I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang sangat diperlukan bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Indonesia. Potensi pertanian di Indonesia tersebar secara
merata di seluruh daerah. Komoditas hortikultura seperti sayur-sayuran mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan gizi masyarakat.
Selain sebagai sumber pendapatan bagi petani, komoditas sayur-sayuran juga penting dalam perekonomian sebagai penghasil devisa bagi negara Winarno, Seta
dan Surono, 2002. Populasi Indonesia diperkirakan meningkat rata-rata 1,3 per tahun dan
akan mencapai penduduk sekitar 250 juta jiwa pada tahun 2015 Proyek Penelitian Sayuran Indonesia, 2009. Saat ini konsumsi sayuran per kapita warga
Indonesia hanya 40,6 kg per tahun. Sementara rekomendasi dari Food and Agriculture Organization FAO konsumsi sayuran per kapita adalah 73 kg per
tahun Nuryati, 2012. Hal ini membuat Indonesia menjadi pasar yang sangat besar untuk produk sayuran segar maupun olahan.
Tabel 1 . Volume ekspor komoditas sayuran nasional
No. Komoditas
Volume Ekspor Kg 2009
2010 2011
1. Kentang
6.900.218 7.041.480
4.878.039 2.
Tomat 1.543.806
1.597.780 2.152.938
3. Bawang Merah
12.821.570 3.233.877
6.291.548 4.
Bawang Putih 186.797
284.078 182.510
5. Kubis Kol
41.917.371 31.941.412
18.036.129 6.
Kembang Kol 2.150.735
70.908 46.382
7. Jamur
15.272.001 9.609.118
5.525.704 8.
Ketimun 684.324
887.353 83.880
9. Terung
703.880 948.913
1.003.403 10.
Wortel 1.703
5.473 28.666
11. Bawang Daun
148.041 6.099
18.297 12.
Kacang Merah 323.275
14.812 6.642
13. Buncis
1.314.946 210.774
103.747 14.
Bayam 253.611
492.793 759.500
15. Cabe
7.017.193 9.308.662
5.965.582 16.
Sayuran lainnya 106.562.453
75.735.008 51.784.088
Total Sayuran 197.801.924
141.390.550 96.869.066
Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, angka sementara.
Produksi sayuran nasional tahun 2010 mencapai 10.708.719 ton. Selain untuk konsumsi nasional, komoditas sayur-sayuran Indonesia telah diekspor ke
berbagai negara. Hal ini seperti dapat dilihat pada Tabel 1 volume ekspor komoditas sayuran nasional. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian di Indonesia telah memprakarsai program “ Go Organic 2010 “ untuk meningkatkan mutu hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan alam Indonesia,
dengan mendorong berkembangnya pertanian organik yang berdaya saing dan
berkelanjutan. MISI
yang diemban dalam program Go Organik 2010 adalah : “ Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan alam
Indonesia, dengan mendorong berkembangnya pertanian organik yang berdaya saing dan berkelanjutan
”. Sedangkan goal yang ingin dicapai dalam program Go Organik 2010 adalah : “Mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan
pengekspor pangan organik utama di dunia pada tahun 2010 ”.
Menurut Aliansi Organik Indonesia atau AOI 2009, pada tahun 2009 luas total areal pertanian organik di Indonesia adalah 231.697 ha Tabel 2. Dalam
angka ini termasuk luas areal yang sudah sertifikasi pertanian organik organik dan konversi, dalam proses sertifikasi, penjaminan sertifikasi oleh AOI dan tanpa
sertifikasi.
Tabel 2 . Luas areal pertanian organik di Indonesia 2009
No. Jenis Pertanian Organik
Luas ha 1.
2. 3.
4. Bersertifikat
Dalam proses setifikasi konversi Penjaminan sertifikasi oleh AOI
Tanpa sertifikasi 97.352
132.765 16
1.564 Total
231.697
Sumber: BPS, 2011a Luas areal pertanian organik yang sedang dalam proses sertifikasi meliputi 57
mendominasi luas areal pertanian organik di Indonesia pada tahun 2009, diikuti oleh areal bersertifikat, tanpa sertifikat, dan penjaminan sertifikasi oleh AOI. Luas
areal pertanian organik untuk sertifikasi yang sedang dalam proses memang cukup tinggi tetapi akan menurun setelah sertifikasi. Penurunan ini disebabkan karena
beberapa areal tidak lulus standar sertifikasi.
Adanya kebijakan pemerintah mengenai program Go Organik 2010 tersebut maka sudah sewajarnya, jika pertanian di Indonesia mulai melirik adanya
tanaman pangan organik. Hal ini merupakan peluang bagi para petani di Indonesia, khususnya daerah Jawa Barat sebagai salah satu daerah sentra produksi
sayuran untuk mengubah pola budidaya konvensional ke pertanian organik yang bermutu guna meningkatkan pendapatan dan memenuhi peluang pasar nasional,
maupun internasional yang memerlukan perubahan sistem produksi dan kelembagaan rantai pasokannya.
