Pemerintah Strategi Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Pada Rumah Tangga Petani Di Dataran Dieng.

Peningkatan kapasitas ekonomi dilakukan melalui upaya-upaya riil teknis yang berfokus di bidang pertanian dan kehutanan, bidang pariwisata, dan bidang usaha mikro kecil dan menengah UMKM. Pada bidang pertanian dan kehutanan difokuskan pada upaya untuk mendorong budidaya tanaman kentang organik, budidaya carica, serta menggiatkan penanaman kopi dan jeruk keprok. Aktifitas- aktifitas yang didorong di bidang pertanian tersebut sekaligus mendorong sektor kehutanan dalam upaya konservasi. Pada bidang UMKM dilakukan dengan meningkatkan kapasitas masyarakat untuk mengembangkan industri rumahan pengolahan carica, keripik kentang, dan industri pengolahan bulu domba. Pada bidang pariwisata dilakukan penataan lokasi-lokasi wisata, pengembangan kebudayaan lokal, dan meningkatkan nilai jual wisata di Dataran Tinggi Dieng melalui penyelenggaraan acara Dieng Culture Festival DCF yang diselenggarakan setiap tahun sejak tahun 2010. DCF meliputi kegiatan paket wisata alam dan wisata budaya yang biasanya diselenggarakan pada tengah tahun antara bulan Juli-Agustus. Selain mendorong penjualan pariwisata, pada saat DCF juga dimanfaatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di Dataran Tinggi Dieng. Pemerintah menyadari bahwa masyarakat di Dataran Tinggi Dieng memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan bisa didorong melalui peningkatan kapasitas mereka. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah lebih diarahkan pada upaya menciptakan lapangan kerja dan peningkatan ekonomi masyarakat yang tidak berbasis lahan. Hal ini diusahakan untuk memutus anggapan bahwa sumber ekonomi satu-satunya adalah lahan sekaligus upaya pelestarian kawasan Dataran Tinggi Dieng. Upaya tersebut masih terus dilakukan.

2. Swasta

Keterlibatan sektor swasta untuk turut berpartisipasi dalam pengelolaan kawasan Dataran Tinggi Dieng telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara No.4 Tahun 2013 tentang Pengelolaan DAS. Pada pasal 48 ayat 1 disebutkan bahwa untuk pengelolaan DAS kontribusi dana coorporate social responsibility CSR sebesar 35 . Terdapat dua perusahaan besar yang operasinya terkait dengan kawasan Dataran Tinggi Dieng yaitu PT Geodipa Energi yang bergerak di bidang sumber energi panas bumi dan PT Indonesia Power yang menaungi pengelolaan waduk Jenderal Soedirman di Banjarnegara. Kontribusi yang telah dilakukan oleh pihak swasta berhubungan dengan upaya konservasi dan penghijauan di Dataran Tinggi Dieng. Beberapa tahun terakhir telah dilakukan upaya penghijauan atas prakarasa kerjasama PT Indonesia Power dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Banjarnegara melalui penanaman kopi. Penanaman kopi tersebut merupakan program yang dimasukkan melalui desa ke kelompok tani dan organisasi pemuda. Pada tahun 2014 PT Indonesia Power memberikan 10.000 bibit kopi jenis arabica kepada masyarakat di desa Batur, Karang Tengah, dan Pekasiran untuk ditanam di lahan pertanian dan di sekitar area Telaga Merdada. Pemilihan komoditas kopi ini berdasarkan hasil studi banding didaerah Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Pertimbangan komoditas kopi dapat ditanam di Dataran Tinggi Dieng adalah kondisi iklim mikro yang sama antara Dieng dan Pangalengan. Penanaman kopi yang diinisiasi dari kerjasama PT Indonesia Power dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan ini juga dibantu oleh kelompok pecinta alam di Kecamatan Batur yaitu Kelompok Pecinta Alam Batur KPAB. Tidak semua petani penguasa lahan mau menanam kopi di lahan pertaniannya. Sebagian ada yang memilih menanam beberapa pohon dengan tujuan mencoba “siapa tahu jadi” dan dengan syarat tidak membahayakan bagi tanaman kentang. Golongan petani yang berpartisipasi menanam adalah mereka yang rata-rata menguasai lahan di atas 0,5 ha. Petani dengan penguasaan lahan dibawah 0,5 ha jarang yang mau berpartisipasi menanam kopi. Golongan penguasa lahan dibawah 0,5 ha beralasan bahwa tanaman kopi hanya akan merimbuni tanaman kentang yang menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak maksimal dan dapat menurunan pendapatan. Selain itu tanaman kopi dirasa tumbuh dalam jangka waktu lama sehingga keuntungan ekonomi tidak dapat segera dinikmati. Alasan-alasan keterlibatan petani untuk berpartisipasi dalam penanaman kopi ini juga terkait dengan afiliasi mereka terhadap kelompok- kelompok dalam masyarakat. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dalam BAB 5 bahwa semakin luas penguasaan lahan maka akses terhadap modal semakin tinggi, termasuk akses terhadap informasi.

