Densitas Bilangan Iod Pengaruh Transesterifikasi Terhadap Sifat Fisiko Kimia Biodiesel

27 Tabel 11. Hasil analisis sifat fisiko kimia olein dan biodiesel olein Parameter Nilai Olein Biodiesel Olein Densitas gcm 3 0,91 ± 0,001 0,87 ± 0,001 Bilangan Iod mg Iodg 54,97 ± 0,88 57,14 ± 0,33 Bilangan Penyabunan mg KOHg 190,52 ± 1,65 192,46 ± 0,46 Bilangan Asam mg KOHg 0,49 ± 0,04 0,27 ± 0,01 FFA 0,22 ± 0,09 0,12 ± 0,01 Nilai dalam kolom olein dan biodiesel olein adalah rata-rata ± standar deviasi dari n=2

4.1.1.1 Densitas

Pada hasil pengukuran nilai densitas olein dan biodiesel olein terdapat perubahan nilai densitas. Densitas biodiesel olein menjadi lebih kecil dibandingkan bahan baku awal. Paremater ini menyebabkan kekentalan atau viskositas biodiesel lebih kecil juga. Sifat fisik densitas merupakan salah satu parameter paling mudah untuk membedakan antara minyak dan biodiesel hanya melihat dari sifat kekentalannya. Biodiesel pada umumnya memiliki densitas dan viskositas yang lebih kecil dibandingkan bahan baku awal yang digunakan. Nilai densitas olein adalah 0,91 gcm 3 sedangkan densitas biodiesel olein yang dihasilkan adalah 0,87 gcm 3 . Menurut Gerpen 2000, nilai standar densitas FAME adalah 0,86–0,90 gcm 3 Konversi olein menjadi biodiesel lewat reaksi transesterifikasi ini merupakan solusi untuk menurunkan nilai densitas sehingga proses pembakaran dalam ruang bakar berjalan dengan baik. Nilai densitas biodiesel berpengaruh terhadap pemanasan dan penggunaan bahan bakar yang memasuki ruang bakar. Kondisi ini digambarkan sebagai nilai viskositas kinemateik FAME. Biodiesel yang baik memiliki viskositas kinematik yang besar Tat dan Gerpen 2000. Biodiesel olein yang memiiki kandungan metil ester palmitat C . Berdasarkan acuan literatur tersebut, maka biodiesel olein yang dihasilkan dalam penelitian ini memenuhi standar internasional biodiesel. 16:0 dan metil ester oleat C 18:1 dominan memiliki nilai viskositas kinematik cukup besar yaitu masing-masing 4,32 mm 2 s dan 4,45 mm 2

4.1.1.2 Bilangan Iod

s Worgetter et al. 1998. Nilai bilangan iod dalam biodiesel menggambarkan banyaknya ikatan rangkap tidak jenuh dalam biodiesel. Asam lemak dan metil ester tidak jenuh mampu menyerap sejumlah iod yang akan membentuk senyawa jenuh Ketaren 1996. Berdasarkan data pengujian, dapat diketahui bahwa proses transesterifikasi tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan bilangan iod. Hal ini dikarenakan proses transesterifikasi tidak memotong ikatan rangkap dalam molekul asam lemak. Proses transesterifikasi juga tidak menggunakan suhu yang terlalu tinggi sehingga tidak mempengaruhi ikatan rangkap dalam trigliserida. Hasil pengukuran bilangan iod olein diperoleh angka 54,97 mg I 2 g dan nilai bilangan iod biodiesel 57,14 mg I 2 Nilai bilangan iod menunjukkan ketidakjenuhan biodiesel. Apabila jumlah komponen tidak jenuh ini sangat tinggi dalam biodiesel maka dapat menyembabkan menurunkan cloud point , menurunkan angka setana, menurunkan stabilitas dan meningkatkan NOx. Penurunan cloud point merupakan manfaat positif karena menyebabkan biodiesel dapat digunakan ditempat bersuhu rendah. Sementara penurunan angka setana dan stabilitas adalah manfaat negatif karena menurunkan kualitas biodiesel. Selain itu, tingginya komponen dengan ikatan rangkap ≥ 2 dapat g. 28 menyebabkan auto oksidasi metil ester dengan udara membentuk senyawa berikatan silang dan bersifat tidak larut. Senyawa yang terbentuk berisiko menghambat operasi pompa suplai bahan bakar dan menyumbat filter. Kondisi ini menganggu mesin yang sedang beroperasi dan tidak efisien Gerpen 2004.

4.1.1.3 Bilangan Penyabunan