Teori Harga Lahan Teori Faktor Lokasi lahan

Berdasarkan teori sewa lahan menurut Von Thunen sewa lahan mempunyai hubungan yang terbalik dengan jarak lokasi lahan ke pusat pasar. Semakin jauh jarak lokasi lahan dari pasar akan menyebabkan semakin tingginya biaya transportasi. Besarnya biaya transportasi tersebut memiliki pengaruh terhadap sewa lahan seperti terlihat pada Gambar 1. land rent Rp land rent Rp P Land rent C Biaya Y K X Keterangan gambar: P = Harga produk Rp C = Biaya produk Rp K, X = Jarak lahan ke pasar Km Gambar 1. Pengaruh Jarak Terhadap Biaya Transportasi dan Land Rent Sumber : Barlowe, Raleigh 1986 Suparmoko 1989 menjelaskan bahwa harga lahan yang berlokasi dekat fasilitas umum akan meningkat. Dengan adanya kegiatan pembangunan, khususnya prasarana umum, akan meningkatkan dan kepuasan yang dapat diberikan oleh satuan luasan lahan, yang diikuti pula dengan meningkatnya pendapatan masyarakat sehingga harga lahan akan meningkat. Lahan yang dekat dengan pasar oleh masyarakat digunakan untuk daerah pusat ekonomi yang akan memberikan pendapatan dan harga sewa yang tinggi untuk berbagai alternatif penggunaan, seperti industri atau penggunaan lainnya yang menguntungkan bagi perekonomian masyarakat sekitar. Sutarjo dalam Astrini 2009 memberikan penjelasan tentang pengaruh kualiatas dan lokasi lahan terhadap harga lahan. Kenaikan harga lahan merupakan suatu konsekuensi dari suatu perubahan penggunaan dan pemanfaatan lahan. Pembangunan lahan memerlukan lahan yang luas dan memerlukan komponen- komponen kegiatan fungsional yang mendukung dan bersifat produktif seperti sarana transportasi, pasar, bank dan kondisi jalan akan merupakan suatu hal yang sangat peka terhadap kemungkinan kenaikan harga lahan. Permintaan juga dipengaruhi oleh harga lahan. Penentuan permintaan lahan tersebut adalah selera dan referensi dari konsumen, jumlah penduduk, pendapatan konsumen dan ekspektasi konsumsi terhadap terhadap harga dan pendapatan di masa yang akan datang. Keempat penentu permintaan lahan tersebut berhubungan positif dengan harga lahan. Semakin meningkat penentu permintaan lahan tersebut, maka harga lahan juga akan semakin meningkat Halcrow, 1992.

2.1.4 Macam-macam Fungsi Lahan

Menurut FAO 1995 lahan memiliki banyak fungsi yaitu: 1. Fungsi Produksi Sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan, melalui produksi biomassa yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat, bahan baku kayu dan bahan-bahan biotik lainnya bagi manusia, baik secara langsung maupun melalui binatang ternak termasuk budidaya kolam dan tambak ikan. 2. Fungsi Lingkungan Biotik Lahan merupakan basis bagi keragaman daratan terretrial yang menyediakan habitat biologi dan plasma nutfah bagi tumbuhan, hewan dan jasad-mikro di atas dan di bawah permukaan tanah. 3. Fungsi Pengatur Iklim Lahan dan penggunaannya merupakan sumber source dan penyerap sink gas rumah kaca dan menentukan neraca energi global berupa pantulan, serapan dan transformasi dari energi radiasi matahari dan unsur hidrologi global. 4. Fungsi Hidrologi Lahan mengatur simpanan dan aliran sumberdaya air permukaan serta mempengaruhi kualitasnya. 5. Fungsi Penyimpanan Lahan merupakan gudang sumber berbagai bahan mentah dan mineral untuk dimanfaatkan oleh manusia. 6. Fungsi Pengendali Sampah dan Populasi Lahan berfungsi sebagai penerima, penyaring, dan pengubah senyawa- senyawa berbahaya. 7. Fungsi Ruang Kehidupan Lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia, industri, dan aktivitas sosial seperti olahraga, tempat wisata, rekreasi dll. 8. Fungsi Peninggalan dan Penyimpanan Lahan merupakan media untuk menyimpan dan melindungi benda-benda bersejarah dan sebagai sumber informasi tentang kondisi iklim dan penggunaan lahan masa lalu. 9. Fungsi Penghubung Sosial Lahan menyediakan ruang untuk transportasi manusia, masukan dan produksi serta untuk pemindahan tumbuhan dan binatang antar daerah terpencil dari suatu ekosistem alami.

2.1.5 Jenis Hak Kepemilikan Lahan

Hak atas tanah adalah hak untuk menguasai tanah yang diberikan atas perseorangan, kelompok atau badan hukum. Berdasarkan pasal 22 Undang- Undang Pokok Agraria UUPA, hal yang menjadi dasar lahirnya hak milik atas tanah adalah menurut hukum adat, karena ketentuan undang-undang dan karena penetapan pemerintah. Menurut pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria UUPA, sistem penguasaan tanah di Indonesia dapat dibagi menjadi: 1. Hak Milik Seseorang yang memegang sertifikat hak milik mempunyai hak penuh atas tanah dengan batas-batas yang tertera dalam sertifikat. Pemegang sertifikat tanah dengan status hak milik tidak perlu memperpanjang sertifikat hak miliknya dan bisa diwariskan atau diwakafkan. 2. Hak Guna Usaha HGU Hak Guna Usaha merupakan penguasaan tanah yang dimiliki negara untuk jangka waktu tertentu, baik untuk keperluan perusahaan, pertanian, perikanan