Penyajian data Verifikasi Strategi Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Pada Rumah Tangga Petani Di Dataran Dieng.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batang Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pejawaran
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wanayasa
Sumber: www.banjarnegarakab.go.id
Gambar 8 Peta Kecamatan Batur Secara geografis wilayah Dataran Tinggi Dieng di Kecamatan Batur
berjarak 41 km Desa Sumberejo dan 54 km Desa Dieng Kulon. Jarak antar desa di dalam kecamatan berkisar antara 1
– 12 km. Desa Batur sebagai lokasi penelitian, berjarak 42 km dari pusat kabupaten dan menjadi pusat pemerintahan
kecamatan. Desa Batur merupakan desa terluas di Kecamatan Batur dan terdiri dari 13 Rukun Warga RW yang masing-masing diketuai oleh kepala dusun, serta
mencakup 53 Rukun Tetangga RT. Batas Desa Batur meliputi:
Sebelah Utara : Desa Gerlang Blado Kabupaten Batang
Sebelah Timur : Desa Sumberejo
Sebelah Selatan : Desa Ratamba dan Desa Penusupan Kecamatan
Pejawaran Sebelah Barat
: Kecamatan Wanayasa dan Kecamatan Pejawaran. Kawasan Dataran Tinggi Dieng dikelilingi oleh 7 gunung dengan
ketinggian antara 2.094 - 2.722 mdpl meter di atas permukaan laut. Gunung- gunung tersebut yaitu yaitu Gunung Petarangan, Gunung Prahu, Gunung Sipandu,
Gunung Alang, Gunung Pangonan 2.144 mdpl, Gunung Nagasari 2.351 mdpl, dan Gunung Gajah Mungkur 2.094 mdpl.
Tabel 2 Gunung-gunung dan ketinggiannya di Dataran Tinggi Dieng No
Gunung Ketinggian mdpl
1 Gunung Petarangan
2.722 2
Gunung Prahu 2.565
3 Gunung Sipandu
2.241 4
Gunung Alang 2.210
5 Gunung Pangonan
2.144 6
Gunung Nagasari 2.351
7 Gunung Gajah Mungkur
2.094
Sumber: Kecamatan Batur Dalam Angka 2013
Selain itu kawasan Dataran Tinggi Dieng juga dilewati sungai atau kali yang terdiri dari Kali Bojong, Kali Merawu, Kali Princingan, Kali Panaraban,
Kali Dolog, Kali Siton, Kali Putih, dan Kali Tulis. Kali-kali tersebut memiliki muara akhir di waduk pembangkit listrik Mrica atau Waduk Panglima Besar
Jenderal Soedirman. Apabila terjadi longsor di kawasan Dataran Tinggi Dieng maka berpengaruh pada sedimentasi waduk tersebut.
Tabel 3 Sungai-sungai dan panjangnya yang melewati Dataran Tinggi Dieng No
Gunung Panjang km
1 Kali Bojong
3 2
Kali Merawu 13,6
3 Kali Princingan
2 4
Kali Panaraban 4
5 Kali Dolog
3 6
Kali Siton 6
7 Kali Putih
6 8
Kali Tulis 15
Sumber: Kecamatan Batur Dalam Angka 2013
Kawasan Dataran Tinggi Dieng juga merupakan kawasan vulkanik yang memiliki beberapa kawah aktif meliputi Kawah Timbang, Kawah Sikidang,
Kawah Upas, Kawah Sileri, Kawah Condrodimuko, Kawah Sibanteng, dan Kawah Telogo Terus. Selain Kawah, terdapat juga telaga sebagai salah satu
sumber mata air utama untuk pertanian yaitu Telaga Balekambang, Telaga Sikidang, Telaga Sewiwi, Telaga Merdada, Telaga Nirmala di Gunung Pangonan,
dan satu sumur besar yang disebut Sumur Jalatunda.
