dan peternakan. Jangka waktu yang dimaksud adalah paling lama 25 tahun dan dapat diperpanjang 25 tahun setelahnya.
3. Hak Guna Bangunan HGB
Hak Guna Bangunan merupakan hak untuk mendirikan dan atau memiliki bangunan diatas tanah yang bukan milik sendiri. HGB banyak diberlakukan
untuk beberapa komplek perumahan di perkotaan. HGB bisa dipergunakan hingga jangka waktu 30 tahun dan bisa diperpanjang selama 20 tahun
setelahnya dengan mempertimbangkan aspek-aspek lain seperti aspek sosial. Tanah dengan status HGB tidak dapat diwakafkan atau diwariskan. Jika ingin
mewakafkan HGB harus meningkatkan statusya menjadi hak milik. 4.
Hak Pakai Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memanfaatkan, memungut
hasil dari tanah yang dikuasai oleh Negara atau pihak lain yang punya wewenang untuk memberikan hak pakai yang kemudian diatur melelui surat
perjanjian. 5.
Hak Sewa Hak sewa merupakan hak yang dimiliki oleh suatu badan usaha atau individu
untuk memanfaatkan tanah yang dimiliki oleh pihak lain untuk pemanfaatan bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada pemiliknya. Hak
sewa tidak berlaku atas tanah negara. 6.
Hak Membuka Lahan Hak untuk membuka lahan merupakan hak atas tanah yang diatur dalam
hukum adat. Hak ini hanya bisa didapatkan oleh Warga Negara Indonesia WNI dan juga diatur oleh Peraturan Pemerintah PP.
7. Hak Memungut Hasil Hutan
Menggunakan suatu hak memungut hasil hutan secara hukum tidaklah berarti mendapatkan hak milik right of ownership atas tanah yang bersangkutan.
Hak memungut hasil hutan diatur di dalam hukum adat. 8.
Hak-hak lain yang tidak termasuk kedalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan dengan Undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara
yang disebutkan dalam pasal 53.
2.2 Model Regresi
Gujarati 2006 menjelaskan bahwa analisis regresi merupakan studi tentang hubungan antara suatu variabel yang disebut variabel tak bebas atau
variabel yang dijelaskan dan satu atau lebih variabel lain yang disebut variabel bebas atau variabel penjelas. Variabel yang terletak di sisi kiri persamaan disebut
variabel tak bebas dependent variable, dan variabel yang berada di sisi kanan persamaan disebut variabel bebas independent variable, atau variabel yang
bersifat menjelaskan explanatory variable. Dalam analisis regresi, sasaran utama adalah menjelaskan perilaku suatu variabel tak bebas sehubungan dengan perilaku
satu atau lebih variabel bebas dengan memperhitungkan fakta bahwa hubungan antar semua variabel tersebut bersifat tidak pasti.
Secara kuantitatif hubungan antara peubah bebas dan peubah tak bebas atau terikat tersebut dapat kita modelkan dalam suatu persamaan matematik,
sehingga kita dapat meramal atau menduga nilai suatu peubah tak bebas bila diketahui nilai peubah bebasnya. Persamaan matematik yang menggambarkan
hubungan antar peubah bebas dan peubah tak bebas terikat sering disebut model persamaan regresi.
Menurut Siregar 2005, langkah-langkah pembuatan persamaan model dikenal dengan istilah analisis regresi. Jenis analisis regresi yang sederhana adalah
regresi linier. Regresi linier terdiri atas dua jenis yaitu: 1.
Regresi Linier Sederhana Model
regresi linier
sederhana adalah
persamaan regresi
yang menggambarkan hubungan antara satu peubah bebas X, independent
variable, dan satu peubah tak bebas Y, dependent variable, dimana dugaan hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai suatu garis lurus.
2. Regresi Linier Berganda
Model regresi linier berganda adalah persamaan regresi yang terdiri dari satu variabel tak bebas dependent variable dan minimal dua variabel bebas
independent variable. Analisis regresi dilakukan apabila jenis variabelnya variabel bebas dan
variabel terikat terdefinisi dengan jelas. Penentuan nama variabel bebas dan variabel terikat dapat dilakukan secara empiris atau hasil analisis yang cermat,
atau hasil diskusi dengan pakar. Pada umumnya variabel yang mudah didapat diukur dianggap sebagai variabel bebas. Untuk keperluan analisis diperlukan
notasi y
i
untuk variabel terikat, x
i
untuk variabel bebas Siregar, 2005. Dalam suatu persamaan regresi sering terdapat variabel yang diukur pada
skala nominal. Peubah nominal sering juga dinamakan peubah kuantitatif, sebab dua nilai yang berbeda bagi peubah demikian ini berbeda dalam hal kualitas,
bukan kuantitas. Variabel ini biasa disebut sebagai variabel dummy. Variabel dummy adalah salah satu cara untuk melihat efek kualitatif dalam suatu persamaan
regresi.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Astrini 2009. Penelitian ini menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan permukiman adalah luas lahan, akses ke angkutan kota, jarak pasar, kepadatan penduduk, status jalan, fasilitas air,
prasarana jalan dan akses ke fasilitas umum. Berdasarkan persepsi responden akan kondisi lingkungan pada wilayah Bogor Utara masalah kualiatas udara lebih
banyak terjadi. Sedangkan wilayah Bogor Selatan permasalahan yang terjadi mengenai kualitas air, ancaman longsor, ancaman banjir, dan tingkat kebisingan
yang terjadi.
Penelitian terdahulu kedua yang dijadikan referensi dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Silalahi 2008 dimana diketahui bahwa
faktor yang mempengaruhi harga lahan adalah luas lahan, kepadatan penduduk, jarak lahan ke jalan, fasilitas air dan NJOP yang dilakukan di Kecamatan
Cibinong. Faktor yang mempengaruhi penjual untuk melakukan transaksi penjualan lahannya adalah disebabkan oleh kebutuhan modal usaha dan keinginan
untuk membuat tabungan demi kelangsungan hidup.