Penyajian data Verifikasi Strategi Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Pada Rumah Tangga Petani Di Dataran Dieng.

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batang  Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pejawaran  Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wanayasa Sumber: www.banjarnegarakab.go.id Gambar 8 Peta Kecamatan Batur Secara geografis wilayah Dataran Tinggi Dieng di Kecamatan Batur berjarak 41 km Desa Sumberejo dan 54 km Desa Dieng Kulon. Jarak antar desa di dalam kecamatan berkisar antara 1 – 12 km. Desa Batur sebagai lokasi penelitian, berjarak 42 km dari pusat kabupaten dan menjadi pusat pemerintahan kecamatan. Desa Batur merupakan desa terluas di Kecamatan Batur dan terdiri dari 13 Rukun Warga RW yang masing-masing diketuai oleh kepala dusun, serta mencakup 53 Rukun Tetangga RT. Batas Desa Batur meliputi:  Sebelah Utara : Desa Gerlang Blado Kabupaten Batang  Sebelah Timur : Desa Sumberejo  Sebelah Selatan : Desa Ratamba dan Desa Penusupan Kecamatan Pejawaran  Sebelah Barat : Kecamatan Wanayasa dan Kecamatan Pejawaran. Kawasan Dataran Tinggi Dieng dikelilingi oleh 7 gunung dengan ketinggian antara 2.094 - 2.722 mdpl meter di atas permukaan laut. Gunung- gunung tersebut yaitu yaitu Gunung Petarangan, Gunung Prahu, Gunung Sipandu, Gunung Alang, Gunung Pangonan 2.144 mdpl, Gunung Nagasari 2.351 mdpl, dan Gunung Gajah Mungkur 2.094 mdpl. Tabel 2 Gunung-gunung dan ketinggiannya di Dataran Tinggi Dieng No Gunung Ketinggian mdpl 1 Gunung Petarangan 2.722 2 Gunung Prahu 2.565 3 Gunung Sipandu 2.241 4 Gunung Alang 2.210 5 Gunung Pangonan 2.144 6 Gunung Nagasari 2.351 7 Gunung Gajah Mungkur 2.094 Sumber: Kecamatan Batur Dalam Angka 2013 Selain itu kawasan Dataran Tinggi Dieng juga dilewati sungai atau kali yang terdiri dari Kali Bojong, Kali Merawu, Kali Princingan, Kali Panaraban, Kali Dolog, Kali Siton, Kali Putih, dan Kali Tulis. Kali-kali tersebut memiliki muara akhir di waduk pembangkit listrik Mrica atau Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman. Apabila terjadi longsor di kawasan Dataran Tinggi Dieng maka berpengaruh pada sedimentasi waduk tersebut. Tabel 3 Sungai-sungai dan panjangnya yang melewati Dataran Tinggi Dieng No Gunung Panjang km 1 Kali Bojong 3 2 Kali Merawu 13,6 3 Kali Princingan 2 4 Kali Panaraban 4 5 Kali Dolog 3 6 Kali Siton 6 7 Kali Putih 6 8 Kali Tulis 15 Sumber: Kecamatan Batur Dalam Angka 2013 Kawasan Dataran Tinggi Dieng juga merupakan kawasan vulkanik yang memiliki beberapa kawah aktif meliputi Kawah Timbang, Kawah Sikidang, Kawah Upas, Kawah Sileri, Kawah Condrodimuko, Kawah Sibanteng, dan Kawah Telogo Terus. Selain Kawah, terdapat juga telaga sebagai salah satu sumber mata air utama untuk pertanian yaitu Telaga Balekambang, Telaga Sikidang, Telaga Sewiwi, Telaga Merdada, Telaga Nirmala di Gunung Pangonan, dan satu sumur besar yang disebut Sumur Jalatunda. Kondisi geografis Dataran Tinggi Dieng menunjukkan sebuah kawasan dengan dataran yang berbukit dan bergelombang. Kawasan ini merupakan area tangkapan catchment area dan merupakan hulu dari Daerah Aliran Sungai DAS Serayu. Lahan-lahan di Dataran Tinggi Dieng 57 digunakan untuk lahan