Kondisi geografis Dataran Tinggi Dieng menunjukkan sebuah kawasan dengan dataran yang berbukit dan bergelombang. Kawasan ini merupakan area
tangkapan catchment area dan merupakan hulu dari Daerah Aliran Sungai DAS Serayu. Lahan-lahan di Dataran Tinggi Dieng 57 digunakan untuk lahan
pertanian bukan sawah hortikultur dan 43 lainnya digunakan untuk peruntukan lain. Berdasarkan data pada Tabel 1 diketahui bahwa hanya Desa Sumberejo dan
Dieng Kulon yang penggunaan lahan pertaniannya lebih kecil dari lahan non pertanian. Desa-desa lain penggunaannya lebih banyak untuk kegiatan pertanian
yaitu Desa Batur 69 , Pesurenan 56 , Bakal 61 , Karangtengah 69 , Pekasiran 61 , dan Kepakisan 78 . Fakta penggunaan lahan yang terdapat
pada Tabel 4 menunjukkan bahwa area pertanian terluas di Dataran Tinggi Dieng yang terlingkup di Kecamatan Batur adalah di Desa Batur yang merupakan desa
terluas. Area pertanian yang merupakan tegalan mencapai dua hingga delapan kali lipat dibanding desa-desa lainnya.
Tabel 4 Penggunaan lahan di Kecamatan Batur
No Desa Tanah Darat ha
Kolam ha
Lain-lain ha
Jumlah ha
Tegalan Pekarangan
1 Batur
844,432 67,49
1 299,22
1.212,143 2
Sumberejo 527,857
131,272 -
199,700 792,932
3 Pesurenan
86,446 60,511
- 7,463
154,42 4
Bakal 298,625
58,176 -
127,05 484,84
5 Dieng Kulon
100,603 49,856
- 157,547
337,846 6
Karangtengah 341,08
50,711 -
97,04 488,811
7 Pekasiran
524,807 19,825
- 174,986
719,217 8
Kepakisan 329,975
19,572 0,5
182,736 526,862
JUMLAH 3.047,705
458,362 1,5
1.209,543 4.717,1
Sumber: Kecamatan Batur Dalam Angka 2013
Dataran Tinggi Dieng merupakan area yang subur untuk pertanian dengan kondisi tanag berjenis andosol, regasol, olivial, dan glie humus. Tanah Andosol
ada di setiap desa dan berkombinasi dengan jenis tanah lainnya. Jenis tanah di Desa Batur merupakan asosiasi dari jenis tanah glie humus dan olivial kelabu
serta asosiasi andosol coklat dan regasol coklat. Klasifikasi lengkap tentang jenis tanah di Kecamatan Batur terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jenis tanah di masing-masing desa di Kecamatan Batur No Desa
Jenis Tanah 1
Batur Asosiasi glie humus olivial kelabu; Asosiasi andosol
coklat regasol coklat 2
Sumberejo Asosiasi glie humus olivial kelabu; Asosiasi andosol
coklat regasol coklat 3
Pesurenan Asosiasi andosol coklat regasol coklat
4 Bakal
Asosiasi andosol coklat regasol coklat 5
Dieng Kulon Asosiasi andosol coklat regasol coklat
6 Karangtengah Asosiasi andosol coklat regasol coklat
7 Pekasiran
Asosiasi andosol coklat regasol coklat 8
Kepakisan Asosiasi andosol coklat regasol coklat
Sumber: Kecamatan Batur Dalam Angka 2002
Dataran Tinggi Dieng merupakan wilayah dengan iklim tropis sejuk. Suhu pada siang hari berkisar antara 15
- 20 C, pada malam hari dapat berada di
bawah angka tersebut sekitar 18 - 3
C. Kelembaban udara berkisar antara 84-85 . Supeno et al 2014 menjelaskan bahwa pada Bulan Juli atau awal Agustus
terdapat tiga hari dimana suhu udara berada di nol derajat hingga menghadirkan hujan salju, yang disebut oleh masyarakat sebagai ‘embun upas’ atau embun racun
yang dapat merusak tanaman perdu, termasuk tanaman horikultur yang menjadi andalan petani dan menyebabkan petani mengalami kerugian hingga sampai
ratusan juta rupiah.
Musim hujan dan musim kemarau terjadi silih berganti sepanjang tahun. Pada umumnya bulan basah lebih banyak dibanding bulan kering. Pada Tahun
2011 curah hujan tahunan di Kecamatan Batur sebanyak 3.240 mm dengan jumlah hari hujan 127 hari. Pada Tahun 2010 jumlah hari hujan lebih banyak yaitu 209
hari namun curah hujan lebih rendah yaitu 3.081 mm. Kondisi iklim ini bersifat homogen di Kawasan Dataran Tinggi Dieng.
Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi di Dataran Tinggi Dieng 1.
Kondisi Demografi
Berdasarkan data Kecamatan Batur Dalam Angka 2013 diketahui jumlah penduduk di Dataran Tinggi Dieng yang terlingkup di Kecamatan Batur adalah
sejumlah 37.206 jiwa dengan proporsi laki-laki sebanyak 18.924 jiwa dan perempuan sebanyak 18.282 jiwa. Jumlah tersebut meningkat dari tahun-tahun
sebelumnya dan berdasarkan pola pertumbuhan penduduk diketahui bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Batur saat ini jumlahnya meningkat sebanyak
6.546 jiwa atau sebesar 0,82 dibanding jumlah penduduk pada tahun 1990. Kepadatan penduduk di Dataran Tinggi Dieng pada tahun 2013 dengan luas
wilayah 47,17 km
2
adalah 788,76 jiwa km
2,
jumlah ini berkurang dari kondisi kepadatan pada tahun 2010 yaitu 829 jiwakm
2
. Laju pertumbuhan penduduk di Dataran Tinggi Dieng, Kecamatan Batur periode dekade 1990-2000 adalah 0,85
kemudian meningkat menjadi 0,92 pada dekade 2000-2010 Tabel 6.
Tabel 6 Perkembangan jumlah penduduk di Kecamatan Batur menurut desa tahun 1990-2010
No Desa
Jumlah Penduduk jiwa Kepadatan penduduk
per km
2
Laju Pertumbuhan
Penduduk 1990
2000 2010
1990 2000
2010 1990-
2000 2000-
2010 1
Batur 9959
10078 10916
211 213
231 0,98
0,92 2
Sumberejo 3943
5183 5578
84 110
118 0,76
0,92 3
Pesurenan 2084
2452 2747
44 52
58 0,85
0,89 4
Bakal 3108
3607 3912
66 76
83 0,86
0,92 5
Dieng Kulon 2648
3070 3303
56 65
70 0,86
0,93 6
Karangtengah 4075
4546 4693
86 96
99 0,90
0,97 7
Pekasiran 3691
4605 5114
78 98
108 0,80
0,90 8
Kepakisan 1972
2456 2846
42 52
60 0,80
0,86 JUMLAH
30660 35997
39109 650
763 829
0,85 0,92
Sumber: Diolah dari Kecamatan Batur Dalam Angka 1990, 2001, 2011
Dilihat dari struktur penduduk berdasarkan kelompok usia, pada tahun 2013 sebanyak 65 penduduk di Kecamatan Batur adalah penduduk usia
produktif 15-64 tahun. Kelompok usia terbesar berikutnya adalah penduduk usia
0-14 tahun sebanyak 26 dan kelompok usia lanjut di atas 64 tahun sebanyak 9 . Rasio beban tanggungan dependency ratio di Kecamatan Batur adalah
sebesar 53,19 yang berarti setiap orang yang berusia kerja dianggap produktif mempunyai tanggungan sebanyak 53 orang yang belum produktif 0-14 tahun
dan dianggap tidak lagi produktif di atas 64 tahun. Rasio beban tanggungan tersebut terbagi ke dalam 39,89 untuk rasio beban tanggungan umur muda
youth dependency ratio dan 13,31 untuk rasio beban tanggungan umur tua old dependecy ratio.
Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk serta rasio ketergantungannya di Kecamatan Batur tahun 2013
Kelompok Usia Jumlah
Usia Muda 0-14 Tahun 12.066
26 Usia Produktif 15-64
Tahun 30.249
65 Usia Tua 64 Tahun
4.026 9
Jumlah Penduduk 46.341
100 Rasio Ketergantungan
53,19
Sumber: Kecamatan Batur Dalam Angka 2014
Apabila dilihat perbandingan rasio ketergantungan antar desa diketahui bahwa Desa Kepakisan pada tahun 1990 memiliki rasio ketergantungan tertinggi
dan Desa Pesurenan pada tahun yang sama memiliki rasio ketergantungan terendah. Pada tahun 2002, Desa Batur memiliki rasio ketergantungan tertinggi
dan Desa Pesurenan masih dalam posisi rasio ketergantungan penduduk yang terendah. Pada tahun 2013 rasio ketergantungan tertinggi terdapat di Desa
Pekasiran.
