
digunakan untuk menjelaskan bahwa lahan tersebut kritis atau agak kritis meskipun kelas kemampuan lahan IV dan V. Kenyataan menunjukkan bahwa
semak belukar atau alang-alang dapat mencegah dan memperkecil terjadinya erosi akibat air hujan dan aliran permukaan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun
pada kelerengan yang curam tutupan lahan secara alami berupa semak belukar atau alang-alang dapat mencegah terjadinya erosi yang akan mengakibatkan
terbentuknya lahan kritis. Gambar 30 memperlihatkan bahwa semak belukar atau alang-alang tetap mampu mempertahankan lahan tetap tidak kritis
Gambar 30 Penggunaan lahan Semak Belukar atau Alang-Alang Akan Mempertahankan Lahan Tetap Tidak Kritis
93
Pada kawasan budidaya tingkat kekritisan lahan akan sangat besar pengaruhnya apabila penggunaan lahannya tidak sesuai atau salah penggunaan.
Hal ini didasarkan bahwa kawasan budidaya mempunyai fungsi pertanian dan non pertanian. Faktor pengelolaan lahan yang tepat pada kawasan budidaya akan
mencegah terjadinya lahan kritis. Lahan-lahan tidak kritis di kawasan budidaya, penggunaan lahannya
digunakan untuk usaha pertanian yang meliputi kebun campuran, sawah tadah hujan, sawah, dan tegalanladang. Pada lahan tidak kritis, kelas kemampuan lahan
yang dominan adalah kelas I, II, dan III. Lahan dengan kelas kemampuan I, II, dan III merupakan lahan-lahan yang dapat digunakan untuk berbagai macam usaha
pertanian yang intensif pengolahannya. Pada lahan potensial kritis dan agak kritis, penggunaan lahannya adalah
sama. Perbedaan terletak pada kelas kemampuan lahan, dimana lahan potensial kritis didominasi oleh kelas lahan III dan IV, sedangkan lahan agak kritis kelas IV
dan VI. Seringkali kelas lahan sama, tetapi tingkat kekritisan lahan berbeda. Hal ini terjadi karena pengaruh karakteristik fisik lahan, misalnya tingkat erosi,
dimana wilayah Kulon Progo mempunyai tingkat erosi ringan sampai sedang. Penyebab lain adalah perbedaan tingkat produktivitas lahan karena perbedaan
jenis penggunaannya dan jenis yang dibudidayakan. Tabel 32 menunjukkan tingkat kekritisan tiap kelas kemampuan lahan pada kawasan budidaya.
94
Tabel 32 Tingkat kekritisan lahan tiap kelas kemampuan lahan pada kawasan budidaya tahun 1996 dan 2009
Penggunaan Lahan
Kelas Lahan Tahun 1996
Tahun 2009 1996 - 2009
Luas Ha Luas Ha
Luas Ha Tidak Kritis
KC Kelas I
6.354 21,6
6.000 20,4
-353 -5,6
Kelas II 3.040
10,3 3.075
10,4 35
1,1 Kelas III
5.720 19,4
5.571 18,9
-149 -2,6
Kelas VI 639
2,2 623
2,1 -15
-2,4 PK
Kelas I 1.460
5,0 2.097
7,1 637
43,6 Kelas II
508 1,7
680 2,3
172 33,9
SWT Kelas I
2 0,0
2 0,0
0,0 Kelas II
88 0,3
88 0,3
0,0 Kelas III
124 0,4
124 0,4
0,0 SW
Kelas I 6.283
21,3 6.128
20,8 -155
-2,5 Kelas II
587 2,0
586 2,0
-1 -0,2
Kelas III 1.526
5,2 1.518
5,2 -8
-0,5 TG
Kelas I 1.958
6,6 1.871
6,4 -87
-4,4 Kelas II
1.162 3,9
1.088 3,7
-74 -6,4
Jumlah Ha 29.452
100,0 29.452
100,0 Pot. Kritis
SB Kelas I
140 3,5
99 2,5
-42 -29,6
Kelas II 211
5,2 89
2,2 -122
-57,8 Kelas III
32 0,8
32 0,8
0,0 KC
Kelas VI 874
21,6 868
21,5 -7
-0,8 PK
Kelas III 569
14,0 748
18,6 180
31,6 SWT
Kelas III 78
1,9 78
1,9 0,0
SW Kelas III
23 0,6
23 0,6
0,0 TG
Kelas I 116
2,9 116
2,9 0,0
Kelas II 205
5,1 205
5,1 0,0
Kelas III 1.687
41,6 1.656
41,1 -31
-1,9 Kelas IV
120 2,9
120 3,0
0,0 Jumlah Ha
4.055 100,0
4.033 100,0
-22 Agak Kritis
SB Kelas IV
76 11,1
76 10,8
0,0 Kelas VI
79 11,6
79 11,2
0,0 PK
Kelas IV 9
1,3 24
3,4 15
172,8 Kelas VI
69 10,0
78 11,0
9 13,1
SWT Kelas IV
7 1,0
7 0,9
0,0 Kelas VI
36 5,2
36 5,1
0,0 SW
Kelas IV 130
19,0 130
18,4 0,0
TG Kelas VI
280 40,8
278 39,3
-2 -0,8
Jumlah Ha 685
100,0 708
100,0 22
Sumber : Hasil Analisis
95
5.8 Tingkat Kekritisan Lahan di Kabupaten Kulon Progo