pertanian bukan sawah hortikultur dan 43 lainnya digunakan untuk peruntukan lain. Berdasarkan data pada Tabel 1 diketahui bahwa hanya Desa Sumberejo dan Dieng Kulon yang penggunaan lahan pertaniannya lebih kecil dari lahan non pertanian. Desa-desa lain penggunaannya lebih banyak untuk kegiatan pertanian yaitu Desa Batur 69 , Pesurenan 56 , Bakal 61 , Karangtengah 69 , Pekasiran 61 , dan Kepakisan 78 . Fakta penggunaan lahan yang terdapat pada Tabel 4 menunjukkan bahwa area pertanian terluas di Dataran Tinggi Dieng yang terlingkup di Kecamatan Batur adalah di Desa Batur yang merupakan desa terluas. Area pertanian yang merupakan tegalan mencapai dua hingga delapan kali lipat dibanding desa-desa lainnya. Tabel 4 Penggunaan lahan di Kecamatan Batur No Desa Tanah Darat ha Kolam ha Lain-lain ha Jumlah ha Tegalan Pekarangan 1 Batur 844,432 67,49 1 299,22 1.212,143 2 Sumberejo 527,857 131,272 - 199,700 792,932 3 Pesurenan 86,446 60,511 - 7,463 154,42 4 Bakal 298,625 58,176 - 127,05 484,84 5 Dieng Kulon 100,603 49,856 - 157,547 337,846 6 Karangtengah 341,08 50,711 - 97,04 488,811 7 Pekasiran 524,807 19,825 - 174,986 719,217 8 Kepakisan 329,975 19,572 0,5 182,736 526,862 JUMLAH 3.047,705 458,362 1,5 1.209,543 4.717,1 Sumber: Kecamatan Batur Dalam Angka 2013 Dataran Tinggi Dieng merupakan area yang subur untuk pertanian dengan kondisi tanag berjenis andosol, regasol, olivial, dan glie humus. Tanah Andosol ada di setiap desa dan berkombinasi dengan jenis tanah lainnya. Jenis tanah di Desa Batur merupakan asosiasi dari jenis tanah glie humus dan olivial kelabu serta asosiasi andosol coklat dan regasol coklat. Klasifikasi lengkap tentang jenis tanah di Kecamatan Batur terdapat pada Tabel 5. Tabel 5 Jenis tanah di masing-masing desa di Kecamatan Batur No Desa Jenis Tanah 1 Batur Asosiasi glie humus olivial kelabu; Asosiasi andosol coklat regasol coklat 2 Sumberejo Asosiasi glie humus olivial kelabu; Asosiasi andosol coklat regasol coklat 3 Pesurenan Asosiasi andosol coklat regasol coklat 4 Bakal Asosiasi andosol coklat regasol coklat 5 Dieng Kulon Asosiasi andosol coklat regasol coklat 6 Karangtengah Asosiasi andosol coklat regasol coklat 7 Pekasiran Asosiasi andosol coklat regasol coklat 8 Kepakisan Asosiasi andosol coklat regasol coklat Sumber: Kecamatan Batur Dalam Angka 2002 Dataran Tinggi Dieng merupakan wilayah dengan iklim tropis sejuk. Suhu pada siang hari berkisar antara 15 - 20 C, pada malam hari dapat berada di bawah angka tersebut sekitar 18 - 3 C. Kelembaban udara berkisar antara 84-85 . Supeno et al 2014 menjelaskan bahwa pada Bulan Juli atau awal Agustus terdapat tiga hari dimana suhu udara berada di nol derajat hingga menghadirkan hujan salju, yang disebut oleh masyarakat sebagai ‘embun upas’ atau embun racun yang dapat merusak tanaman perdu, termasuk tanaman horikultur yang menjadi andalan petani dan menyebabkan petani mengalami kerugian hingga sampai ratusan juta rupiah. Musim hujan dan musim kemarau terjadi silih berganti sepanjang tahun. Pada umumnya bulan basah lebih banyak dibanding bulan kering. Pada Tahun 2011 curah hujan tahunan di Kecamatan Batur sebanyak 3.240 mm dengan jumlah hari hujan 127 hari. Pada Tahun 2010 jumlah hari