3. Lembaga Donor

Lembaga donor yang turut berperan dalam upaya perbaikan fungsi lingkungan melalui proyek proyek Strengthening Community-Based Forest and Watershed Management SCBFWM adalah United Nation Development Program UNDP. Proyek tersebut dilakukan untuk menekan angka perusakan hutan di wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo tepatnya di SUB DAS Tulis yang terus mengalami deforestasi. Proyek SCBFWM tersebut turut mendorong lahirnya Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara No. 4 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan DAS. Selain mendorong perbaikan kelembagaan di level pemerintah daerah, proyek ini mendorong perbaikan kesadaran masyarakat terhadap penyelamatan lingkungan melalui upaya penanaman tanaman keras di wilayah Dataran Tinggi Dieng dengan melibatkan partisipasi masyarakat, pemerintah daerah, dan sektor swasta. Proyek ini dilakukan dalam periode tahun 2010-2014. Berdasarkan informasi 3 sebelum kegiatan SCBFWM angka deforestasi yang terjadi di Sub DAS Tulis tercatat sekitar 131 hektar per tahun. Lalu dengan target penekanan angka kerusakan hutan sebesar 25 persen, selama pelaksanaan proyek telah terjadi tambahan tutupan hutan sekitar 659 hektar. Kegiatan SCBFWM ini selanjutnya menggerakkan petani-petani muda yang memiliki perhatian terhadap keberlanjutan pertanian untuk melakukan konservasi di lahan pertanian maupun di tempat-tempat lain. Termasuk di dalamnya adalah kelompok pecinta alam KPAB yang selain memiliki perhatian untuk membersihkan sampah dari gunung-gunung di kawasan Dataran Tinggi Dieng juga terlibat aktif dalam upaya penanaman pohon secara rutin. 3 Hasil wawancara www.suaramerdeka.com dengan Eko Budi Wiyono, Fasilitator SCBFWM Regional Yogyakarta, http:berita.suaramerdeka.comsmcetakproyek-penguatan-hutan-tekan- kerusakan-hutan

