Swasta Strategi Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Pada Rumah Tangga Petani Di Dataran Dieng.

yang mumpuni di bidangnya. Meskipun secara legal berasosiasi dengan Dinas Pertanian namun Kelompok Tani DHF ini tidak ingin dibentuk sebagai sarana untuk mencari bantuan dari pemerintah, DHF bersifat swadaya dan mandiri. DHF diarahkan untuk dapat memberi contoh dan jika berhasil dapat disebarluaskan kepada petani lainnya. Gagasan yang muncul di DHF didasari atas kekecewaan karena wacana pembentukan kluster-kluster pertanian tidak jadi dilakukan oleh pemerintah. Hal tersebut dirasa penting oleh anggota DHF karena jika kluster tersebut bisa terwujud, merupakan langkah yang baik karena akan muncul sentra- sentra pertanian sekaligus menjadi sentra penelitian dan pengembangannya. Kelompok tani yang diisi oleh petani-petani muda kreatif ini memperhatikan proses bagaimana informasi dapat terdistribusi dengan baik kepada semua golongan petani. Berbeda dengan kelompok tani yang ada kebanyakan, DHF tidak berfokus pada administrasi dan pengajuan proposal ke pemerintah tetapi lebih bergerak dari aras akar rumput. Peran Desa Dalam Konteks Adaptasi Perubahan Iklim Di Dataran Tinggi Dieng Lahirnya Undang-undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa memberikan satu keniscayaan bahwa desa memiliki otonomi untuk melakukan pembangunan dengan lebih leluasa melalui perencanaan yang dimulai dari inisiatif masyarakat. Pada Bab IX Pasal 78 ayat 1 disebutkan bahwa pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan. Ayat kedua dalam pasal tersebut menyebutkan pembangunan desa melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Rencana pembangunan desa dituangkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RPJMDes untuk jangka waktu 6 tahun dan dijabarkan dalam rencana tahunan yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa RKPDes. Melalui Undang-undang ini pemerintah dan masyarakat didorong untuk lebih kreatif dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di desanya. Kaitannya dengan isu perubahan iklim, khususnya yang dihadapi oleh petani di Dataran Tinggi Dieng merupakan isu baru dan diakui oleh pemeritah desa setempat belum menjadi perhatian desa. Pemahaman ini didasari dengan pernyataan yang diberikan oleh pemerintah desa di lokasi penelitian, Desa Batur, bahwa menurut pemerintah desa aspek yang paling terkait dengan iklim adalah pertanian. Persoalan pertanian merupakan persoalan individu masyarakat atau rumah tangga petani dan bukan menjadi tanggungjawab pemerintah desa. Pernyataan tersebut memiliki benang merah dengan strategi adaptasi perubahan iklim yang dilakukan oleh petani di Dataran Tinggi Dieng yang lebih memilih untuk melakukan adaptasi di tingkat rumah tangga karena alasan penguasaan sumber daya alam yang tidak bersifat komunal. “Petani cenderung melakukan segala sesuatunya secara pribadi dan yang lebih berperan bagi mereka adalah kelompok tani. Jika dilakukan pengukuran presentase, aktivitas pertanian yang dilakukan bersama kelompok tani di Desa Batur sekitar 10 sedangkan 90 lebih dilakukan sendiri secara individu. ” SS, 54 tahun Fenomena tersebut menyuratkan bahwa peran desa seakan nihil dalam bidang pertanian dan isu-isu pengelolaan sumber daya alam. Pemerintah desa masih mengandalkan program-program yang masuk dari pihak luar seperti pemerintah kabupaten dan pihak lain yang masuk ke wilayahnya. Fungsi desa dalam program-program yang masuk tersebut masih terbatas pada fungsi “mengetahui atas desa” atau fungsi administrasi. Sebagai contoh, program- program yang masuk melalui kelompok tani dapat dikatakan hanya sekedar lewat untuk meminta tanda tangan kepala desa sebagai bentuk persetujuan proposal. Pelaksanaan program dan evaluasi tidak diketahui oleh pihak desa. “Fungsi desa hanya sebatas menjalankan fungsi administratif, jika ada proposal yang dibuat oleh kelompok tani tugas kepala desa adalah menandatangani sebagai bentuk mengetahui dari pihak desa. Ketika ada bantuan yang diberikan langsung ke kelompok tani desa tidak selalu tahu, kadang ada pelaporan namun tidak semuanya melaporkan hasilnya.” SS, 54 tahun Perihal pertanian, dapat dikatakan bahwa desa memiliki dilema dalam menghadapi persoalan tersebut. Selain karena persoalan pengelolaan sumber daya alam, faktor kecenderungan terhadap fokus pembangunan fisik desa juga menjadi penentu. Pemahaman pembangunan desa masih berfokus pada pembangunan fisik. Pada desa lokasi penelitian diketahui bahwa hal-hal yang tertuang dalam RPJMDes tidak menuangkan hal-hal spesifik tentang pertanian meskipun pemerintah desa menyadari bahwa sumber daya utama di Desa Batur sebagai bagian dari wilayah Dataran Tinggi Dieng adalah sektor pertanian. Telah muncul kesadaran bahwa sektor pertanian terancam dengan kondisi iklim ekstrem yang berarti petani juga memiliki ancaman kerentanan, namun pihak desa mengungkapkan bahwa kebutuhan pembangunan di desa belum sampai pada level perhatian terhadap pertanian dan perubahan iklim. Hal-hal yang dituangkan dalam RPJMDes lebih mengarah pada pembangunan sarana dan prasarana desa. Khusus di tahun 2015 penekanan pembangunan masih di sarana fisik meliputi sarana kesehatan desa, jalan, drainase, perkantoran, dan PAUD. Pembangunan sarana dan prasarana menjadi perhatian utama yang dituangkan dalam RPJMDes karena dinilai bahwa persoalan infrastruktur merupakan persoalan yang krusial dalam pembangunan desa. Kesadaran bahwa penanganan infrastruktur tidak cukup hanya mengandalkan anggaran Pemerintah Propinsi maupun Kabupaten menyebabkan pemerintah desa menerapkan pola pembangunan seperti itu. Hadirnya Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa bagi pemerintah desa lokasi penelitian sendiri merupakan hal baru yang masih dipelajari. Tidak berbeda dengan peran desa yang sebelumnya telah disebutkan, beban administrasi menjadi satu persoalan khusus bagi desa dalam rangka upaya implementasi undang-undang tersebut. Selain karena pengetahuan yang belum maksimal mengenai kebijakan baru tersebut, aturan mengenai pengelolaan keuangan desa melalui alokasi dana desa juga menjadi kebingungan tersendiri