hujan lebih banyak yaitu 209 hari namun curah hujan lebih rendah yaitu 3.081 mm. Kondisi iklim ini bersifat homogen di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi di Dataran Tinggi Dieng 1. Kondisi Demografi Berdasarkan data Kecamatan Batur Dalam Angka 2013 diketahui jumlah penduduk di Dataran Tinggi Dieng yang terlingkup di Kecamatan Batur adalah sejumlah 37.206 jiwa dengan proporsi laki-laki sebanyak 18.924 jiwa dan perempuan sebanyak 18.282 jiwa. Jumlah tersebut meningkat dari tahun-tahun sebelumnya dan berdasarkan pola pertumbuhan penduduk diketahui bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Batur saat ini jumlahnya meningkat sebanyak 6.546 jiwa atau sebesar 0,82 dibanding jumlah penduduk pada tahun 1990. Kepadatan penduduk di Dataran Tinggi Dieng pada tahun 2013 dengan luas wilayah 47,17 km 2 adalah 788,76 jiwa km 2, jumlah ini berkurang dari kondisi kepadatan pada tahun 2010 yaitu 829 jiwakm 2 . Laju pertumbuhan penduduk di Dataran Tinggi Dieng, Kecamatan Batur periode dekade 1990-2000 adalah 0,85 kemudian meningkat menjadi 0,92 pada dekade 2000-2010 Tabel 6. Tabel 6 Perkembangan jumlah penduduk di Kecamatan Batur menurut desa tahun 1990-2010 No Desa Jumlah Penduduk jiwa Kepadatan penduduk per km 2 Laju Pertumbuhan Penduduk 1990 2000 2010 1990 2000 2010 1990- 2000 2000- 2010 1 Batur 9959 10078 10916 211 213 231 0,98 0,92 2 Sumberejo 3943 5183 5578 84 110 118 0,76 0,92 3 Pesurenan 2084 2452 2747 44 52 58 0,85 0,89 4 Bakal 3108 3607 3912 66 76 83 0,86 0,92 5 Dieng Kulon 2648 3070 3303 56 65 70 0,86 0,93 6 Karangtengah 4075 4546 4693 86 96 99 0,90 0,97 7 Pekasiran 3691 4605 5114 78 98 108 0,80 0,90 8 Kepakisan 1972 2456 2846 42 52 60 0,80 0,86 JUMLAH 30660 35997 39109 650 763 829 0,85 0,92 Sumber: Diolah dari Kecamatan Batur Dalam Angka 1990, 2001, 2011 Dilihat dari struktur penduduk berdasarkan kelompok usia, pada tahun 2013 sebanyak 65 penduduk di Kecamatan Batur adalah penduduk usia produktif 15-64 tahun. Kelompok usia terbesar berikutnya adalah penduduk usia 0-14 tahun sebanyak 26 dan kelompok usia lanjut di atas 64 tahun sebanyak 9 . Rasio beban tanggungan dependency ratio di Kecamatan Batur adalah sebesar 53,19 yang berarti setiap orang yang berusia kerja dianggap produktif mempunyai tanggungan sebanyak 53 orang yang belum produktif 0-14 tahun dan dianggap tidak lagi produktif di atas 64 tahun. Rasio beban tanggungan tersebut terbagi ke dalam 39,89 untuk rasio beban tanggungan umur muda youth dependency ratio dan 13,31 untuk rasio beban tanggungan umur tua old dependecy ratio. Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk serta rasio ketergantungannya di Kecamatan Batur tahun 2013 Kelompok Usia Jumlah Usia Muda 0-14 Tahun 12.066 26 Usia Produktif 15-64 Tahun 30.249 65 Usia Tua 64 Tahun 4.026 9 Jumlah Penduduk 46.341 100 Rasio Ketergantungan 53,19 Sumber: Kecamatan Batur Dalam Angka 2014 Apabila dilihat perbandingan rasio ketergantungan antar desa diketahui bahwa Desa Kepakisan pada tahun 1990 memiliki rasio ketergantungan tertinggi dan Desa Pesurenan pada tahun yang sama memiliki rasio ketergantungan terendah. Pada tahun 2002, Desa Batur memiliki rasio ketergantungan tertinggi dan Desa Pesurenan masih