Tabel 3. Sentra produksi sayuran unggulan di Kabupaten Bandung
No. Komoditas
Unggulan Kecamatan
sentra utama Produksi
Luas Areal Ton
Ha
1 Kentang
Pangalengan 270.199,4
3.584 Kertasari
17.470,9 758
Cimenyan 1.209,1
76 2
Kubis Pangalengan
52.753,1 2.403
Kertasari 13.662,8
550 Cicalengka
948,3 40
3 Tomat
Pangalengan 51.512,0
1.105 Pasir Jambu
5.889,0 82
Cicalengka 2.416,8
45 4
Sawi Pangalengan
31.574,7 1.643
Cilengkrang 558,0
31 Cimaung
526,8 29
5 Bawang Merah
Pangalengan 11.648,0
1.021 Pacet
1.283,4 92
Ciparay 1.246,4
120 6
Cabe Pangalengan
8.594,1 413
Cicalengka 507,9
33 Cimaung
458,2 58
7 Buncis
Pangalengan 7.683,9
372 Kutawaringin
1.275,4 16
Pasir Jambu 581,9
39 8
Mentimun Nagreg
7.000,0 400
Ibun 4.510,0
201 Pangalengan
2.583,8 96
9 Brokoli
Pangalengan 4.707,0
251 Ciwidey
2.376,0 108
Cilengkrang 36,5
2 10
Sosin Majalaya
1.411,1 213
Cangkuang 1.287,8
131 Cimaung
255,2 46
Sumber: BPS, 2011a data diolah. Permintaan sayuran organik yang berasal dari daerah Jawa Barat
khususnya kabupaten Bandung mengalami peningkatan sampai 26 per tahun Admin, 2012. Hal tersebut terkait dengan makin meningkatnya kepedulian
masyarakat terhadap mutu produk dan kesehatan. Komoditas sayuran sebanyak 50 di jual ke pasar Jakarta dan sekitarnya, 25 di jual ke pasar kota Bandung
dan sisanya ke pasar tradisional di beberapa daerah Bapeda Kab. Bandung,
2010. Sentra produksi sayuran unggulan di Kabupaten Bandung seperti terlihat pada Tabel 3.
Salah satu upaya untuk memperbaiki sistem ketahanan pangan adalah mendesain sistem industrialisasi pertanian pangan yang mampu menghasilkan
produk pangan dengan nilai tambah tinggi bagi petani, menjamin kelancaran pasokan pangan, terkendali tingginya mutu dan terjaminnya keamanan produk
pangan serta terjangkaunya harga produk pangan oleh masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan strategi pengelolaan rantai pasokan supply
chain management yang mengintegrasikan para pelaku dari semua segmen rantai pasokan baik secara vertikal maupun horizontal Apriantono, 2005.
Sistem pertanian industri dicirikan oleh usaha pertanian bernilai tambah tinggi dan terintegrasi dalam satu rantai pasokan supply chain berdasarkan relasi
kemitraan sinergis dan adil dengan bertumpu pada sumberdaya nasional, kearifan lokal, serta ilmu pengetahuan dan teknologi berwawasan lingkungan. Sistem
pertanian industrial adalah sosok pertanian ideal yang merupakan keharusan agar usaha pertanian dapat bertahan hidup dan tumbuh berkembang secara
berkelanjutan dalam tatanan lingkungan persaingan global yang makin ketat Badan Ketahanan Pangan, 2007.
Manajemen rantai pasok produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok produk manufaktur lainnya karena produk pertanian secara umum
mempunyai karakteristik Yandra dalam Setiawan, 2009, yaitu a produk mudah rusak, b budidaya dan pemanenan sangat tergantung iklim dan musim, c mutu
bervariasi dan d bersifat kamba, beberapa produk sangat sulit diangkut dan dikelola sebab ukuran dan kompleksitas dari produk. Keempat 4 faktor ini
sangat perlu dipertimbangkan dalam merancang dan menganalisis manajemen rantai pasok supply chain management.
1.2 Perumusan Masalah
1. Faktor-faktor internal dan eksternal apakah yang memengaruhi manajemen rantai pasok sayuran organik di Pangalengan ?
2. Bagaimana peranan para pelaku rantai pasok sayuran di Pangalengan ? 3. Apakah rantai pasok sayuran konvensional yang sudah ada di Pangelangan
saat ini dapat diterapkan untuk pengembangan rantai pasok sayuran organik ?
4. Bagaimana menyusun strategi rantai pasok yang sesuai untuk sayuran organik bernilai tambah tinggi berbasis petani di Pangalengan ?
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi manajemen rantai pasok sayuran organik di Pangalengan
2. Mengidentifikasi peranan para pelaku rantai pasok sayuran di Pangalengan 3. Menyusun strategi rantai pasok yang sesuai untuk sayuran organik bernilai
tambah tinggi berbasis petani di Pangalengan
II. TINJAUAN PUSTAKA