Selanjutnya secara keseluruhan, apabila dibandingkan dengan kondisi pada dekade 1990-an diketahui bahwa rasio ketergantungan memperlihatkan
kondisi yang terus menurun hingga tahun 2002 dan 2013. Hal ini menunjukkan bahwa beban yang ditanggung oleh usia produktif menjadi semakin sedikit. Rasio
beban tanggungan di Desa Batur pada tahun 1990 berada di angka 86 , pada tahun 2002 menjadi 77 , dan menurun pada tahun 2013 menjadi 53.
Komposisi penduduk pada tahun 2013 didominasi oleh usia produktif antara 15 hingga 64 tahun yaitu sebanyak 65 . Usia tua di atas 64 tahun hanya 9 dan
usia muda berada di presentase 26 . Kondisi tersebut menunjukkan bahwa di Kecamatan Batur sudah hampir mencapai situasi bonus demografi. Tenaga kerja
di usia muda banyak terserap di sektor pertanian.
Sumber: Diolah dari Kecamatan Batur dalam Angka Tahun 1990, 2003, dan 2014
Gambar 9 Perbandingan rasio beban tanggungan penduduk di Kecamatan Batur tahun 1990, 2002, dan 2013
Sumber: Diolah dari Kecamatan Batur dalam Angka Tahun 1990, 2003, dan 2014
Gambar 10 Perbandingan sex ratio penduduk di Kecamatan Batur periode 1990 –
2013 Dari sisi perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan sex ratio di
Kecamatan Batur pada tahun 2013 diketahui sejumlah 102,17 artinya penduduk laki-laki relatif lebih banyak dibanding jumlah penduduk perempuan. Pada tahun
yang sama sex ratio terbesar terdapat di Desa Dieng Kulon sejumlah 109,13 dan terkecil di Desa Karang Tengah sejumlah 96,63. Di Desa Batur, rasio jenis
kelamin menunjukkan 102,08 pada tahun 2013 yang meningkat dari jumlah di
20 40
60 80
100 120
140 160
Rasio Beban Tanggungan di Kecamatan Batur Tahun 1990, 2002, dan 2013
1990 2002
2013
20 40
60 80
100 120
S e
x
R a
t i
o Perbandingan Sex Ratio di Kecamatan Batur Periode 1990-2013
1990 1994
1998 2002
2006 2010
2013
tahun 1990 yaitu 90. Berdasarkan perbandingan data tahun 1990 – 2013 tampak
kecenderungan naiknya jumlah penduduk laki-laki dibanding penduduk perempuan.
2.
Kondisi Kemiskinan
Menurut data TNP2K 2012, di Kecamatan Batur terdapat rumahtangga dan individu dengan kondisi kesejahteraan terendah di Indonesia yang masing-
masing terbagi menjadi tiga kategori. Pertama, rumah tangga dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10 terendah di Indonesia berjumlah 967 rumah
tangga dengan 4.351 individu. Kedua, rumah tangga dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 11 - 20 terendah di Indonesia berjumlah 1.174 rumah tangga
dengan 4.535 individu. Ketiga, rumah tangga dengan 21 - 30 terendah di Indonesia berjumlah 1.374 rumah tangga dengan 4.606 individu. Di antara 1.374
rumah tangga dengan kesejahteraan 20 -30 terendah, 391 rumah tangga dikepalai oleh kepala rumah tangga perempuan. Sejumlah 61 kepala rumah tangga
perempuan berusia dibawah 45 tahun, 138 berusia antara 45 tahun hingga kurang dari 60 tahun, dan 192 lainnya merupakan perempuan berusia di atas 60 tahun.
Para rumah tangga miskin tersebut sudah terdedah listrik dari PLN sebagai sumber penerangan, pada tahun 2012 ada 6 rumah tangga yang belum
menggunakan listrik. Dari aspek bahan bakar untuk memasak, sebanyak 947 rumah tangga menggunakan bahan bakar gas LPG dan 2.558 rumah tangga
menggunakan bahan bakar non-gas yang lebih identik dengan penggunaan tungku kayu bakar. Fasilitas buang air besar pada rumah tangga miskin 56
menggunakan jamban sendiri, 33 menggunakan jamban umum, dan 11 tidak mengakses keduanya artinya bisa membuang di kebun atau sungai.