dalam posisi rasio ketergantungan penduduk yang terendah. Pada tahun 2013 rasio ketergantungan tertinggi terdapat di Desa Pekasiran. Selanjutnya secara keseluruhan, apabila dibandingkan dengan kondisi pada dekade 1990-an diketahui bahwa rasio ketergantungan memperlihatkan kondisi yang terus menurun hingga tahun 2002 dan 2013. Hal ini menunjukkan bahwa beban yang ditanggung oleh usia produktif menjadi semakin sedikit. Rasio beban tanggungan di Desa Batur pada tahun 1990 berada di angka 86 , pada tahun 2002 menjadi 77 , dan menurun pada tahun 2013 menjadi 53. Komposisi penduduk pada tahun 2013 didominasi oleh usia produktif antara 15 hingga 64 tahun yaitu sebanyak 65 . Usia tua di atas 64 tahun hanya 9 dan usia muda berada di presentase 26 . Kondisi tersebut menunjukkan bahwa di Kecamatan Batur sudah hampir mencapai situasi bonus demografi. Tenaga kerja di usia muda banyak terserap di sektor pertanian. Sumber: Diolah dari Kecamatan Batur dalam Angka Tahun 1990, 2003, dan 2014 Gambar 9 Perbandingan rasio beban tanggungan penduduk di Kecamatan Batur tahun 1990, 2002, dan 2013 Sumber: Diolah dari Kecamatan Batur dalam Angka Tahun 1990, 2003, dan 2014 Gambar 10 Perbandingan sex ratio penduduk di Kecamatan Batur periode 1990 – 2013 Dari sisi perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan sex ratio di Kecamatan Batur pada tahun 2013 diketahui sejumlah 102,17 artinya penduduk laki-laki relatif lebih banyak dibanding jumlah penduduk perempuan. Pada tahun yang sama sex ratio terbesar terdapat di Desa Dieng Kulon sejumlah 109,13 dan terkecil di Desa Karang Tengah sejumlah 96,63. Di Desa Batur, rasio jenis kelamin menunjukkan 102,08 pada tahun 2013 yang meningkat dari jumlah di 20 40 60 80 100 120 140 160 Rasio Beban Tanggungan di Kecamatan Batur Tahun 1990, 2002, dan 2013 1990 2002 2013 20 40 60 80 100 120 S e x R a t i o Perbandingan Sex Ratio di Kecamatan Batur Periode 1990-2013 1990 1994 1998 2002 2006 2010 2013 tahun 1990 yaitu 90. Berdasarkan perbandingan data tahun 1990 – 2013 tampak kecenderungan naiknya jumlah penduduk laki-laki dibanding penduduk perempuan. 2. Kondisi Kemiskinan Menurut data TNP2K 2012, di Kecamatan Batur terdapat rumahtangga dan individu dengan kondisi kesejahteraan terendah di Indonesia yang masing- masing terbagi menjadi tiga kategori. Pertama, rumah tangga dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10 terendah di Indonesia berjumlah 967 rumah tangga dengan 4.351 individu. Kedua, rumah tangga dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 11 - 20 terendah di Indonesia berjumlah 1.174 rumah tangga dengan 4.535 individu. Ketiga, rumah tangga dengan 21 - 30 terendah di Indonesia berjumlah 1.374 rumah tangga dengan 4.606 individu. Di antara 1.374 rumah tangga dengan kesejahteraan 20 -30 terendah, 391 rumah tangga dikepalai oleh kepala rumah tangga perempuan. Sejumlah 61 kepala rumah tangga perempuan berusia dibawah 45 tahun, 138 berusia antara 45 tahun hingga kurang dari 60 tahun, dan 192 lainnya merupakan perempuan berusia di atas 60 tahun. Para rumah tangga miskin tersebut sudah terdedah listrik dari PLN sebagai sumber penerangan, pada tahun 2012 ada 6 rumah tangga yang belum menggunakan listrik. Dari aspek bahan bakar untuk memasak, sebanyak 947 rumah tangga menggunakan bahan bakar gas LPG dan 2.558 rumah tangga menggunakan bahan bakar non-gas yang lebih identik dengan penggunaan tungku kayu bakar. Fasilitas buang air besar pada rumah tangga miskin 56 menggunakan jamban sendiri, 33 menggunakan jamban umum, dan 11 tidak mengakses keduanya artinya bisa membuang di kebun atau sungai.

