14
b. Metode Kimiawi
Metode kimiawi merupakan usaha konservasi tanah menggunakan bahan kimia atau secara kimiawi, baik bahan kimia sintesis atau alami. Arsyad 2000,
menyatakan bahwa senyawa organik tertentu dapat memperbaiki dan meningkatkan stabilitas agregat tanah, akan tetapi senyawa organik tersebut masih
terlalu mahal untuk dipergunakan secara luas. Metode kimiawi ini jarang digunakan dalam usaha konservasi tanah.
c. Metode BiologisVegetatif
Metode vegetatif merupakan usaha konservasi tanah dengan melakukan penanaman dengan berbagai jenis tanaman. Metode vegetatif yang digunakan
dalam konservasi tanah meliputi; 1 penanaman majemuk multiple cropping, 2 pergiliran tanaman crop rotation, 3 tumpang sari intercropping, 4 mulsa dan
lain-lain.
2.6 Pemanfaatan SIG untuk Analisis Perubahan Lahan dan Lahan Kritis
Pengertian SIG menurut Barus dan Wiradisastra 2000, adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data dan berreferensi spasial atau
berkoordinat geografi. Suatu SIG suatu sistim basis data dengan kemampuan khusus untuk data yang bereferensi spasial bersamaan dengan seperangkat operasi
kerja. Danudoro 2006, menyatakan bahwa SIG merupakan sebuah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis, dan penayangan
data yang mana data tersebut secara keruangan spasial terkait dengan muka bumi.
Menurut Barus dan Wiradisastra 2000, tumbuhnya SIG merupakan respon akan kebutuhan pengelolaan data keruangan yang lebih efisien dan mampu
menyelesaikan masalah-masalah keruangan. Perkembangan SIG didasari oleh hal- hal sebagai berikut: a perkembangan komputer dan sistem informasi, b
perkembangan metode analisis spasial di bidang geografi dan ilmu keruangan lainnya, c tuntutan kebutuhan aplikasi yang menginginkan kemampuan
pemecahan permasalahan di bidang masing-masing yang terkait dengan aspek keruangan spasial.
15
Prahasta 2005, menyatakan bahwa SIG mempunyai empat komponen utama dalam menjalankan prosesnya antara lain :
1. Data input berfungsi mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial beserta atributnya dari berbagai sumber serta bertanggung jawab mengkonversi atau
mentransformasikan data ke dalam format yang diminta perangkat lunak, baik dari data analog maupun data digital lain atau dari bentuk data yang ada
menjadi bentuk yang dapat dipakai dalam SIG. 2. Data manajemen berfungsi mengorganisasikan baik data spasial maupun non
spasial atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah untuk dilakukan pemanggilan, pemutakhiran updating dan penyuntingan
editing. 3. Data manipulasi dan analisis berfungsi memanipulasi dan permodelan data
untuk menghasilkan informasi sesuai dengan tujuan. Komponen perangkat lunak yang memiliki kedua fungsi tersebut merupakan kunci utama dalam
menentukan keandalan sistem SIG yang digunakan. Kemampuan analisis data spasial melalui algoritma atau pemodelan secara matematis merupakan
pembeda suatu SIG dengan sistem informasi yang lain. 4. Data output berfungsi menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data
dalam bentuk a cetak lunak softcopy berupa produk pada tampilan monitor monokrom atau warna, b cetak keras hardcopy yang bersifat permanen dan
dicetak pada kertas, mylar, film fotografik atau bahan-bahan sejenis, seperti peta, tabel dan grafik dan c elektronik berbentuk berkas file yang dapat
dibaca oleh komputer. Kekuatan fungsi GIS memberikan alat untuk pengolahan data multisumber
dan efektif dalam menganalisis deteksi perubahan yang menggunakan data multisumber. Banyak penelitian difokuskan pada integrasi GIS dan teknik
penginderaan jauh yang diperlukan untuk analisis deteksi perubahan penggunaan lahan.
Menurut Barus dan Wiradisatra 2000, aplikasi SIG telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti pengelolaan dalam penggunaan lahan
di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan. Di bidang lingkungan aplikasi
16
SIG digunakan dalam analisis erosi dan dampaknya, analisis daerah rawan banjir, kebakaran atau lahan kritis dan analisis kesenjangan.
Penentuan lahan kritis dilakukan dengan cara pengaplikasian GIS melalui pengolahan peta-peta digital yang dibutuhkan untuk penilaian lahan kritis seperti
tutupan lahan, kelerengan, erosi, manajemen dan produktivitas. Aplikasi GIS untuk memperoleh data lahan kritis adalah overlay dan skoring setiap parameter
untuk penilaian tingkat kekritisan suatu lahan. Perencanaan pembangunan wilayah harus mempertimbangkan lahan kritis
oleh karena berkaitan erat dengan kerusakan lahan. Kerusakan lahan mempengaruhi ketersediaan sumber daya air dan produktivitas lahan yang
berakibat terhadap kehidupan masyarakat. Sumberdaya air yang makin berkurang berpengaruh terhadap suplai air irigasi pertanian sehingga produksi pertanian
berkurang. Sumber daya air untuk pembangkit energi berpengaruh terhadap aktivitas industri, dan rumah tangga apabila sumber daya air berkurang.
2.7 Landsat