Tujuan Penelitian PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dimaksud adalah harga pasar yang diperoleh dari transaksi penjualan, harga lahan yang dinilai adalah lahan yang berada di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah GSE, harga transaksi yang diperoleh dari responden yang melakukan proses transaksi penjualan. Faktor-faktor yang mempengaruhi yang akan dihitung adalah luas lahan, jarak bidang tanah ke kawasan wisata Gunung Salak Endah GSE, jarak bidang tanah ke jalan raya terdekat, produktivitas pertanian, bentuk lahan dan topografi lahan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Definisi Sumberdaya Lahan Hardjowigeno 2003 menyatakan bahwa lahan sebagai kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang meliputi tanah yang tersusun dari horizon- horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara yang merupakan media untuk tumbuhnya tanaman beserta faktor-faktor fisik lingkungannya sepeti lereng, hidrologi, iklim dan sebagainya. Fujita 1989 menyatakan bahwa penggunaan lahan yang optimal tergantung pada fungsi tujuan yang ditentukan. Salah satu teori penggunaan lahan adalah model Herbert- Stevent. Model ini menjelaskan tujuan penggunaan lahan untuk memaksimalkan surplus penggunaan lahan untuk semua model rumah tangga. Model ini dirancang sedemikian rupa sehingga solusinya selalu efisien, dan semua alokasi efisien dapat diperoleh hanya dengan berbagai tingkat utilitas target. Secara fisik lahan merupakan aset ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh kemungkinan penurunan nilai dan harga serta tidak dipengaruhi oleh faktor waktu. Secara fisik pula lahan merupakan asset yang mempunyai keterbatasan dan tidak dapat bertambah besar. Lahan secara fisik tidak dapat dipindahkan, walaupun fungsi dan penggunaan lahan land use function dapat berubah tetapi lahannya sendiri bersifat tetap Sujarto, 1985. Reksohadiprodjo dan Karseno 1985 menjelaskan apabila lahan digunakan bersama-sama dengan faktor produksi lain seperti tenaga kerja, modal dan teknologi akan terjadi bahan pertimbangan tertentu untuk penggunaan tertentu pula. Pemanfaatan lahan sangat menentukan cara-cara masyarakat berfungsi. Lahan yang merupakan sumber dasar atau asal makanan, permukiman serta zat asam harus dimanfaatkan secara baik sehingga menjamin ekosistem yang stabil, membatasi pencemaran udara, menciptakan struktur politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan nasional, dan tidak terbatas pada perkembangan kota-desa saja.

2.1.2 Teori Harga Lahan

Harga lahan didefinisikan sebagai sejumlah uang yang harus dibayar kepada pemilik lahan atas hak penggunaan suatu unit lahan pada periode waktu tertentu. Harga jual adalah harga yang disanggupi oleh pembeli willingness to pay setelah mempertimbangkan sebagai alternatif dan merupakan nilai diskonto dari total nilai sewa di masa mendatang sedangkan biaya kepemilikan lahan adalah fungsi dari harga jual dan harga kontrak. Dalam hal ini, harga lahan land price sebagai pengganti istilah nilai lahan land value dalam menganalisis masalah ekonomi lahan perkotaan. Istilah harga lahan mencerminkan nilai pasar atas harga kontrak contract rent, harga jual sales price dan biaya kepemilikan cost of ownership, definisi menurut Alonso 1970.

2.1.3 Teori Faktor Lokasi lahan

Hadianto 2009 menerangkan beberapa faktor yang dianggap berpengaruh terhadap harga lahan di suatu lokasi atau wilayah yaitu jarak terhadap jalan, drainase, luas tanah, lebar jalan, status jalan, elevasi, kontur dan bentuk tanah. Jarak terhadap jalan merupakan jarak lokasi bidang tanah dengan jalan terdekat yang ada di sekitarnya, baik jalan lokal, jalan kolektor maupun jalan arteri perimer dan sekunder. Hal ini mengindikasikan akses terhadap lokasi objek tanah tersebut. Kontur yang dimaksud adalah bidang tanah berkontur datar, bergelombang atau terasering, sedangkan yang dimaksud dengan bentuk tanah adalah apakan bidang tanah berbentuk normal atau persegi, persegi lima atau trapesiun atau lainnya atau tidak beraturan. Harga suatu lahan juga dipengaruhi oleh luas dan kualitas lahan. Kualitas lahan dapat dilihat dari segi kualitas air, kesuburan dan kandungan mineral di dalam tanah tersebut. Selain itu harga lahan juga dipengaruhi oleh faktor lokasi suatu lahan sebagaimana dijelaskan dalam model Von Thunen. Suparmoko 1997 menerangkan bahwa teori yang dikemukakan oleh Von Thunen berdasarkan tanaman yang dihasilkan oleh daerah-daerah subur dekat pusat pasar dan dikemukakan bahwa sewa lahan lebih tinggi dari daerah-daerah yang lebih jauh dari pusat pasar. Menurut Von Thunen sewa lahan berkaitan dengan perlunya biaya transportasi dari dari daerah yang jauh ke pasar.