3. Kondisi Ketenagakerjaan Pada Rumah Tangga Miskin

Pada rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan 30 terendah versi data TNP2K 2012 di Kecamatan Batur diketahui terdapat 7.690 individu bekerja dan 4.489 individu tidak bekerja. Penduduk bekerja merupakan individu yang pada saat survei sedang bekerja atau sementara tidak bekerja misalnya menunggu panen, sedangkan penduduk tidak bekerja merupakan individu yang tidak bekerja dan tidak menunggu kegiatan kerja tertentu. Jumlah tersebut terbagi dalam tiga kelompok umur yang terinci pada Tabel 8. Tabel 5 Jumlah individu yang bekerja dan tidak bekerja menurut kelompok usia dengan status kesejahteraan 30 terendah di Kecamatan Batur Individu bekerja Individu tidak bekerja Usia 5 - di bawah 15 tahun 57 2.383 Usia 15 - di bawah 60 tahun 6.894 1.544 Usia di atas 60 tahun 739 562 Jumlah 7.690 4.489 Sumber: Data TNP2K 2012

4. Kondisi Pendidikan Pada Rumah Tangga Miskin

Pada rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan 30 terendah versi data TNP2K di Kecamatan Batur didapatkan klasifikasi anak yang bersekolah dan anak yang tidak bersekolah. Anak yang bersekolah adalah anak yang pada saat survei masih bersekolah dan anak yang tidak bersekolah adalah anak yang pada saat survei tidak bersekolah atau belum bersekolah. Diketahui bahwa semakin tinggi jenjang sekolah dilihat dari usia sekolah jumlah anak yang tidak bersekolah lebih tinggi dibanding jumlah anak yang bersekolah Tabel 9. Perbandingan jumlah anak yang bersekolah dan tidak bersekolah pada usia 13-15 tahun adalah 82,21 sedangka pada usia 16-18 tahun hanya 8,27 . Tabel 9 Jumlah anak bersekolah dan tidak bersekolah berdasarkan usia pada rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan 30 terendah di Kecamatan Batur Usia Bersekolah Tidak bersekolah 7-12 tahun 1.459 102 13-15 tahun 305 371 16-18 tahun 50 607 Jumlah 1.814 1.080 Sumber: Data TNP2K 2012 Tabel 10 Partisipasi sekolah berdasarkan jenis kelamin pada rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan 30 terendah di Kecamatan Batur Tingkat Sekolah Jumlah Anak Bersekolah Perempuan Laki-laki SDMI 832 877 SMPMTS 173 141 SMAMA 24 19 Perguruan Tinggi 5 2 Total 1.034 1.039 Sumber: Data TNP2K 2012 Pada Tabel 10 diketahui secara keseluruhan partisipasi sekolah anak laki- laki dan perempuan hampir seimbang dengan jumlah 1.034 pada anak perempuan dan 1.039 anak laki-laki. Namun secara rinci diketahui bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya, partisipasi sekolah anak perempuan lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Pada usia SD, partisipasi sekolah anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan. Kemudian memasuki jenjang SMP, SMA, dan perguruan tinggi partisipasi sekolah anak laki-laki lebih rendah dibanding anak perempuan.

