4.8 Prioritas Strategi Pengembangan Manajemen Rantai Pasok Sayuran Organik di Kecamatan Pangalengan
– Bandung
Pemilihan strategi merupakan tahap terakhir dari proses pengolahan data dalam kajian ini. Alat analisis yang digunakan untuk memilih strategi dari
beberapa alternatif strategi yang berhasil dibangkitkan yaitu dengan menggunakan AHP. Penggunaan AHP sebagai alat untuk pemilihan strategi karena AHP
memiliki fleksibilitas yang tinggi, kemampuan untuk mengakomodasi kompleksitas permasalahan yang ada kedalam sebuah hirarki dan kendalanya
mengakomodasi konflik diantara para pakar yang memberikan pendapat. Identifikasi untuk tiap masing-masing unsur dalam hirarki AHP dilakukan
oleh pendapat tiga 3 orang ahlipakar dalam pertanian sayuran organik. Para ahlipakar tersebut meliputi pelaku rantai pasok oleh Bapak Bunyan, MS sebagai
perwakilan dari praktisi, Bapak Sidik Haryanto, MSc yang merupakan Kasi Teknologi Subdit Budidaya Tanaman Sayuran, Direktorat Jenderal Hortikultura-
Kementrian Pertanian sebagai perwakilan dari pemerintah dan staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian
–IPB yaitu Dr. Ahmad Junaedi, MS sebagai perwakilan dari akademisi.
8.1 Ultimate Goal UG
UG dari struktur hirarki ini adalah “menyusun konsep strategi persiapan
pengembangan rantai pasok sayuran organik di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Harapan strategi yang diperoleh adalah strategi dalam
mengembangkan dan menciptakan rantai pasok menuju pertanian sayuran organik di Pangalengan. Dalam hal manajemen rantai pasok di Pangalengan untuk sayuran
organik masih perlu kajian yang lebih dalam dan luas, sehingga harapan serta tujuan dari kajian ini setidaknya dapat memetakan setiap unsur dalam rantai pasok
pertanian sayuran di Pangalengan menuju konsep pengembangan pertanian sayuran organik.
4.8.2 Faktor
Faktor-faktor utama yang berpengaruh nyata dalam pengembangan manajamen rantai pasok adalah :
a. SDM
SDM merupakan motor dari aliran rantai pasok sayuran di Kecamatan Pangalengan, maka setiap pemain yang berperan terhadap manajemen rantai
pasok dilakukan oleh SDM, yang mana untuk menghasilkan suatu aliran rantai pasok yang baik untuk sebuah komoditas dibutuhkan SDM bermutu. Selain itu,
untuk menuju pertanian organik peran utama adalah SDM dari para petani. Faktor penentu keberhasilan dalam konsep pengembangan menuju pertanian organik di
Pangalengan adalah SDM yang memiliki kompeten, ahli didalamnya dan memiliki kemauan untuk belajar.
b. Modal
Modal merupakan faktor utama yang diperlukan untuk menjalankan suatu usaha, termasuk untuk pengembangan rantai pasok untuk pertanian organik di
Pangalengan ini. Akses pembiayaan yang mudah, disertai dengan bentuk administratif yang tidak rumit akan memudahkan pihak-pihak di dalam rantai
pasokan dalam mengembangkan usahanya. Modal juga merupakan masalah yang sering muncul ketika suatu usaha ingin berkembang, karena dibutuhkan sejumlah
modal untuk melakukan kegiatan investasi. Demikian pula dalam usaha pengembangan rantai pasok, modal merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam
kegiatan produksi, karena digunakan untuk membiayai kegiatan operasional. Untuk biaya awal menuju pertanian organik, dibutuhkan modal yang tidak sedikit,
karena untuk awal pembiayaan sertifikasi lahan memerlukan biaya besar. c.
Potensi Pasar Potensi pasar merupakan kemampuan pasar untuk memasarkan produk
sayuran organik yang telah dihasilkan oleh Petani. Peluang pasar didalam negeri maupun diluar negeri yang besar tehadap produk organik harus dimanfaatkan oleh
para pelaku usaha rantai pasok di Pangalengan. Hal ini dikarenakan saat ini orang sudah semakin sadar akan pentingnya asupan pangan yang sehat, sehingga dari
pola konsumen sendiri akan menciptakan peluang pasar yang besar dan mudah untuk melakukan penetrasi produk organik ke pasaran.
d. Dukungan Pemerintah
Dalam program “Go Organic 2010”, pemerintah merupakan pelaku utama sebagai penggerak menuju pertanian organik. Dukungan pemerintah merupakan
faktor yang sangat dibutuhkan oleh para pelaku rantai pasok pertanian di
Pangalengan untuk menuju pertanian sayuran organik. Selain dukungan kebijakan, dalam bentuk sosialisasi ke produsen, maupun konsumen pangan
organik, regulasi dalam bentuk SNI dan pedoman pendukung lainnya, bantuan teknis dan penerapan, pembinaan serta pengawasannya. Selain itu pemerintah
juga dapat memfasilitasi pengadaan pameran, pelatihan dan lain sebagainya.
4.8.3 Aktor