4. Masyarakat

Perhatian masyarakat terhadap persoalan di Dataran Tinggi Dieng terutama terkait persoalan iklim muncul dari kelompok-kelompok masyarakat yang diinisiasi oleh golongan muda. Diantara kelompok-kelompok yang ada adalah kelompok pecinta alam KPAB dan kelompok tani Dieng Horti Farm DHF. Aktifitas KPAB dititikberatkan pada kegiatan penanaman pohon untuk penyelamatan sumber mata air di Dataran Tinggi Dieng. Kesadaran akan berkurangnya debit air dan kebutuhan air bersih terutama di musim kemarau dimana kebutuhan air bersih berebut dengan kebutuhan air untuk pertanian akhirnya membuat KPAB berkonsentrasi pada hal ini. Penggunaan air bersih pada musim kemarau biasanya dibagi penggunaan mata airnya yaitu pagi untuk Batur Selatan dan malam untuk Batur Utara Pada tahun 2014 KPAB melakukan penanaman di KPH Pekalongan Timur yang sumber airnya mengalir ke Kecamatan Batur. Pohon yang ditanam adalah Bentami dan Eucalyptus. KPAB juga membantu penanaman kopi yang merupakan program dari kerjasama PT Indonesia Power dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Banjarnegara yang ditanam di wilayah Telaga Merdada. Fokus pemulihan kondisi mata air dilakukan terutama untuk memenuhi pasokan kebutuhan air untuk masyarakat, hal ini penting termasuk dilakukan dengan penanaman pohon. Karena dampak jika terjadi erosi di Dataran Tinggi, efeknya sedimentasi akan sampai di Waduk Jenderal Sudirman.Selain penanaman pohon KPAB juga telah memiliki kegiatan intensif sejak pertengahan tahun 2013 yaitu pendakian gunung sekaligs bersih-bersih gunung di Dataran Tinggi Dieng serta survei kebakaran hutan termasuk penggantian pohon yang terbakarrusak. “Saat ini kesadaran lingkungan sifatnya masih individual dan belum semua orang sadar. Perlu ada contoh yang nyata. Saat ini penanaman kentang sudah bisa tumpang sari, misalnya dalam satu hektar tanaman minimal ada sepuluh tanaman Eucalyptus sebagai penyangga. Penanaman Eucalyptus ini memiliki prospek yang bagus apabila dilengkapi dengan percontohan pra dan pasca panen, ya seperti contoh untuk penyulingan minyaknya.Kalau begitu petani akan lebih banyak tertarik. Bagaimana pun petani kentang harus memiliki kesadaran lingkungan.” UD, 33 Tahun KPAB telah memiliki pengurus dan program-program yang mereka jalankan sudah dalam bentuk tertulis dan mengembangkan aktifitasnya dengan membuat jejaring di media sosial facebook. Jejaring tersebut dianggap sangat berguna karena banyak bermunculan sukarelawan yang bergabung untuk membantu kegiatan KPAB. Selanjutnya KPAB memiliki rencana pembuatan dan pengolahan pupuk organik. KPAB berusahan meningkatkan kesadaran lingkungan yang saat ini masih bersifat individual atau perorangan. Sebagai kelompok yang independen, KPAB ingin menjaring kesadaran lingkungan tersebut supaya dapat dilakukan lebih masif. Kelompok masyarakat lainnya yang turut aktif menanggapi isu yang muncul di kalangan petani adalah Kelompok Tani DHF. Kelompok tani ini merupakan kelompok yang dimotori oleh petani golongan muda dan memiliki pendidikan yang relatif tinggi yaitu SMA, D3, dan S1. Kelompok Tani DHF ini menekankan bahwa setiap anggota yang menjadi bagiannya merupakan orang yang mumpuni di bidangnya. Meskipun secara legal berasosiasi dengan Dinas Pertanian namun Kelompok Tani DHF ini tidak ingin dibentuk sebagai sarana untuk mencari bantuan dari pemerintah, DHF bersifat swadaya dan mandiri. DHF diarahkan untuk dapat memberi contoh dan jika berhasil dapat disebarluaskan kepada petani lainnya. Gagasan yang muncul di DHF didasari atas kekecewaan karena wacana pembentukan kluster-kluster pertanian tidak jadi dilakukan oleh pemerintah. Hal tersebut dirasa penting oleh anggota DHF karena jika kluster tersebut bisa terwujud, merupakan langkah yang baik karena akan muncul sentra- sentra pertanian sekaligus menjadi sentra penelitian dan pengembangannya. Kelompok tani yang diisi oleh petani-petani muda kreatif ini memperhatikan proses bagaimana informasi dapat terdistribusi dengan baik kepada semua golongan petani. Berbeda dengan kelompok tani yang ada kebanyakan, DHF tidak berfokus pada administrasi dan pengajuan proposal ke pemerintah tetapi lebih bergerak dari aras akar rumput. Peran Desa Dalam Konteks Adaptasi Perubahan Iklim Di Dataran Tinggi Dieng Lahirnya Undang-undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa memberikan satu keniscayaan bahwa desa memiliki otonomi untuk melakukan pembangunan dengan lebih leluasa melalui perencanaan yang dimulai dari inisiatif masyarakat. Pada Bab IX Pasal 78 ayat 1 disebutkan bahwa pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan. Ayat kedua dalam pasal tersebut menyebutkan pembangunan desa melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Rencana pembangunan desa dituangkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RPJMDes untuk jangka waktu 6 tahun dan dijabarkan dalam rencana tahunan yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa RKPDes. Melalui Undang-undang ini pemerintah dan masyarakat didorong untuk lebih kreatif dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di desanya. Kaitannya dengan isu perubahan iklim, khususnya yang dihadapi oleh petani di Dataran Tinggi Dieng merupakan isu baru dan diakui oleh pemeritah desa setempat belum menjadi perhatian desa. Pemahaman ini didasari dengan pernyataan yang diberikan oleh pemerintah desa di lokasi penelitian, Desa Batur, bahwa menurut pemerintah desa aspek yang paling terkait dengan iklim adalah pertanian. Persoalan pertanian merupakan persoalan individu masyarakat atau rumah tangga petani dan bukan menjadi tanggungjawab pemerintah desa. Pernyataan tersebut memiliki benang merah dengan strategi adaptasi perubahan iklim yang dilakukan oleh petani di Dataran Tinggi Dieng yang lebih memilih untuk melakukan adaptasi di tingkat rumah tangga karena alasan penguasaan sumber daya alam yang tidak bersifat komunal. “Petani cenderung melakukan segala sesuatunya secara pribadi dan yang lebih berperan bagi mereka adalah kelompok tani. Jika dilakukan pengukuran presentase, aktivitas pertanian yang dilakukan bersama