5. Kondisi Kesehatan Pada Rumah Tangga Miskin

Pada rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan 30 terendah versi data TNP2K 2012 di Kecamatan Batur, terdapat beberapa fenomena kesehatan yang secara khusus berkait dengan masyarakat miskin yaitu kecacatan dan penyakit kronis. Jumlah penderita cacat dan penyakit kronis lebih tinggi pada penduduk laki-laki dibanding perempuan. Penderita cacat laki-laki berjumlah 56 jiwa dan perempuan berjumlah 44 jiwa. Penderita penyakit kronis laki-laki berjumlah 112 jiwa dan perempuan berjumlah 87 jiwa. Tabel 11 Jumlah individu yang menderita cacat dan penyakit kronis berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin berdasarkan status kesejahteraan 30 terendah di Kecamatan Batur Usia Penderita cacat Penyakit kronis P L P L Usia 0 - di bawah 15 tahun 3 2 2 2 Usia 15 - di bawah 45 tahun 18 22 17 14 Usia 45 - di bawah 60 tahun 9 16 26 29 Usia di atas 60 tahun 14 16 52 67 Jumlah 44 56 87 112 Sumber: Data TNP2K 2012 Jumlah rumah tangga dengan status kesejahteraan 30 terendah memanfaatkan sumber air minum dari air ledeng dan sumber air tanah. Sejumlah 5 rumah tangga memanfaatkan sumber air ledeng, 3.108 rumah tangga memanfaatkan sumber air tanah yang terlindungi, dan ada 392 rumah tangga menggunakan air dari sumber air yang tidak terlindungi. Sumberdaya Alam di Dataran Tinggi Dieng Kawasan Dieng merupakan kawasan dengan potensi sumberdaya alam yang kaya, baik sebagai area konservasi, kehutanan, sumberdaya panas bumi, maupun pariwisata dan pertanian. Kawasan Dieng merupakan habitat bagi satwa dan tumbuhan yang dilindungi dan sebagian diantaranya terancam punah. Beberapa spesies yang tercatat masih hidup Pemkab Banjarnegara 2012 antara lain Harimau Tutul Panthera pardus, Babi Hutan Sus verrcosus, Owa Hylobates moloch, Surili Presbytis comata, dan Lutung Trachypthecus auratus, serta 19 spesies burung endemik Jawa termasuk diantaranya Elang Jawa Spizaetus bartelsii. Tanaman yang ada di Dataran Tinggi Dieng merupakan tumbuhan endemik yang hanya hidup di pegunungan Dieng seperti Purwoceng Pimplinea pruacen yang merupakan tanaman obat, serta tanaman Carica Carica candamarcensis. Kawasan Dataran Tinggi Dieng juga merupakan kawasan yang potensial untuk sumber panas bumi. Khususnya di Kabupaten Banjarnegara, sumber panas bumi ini terletak di Kecamatan Batur. Pada tahun 1918 di masa pemerintahan Hindia Belanda, telah dimulai penyelidikan mengenai sumber panas bumi yang ada di Dataran Tinggi Dieng. Pada tahun 19641965 UNESCO menetapkan Dataran Tinggi Dieng sebagai salah satu sumber panas bumi yang memiliki prospek sangat bagus di Indonesia. Saat ini, sumber panas bumi tersebut dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara BUMN PT. Geo Dipa Energi Persero. Pada tahun 1970 United States Geological Survei USGS melakukan survei geofisika serta mengebor 6 sumungkal pada kedalaman 150 meter dengan temperatur 92- 173 derajat celcius. Tahun 1976-1994 Pertamina telah menyelesaikan pengeboran sekitar 27 sumur uji. Pada tahun 2012, total kapasitas dua unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU Dieng