telah memenuhi kriteria prima, sehingga produsen berhak atas pelabelan prima pada produk yang dihasilkan Admin, 2012b. Sertifikasi Prima terdiri dari 3
tiga bagian, yaitu : a. Prima 1 adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan
usaha tani, dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi, bermutu baik dan cara produksinya ramah terhadap lingkungan.
b. Prima 2 adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan bermutu
baik. c. Prima 3 adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan
usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi. Prima 3.
Prima 2. Prima 1.
Gambar 2 . Bentuk label jaminanan pada produk
2.1.6 Jenis Pangan Organik dan Pola Pemasaran
Produk pangan organik merupakan produk pangan segar sayuran dan buah-buahan, setengah jadi atau pangan jadi pangan olahan, yang dihasilkan
dari budidaya PO. Semua tanaman dapat menghasilkan produk organik apabila diproses secara organik. Saat ini dipasaran beredar berbagai produk organik,
bukan hanya beras, sayur dan buah organik, namun juga daging, ayam, telur kampung, susu organik, makanan ringan, dan lain-lain. Produk organik yang
dipasarkan saat ini sebagian besar adalah produk segar 95 dan sisanya adalah produk olahan seperti kecap organik, tahu organik 5 dan lainnya Winarno,
Seta dan Surono, 2002. Pangan organik saat ini dapat ditemukan di berbagai lokasi, yaitu
Winarno, Seta dan Surono, 2002 : a.
Kebun rumah b.
Kelompok tani pertanian organik
c. Toko dan supermarket
d. Komunitas konsumen organik
Pangan organik dipasarkan dibeberapa tempat dengan cara, seperti : a.
Outlet Produsen : - Dikebun farm. Outlet cara ini adalah
basis produksi - Di rumah produsen. Outlet cara ini
basisnya konsumen. b.
Delivery Order DO : Wilayah konsumen dan minimum order c.
SupermarketOutlet bersama : Cakupan wilayah dan konsumen luas, namun ada standar khusus.
Salah satu masalah penting dalam pemasaran produk organik adalah masalah mutu produk organik yang belum bisa memenuhi permintaan pasar. Hal
ini mengakibatkan produk organik yang dihasilkan oleh petani dipandang tidak memiliki kepastian mutu organik yang dapat diterima oleh pasar. Saat ini
konsumen semakin sadar akan mutu produk organik dan menginginkan petani dapat menunjukkan integritas keorganikan produk yang dihasilkan. Salah satu
cara untuk menunjukkan bukti integritas keorganikan produk adalah dengan sertifikasi Palupi, 2010.
Sertifikasi merupakan satu cara untuk menjamin bahwa produk dapat dinyatakan organik apabila diproduksi mengikuti prinsip-prinsip produksi
pertanian dan pangan secara organik. Sertifikasi ini ditujukan tidak hanya melindungi konsumen tetapi juga produsen dan pedagang dari kesalahan atau
pemalsuan label. Sertifikasi juga merupakan alat pemasaran untuk penetrasi pasar dan untuk mendapatkan harga premium, serta transparansi dalam informasi
produksi pangan organik BSN, 2002. Selama ini penjaminan yang dilakukan petani adalah sistem penjaminan pertama dan kedua yang sangat mengandalkan
kepercayaan dari konsumen. Konsumen dapat melihat ke lahan petani bagaimana proses budidaya dilaksanakan untuk mengetahui jaminan keorganikan produk.
Menurut Winarno 2010 terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan oleh produsen pangan organik untuk memberikan jaminan terhadap produk organik
yang dihasilkannya, yaitu : a.
Self-Claim First Party Certification
Kebanyakan pemasaran pangan organik yang dilakukan oleh produsen di Indonesia dimulai dengan pola penjaminan self claim pernyataan diri mengenai
status organik produk yang dihasilkannya. Penjaminan seperti ini memiliki keterbatasan dalam menumbuhkan tingkat kepercayaan konsumen dan keluasan
distribusi produk. b.
Second Party Certification Bila pembeli, pemilik toko atau perusahaan perdagangan melakukan
perjanjian dengan petani organik untuk memasarkan produk yang dihasilkannya dan menyatakan bahwa produk yang diperdagangkannya adalah produk organik,
maka pola tersebut dinamakan second party certification. Secara prinsip pada pola ini ada pihak kedua yang memberikan jaminan bahwa produk yang
diperdagangkan adalah produk organik. Hubungan yang dibentuk dalam pola ini berlandaskan prinsip ekonomi untuk meningkatkan nilai tambah dan perluasan
distribusi. c.
Third party Certification Third party certification adalah pola sertifikasi yang dilakukan pihak
ketiga berupa lembaga yang memiliki kewenangan untuk melakukan sertifikasi pangan organik. Proses sertifikasi yang dilakukan sudah terstandardisasi dan
pihak produsen harus menyiapkan sejumlah dokumen pendukung untuk proses tersebut. Produk yang telah disertifikasi berhak mencantumkan logolabel organik
dikemasannya. Saat ini lembaga sertifikasi internasional yang beroperasi di Indonesia ada
7 tujuh, yaitu Institute for Marketecology IMO, Control Union, North American Securities Administrators Association NASAA, Naturland, Ecocert,
Global Offset and Countertrade Association GOCA dan Accountable Care Organization ACO. Sedangkan lembaga sertifikasi nasional yang telah
diakreditasi BSN, yaitu BIOCert Bogor, Inofice Bogor, Sucofindo Jakarta, LeSOS Seloliman, Mutu Agung Lestari Depok, dan PT Persada Yogyakarta.
Pangan organik yang tersedia di pasaran saat ini sudah beragam jenisnya dari beras organik Beras mentik wangi, Beras pandan wangi, Beras mentik susu,
Beras merah dan lainnya, buah organik Pisang, Alpokat, Apel malang, Pepaya dan lainnya, Susu Kambing organik, Kedelai hitam organik dan daging Ayam
kampung organik. Kelompok tani di Jawa Barat, selaku produsen sayuran organik tidak hanya memasarkan produknya, yaitu sayuran organik, tetapi juga
memasarkan produk organik lainnya dan ini merupakan salah satu strategi pemasaran yang dipilih oleh kelompok tani tersebut dalam melayani dan
memuaskan konsumennya. Dengan strategi yang ditempuh tersebut, kelompok tani sebagai produsen berusaha untuk memahami keragaman produsen, atau
perilaku konsumen agar mampu memasarkan produknya dengan baik Palupi, 2010.
2.2 Analisis Lingkungan Eksternal