kontrak tertulis dalam jangka waktu tertentu. Secara umum, pola kemitraan rantai pasok pertanian yang dilakukan petani, antara lain kemitraan petani dengan
Koperasi Unit Desa KUD, atau asosiasi tani dan petani dengan manufaktur, atau pengolah.
Keberhasilan kelembagaan rantai pasok pertanian tergantung bagaimana pelaku menerapkan kunci sukses. Kunci sukses tersebut adalah Marimin dan
Maghfiroh, 2010 : a.
Trust Building Kepercayaan diantara anggota rantai pasokan mampu mendukung kelancaran
aktivitas rantai pasokan, seperti kelancaran transaksi penjualan, distribusi produk dan distribusi informasi pasar.
b. Koordinasi dan Kerjasama Hal ini dilakukan guna mewujudkan kelancaran rantai pasokan, ketepatan
pasokan mulai dari produsen hingga retail dan tercapainya tujuan rantai pasokan.
c. Kemudahan Akses Pembiayaan Akses pembiayaan yang mudah, disertai dengan bentuk administratif yang
tidak rumit akan memudahkan anggota dalam rantai pasokan mengembangkan usahanya.
d. Dukungan Pemerintah Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator dan motivator sangat penting
dalam mewujudkan iklim usaha yang kondusif dan struktur rantai pasokan yang mapan.
2.6 Proses Hirarki Analitik
Analytical Hierarchy Proces AHP pertama kali dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Pada tahun 1970-an untuk mengorganisir informasi dan pendapat ahli
judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai Marimin dan Maghfiroh, 2010. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan
kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi sebuah bagian- bagian dan tertata dalam suatu hirarki.
Persoalan dalam keputusan AHP dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat hirarki. Dimulai dengan goal sasaran lalu kriteria level pertama,
subkriteria, dan akhirnya alternatif. Terdapat tiga 3 prinsip dalam memecahkan
persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu penyusunan hirarki, penetapan prioritas dan konsistensi logis Marimin dan Maghfiroh, 2010 :
1. Penyusunan Hirarki Penyusunan dilakukan dengan mengidentifikasi pengetahuan, atau informasi
yang sedang diamati. Dimulai dari permasalahan kompleks yang diuraikan menjadi unsur pokoknya, unsur pokok ini diuraikan lagi ke dalam bagian-
bagiannya lagi secara hirarki. 2. Penentuan Prioritas
Setiap level hirarki perlu dilakukan perbandingan berpasangan pairwise comparisons untuk menentukan prioritas. Sepasang unsur dibandingkan
berdasarkan kriteria tertentu dan menimbang intensitas preferensi antar unsur. Dalam konteks ini, unsur yang pada tingkat yang tinggi tersebut berfungsi
sebagai suatu kriteria disebut sifat property. 3. Konsistensi Logis
Semua unsur dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. AHP mengukur konsistensi
menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus 10 atau kurang. Jika lebih dari 10, maka
penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki.
III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian
Kajian konsep strategi pengembangan manajemen rantai pasok sayuran organik bernilai tambah tinggi di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
merupakan bagian dari Riset Strategi Nasional “Pengembangan Pangan Organik yang Bernilai Tambah Tinggi Berbasis Petani” yang dibiayai oleh Direktorat
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi- Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun anggaran 2012. Kerangka
pemikiran kajian seperti terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kerangka pemikiran kajian
Strategi Pengembangan SCM
Pemilihan Strategi Pengembangan SCM AHP
Perumusan Strategi Pengembangan SCM SWOT
Faktor Eksternal Matriks EFE
Faktor Internal Matriks IFE
Identifikasi Para Pelaku Rantai Pasok
Analisis Deskriptif Kondisi Lingkungan di Pangalengan
Identifikasi Karakteristik Produk Sayuran Organik
Sayuran Organik Bernilai Tambah Tinggi