mencapai 110 megawatt. Selain sebagai potensi alam yang menjadi sumber energi, keberadaan kawah sumber panas bumi di Dieng juga perlu diwaspadai. Keberadaan kawah menghasilkan berbagai macam jenis gas, khususnya CO2. Pada tahun 1979 tercatat 142 penduduk menjadi korban gas beracun akibat erupsi Kawah Sinila. Bencana gas beracun ini tidak bisa diprediksi dengan mudah karena sifatnya tidak kasat mata. Bencana yang sama juga menimpa Dataran Tinggi Dieng pada tahun 2011 dan 2013 akibat erupsi Kawah Timbang. Selain sebagai pusat panas bumi, Kawasan Dataran Tinggi Dieng juga merupakan wilayah tangkapan yang menjadi hulu Sungai Serayu. Dieng menjadi penyangga bagi kabupaten dan kota yang dilingkupinya serta kelestariannya berpengaruh terhadap ketersediaan pasokan listrik wilayah Jawa dan Bali melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Unit Bisnis Pembangkit UBP Mrica di Banjarnegara. Kerusakan hutan di Dataran Tinggi Dieng menyebabkan sedimentasi waduk Jenderal Sudirman sebesar 4 juta tontahun dan telah tersedimen sebesar 40 dari kapasitasnya pada tahun 2012. Faktanya air Sungai Serayu telah megalami tingkat erosi yang cukup tinggi yaitu 4,2 juta m3tahun. Angka erosi tersebut menurut PT Indonesia Power 2012 yang tercantum dalam dokumen Roadmap Pemulihan Kawasan Dieng Banjarnegara oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara 2012 diakibatkan oleh kegiatan pertanian manusia dan erosi alami tebing sungai Merawu. Data inflow PLTA UBP Mrica dinyatakan bahwa rata-rata inflow tahunan adalah 74,73 m3detik. Kecenderungan laju inflow selama tahun 1988-2011 mengalami fluktuasi mulai dari 46,31 m3detik sampai dengan 111,30 m3detik. Sumber panas bumi ini juga menjadi daya tarik wisata Dataran Tinggi Dieng. Berbagai kawah yang terdapat di kawasan tersebut menjadi destinasi wisata yang dikunjungi oleh banyak turis baik domestik maupun mancanegara. Selain kawah, kondisi keindahan alam dan udara yang sejuk juga menarik banyak pengunjung datang ke Dataran Tinggi Dieng. Situs-situs purbakala yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng juga menjadi daya tarik wisatawan. Saat ini, khususnya wilayah Dieng yang masuk ke area Kabupaten Banjarnegara mendapatkan perhatian khusus dari khalayak wisatawan apalagi sejak digelarnya festival tahunan yang dinamakan Dieng Culture Festival. Data yang dirilis oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Banjarnegara tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah wisatawan yang mengunjungi Dieng mencapai angka 500.000 pengunjung dan 5.000 diantaranya adalah turis asing. Kekhasan sumberdaya utama yang menjadi andalan masyarakat di Dataran Tinggi Dieng adalah sumberdaya alam yang dimanfaatkan untuk pertanian. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa peruntukkan lahan untuk pertanian lebih luas dibandingkan dengan peruntukkan lahan untuk kepentingan lain lihat kembali Tabel 1. Iklim yang sejuk menyebabkan kawasan ini cocok sebagai tempat budidaya komoditas hortikultura, terutama kentang Solanum Tuberosum L. yang banyak dibudidayakan oleh petani setempat. Usaha tani kentang merupakan usaha