Densitas Biodiesel Fraksinasi Pengaruh Proses Fraksinasi Terhadap Sifat Fisiko Kimia Biodiesel

35 sebesar 4,32 mm 2 Apabila dilihat dari parameter lain, metil ester oleat cukup baik untuk aplikasi sebagai bahan bakar. Klopfenstein dan Walker 1983 menyebutkan bahwa energi pembakaran metil ester oleat terbilang cukup tinggi yaitu 38,9 MJkg sementara standar minimum yang dibutuhkan adalah 35 MJkg. Berkaitan dengan angka setana, metil ester oleat memiliki angka setana cukup baik yaitu 55 dibandingkan dengan standar SNI mengharuskan minumum angka setana 51. Angaka setana ini mengambarkan ukuran keterlambatan antara pemasukan bahan bakar fuel injection dengan pembakaran fuel ignition dimana angka setana yang semakin tinggi menunjukan waktu yang lebih singkat antara fuel injection dengan fuel ignition. s Worgetter et al. 1998. Biodiesel SF dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar campuran biodiesel yang rendah akan komponen tidak jenuh Freedman dan Bagby 1989.

4.2.4 Pengaruh Proses Fraksinasi Terhadap Sifat Fisiko Kimia Biodiesel

Proses fraksinasi biodiesel dapat mengubah biodiesel properties atau karakteristik biodiesel baik secara fisiko kimia. Perubahan sifat tersebut dimanfaatkan untuk penggunaan biodiesel untuk tujuan khusus. Berikut adalah beberapa perubahan parameter fisiko kimia biodiesel fraksinasi.

4.2.4.1 Densitas Biodiesel Fraksinasi

Biodiesel yang mengalami proses fraksinasi mengalami perubahan nilai densitas. Pada dasarnya proses fraksinasi akan membagi biodiesel menjadi dua komponen yang berbeda berat molekulnya. Pada suhu yang digunakan, hanya beberapa molekul yang mampu menguap dan membentuk Biodiesel HF. Sementara biodiesel SF didominasi oleh molekul dengan titik didih tinggi. Bobot molekul ini berpengaruh terhadap nilai densitas biodiesel. Selain itu juga, menurut Worgetter et al. 1998, banyaknya ikatan tidak jenuh dan panjang rantai akan mengakibatkan tingginya nilai densitas. Data nilai densitas biodiesel HF dan SF disajikan pada Lampiran 12. Densitas Biodiesel HF Nilai densitas biodiesel secara umum lebih rendah dibandingkan dengan biodiesel awal sebelum proses fraksinasi densitas biodiesel awal 0,87 gcm 3 . Terlihat pada Lampiran 12, nilai densitas biodiesel HF secara keseluruhan berada di bawah 0,87 g cm 3 . Nilai densitas terkecilnya adalah 0,862 gcm 3 pada kondisi proses 230-10 dan 235-10. Untuk nilai densitas tertinggi biodiesel HF diperoleh pada kondisi 230-12 dengan nilai 0,865 gcm 3 Nilai densitas yang kecil pada biodiesel untuk bahan baku surfaktan akan mempengaruh surfaktan MES yang dihasilkan. Ariawiyana 2011 memproduksi surfaktan MES dengan bahan baku biodiesel olein menghasilkan nilai densitas MES 0,9776 gcm . Dengan menggunakan analisis varian α=5, dapat diperoleh informasikan bahwa faktor perlakukan tidak berpengaruh nyata p0,05 pada nilai densitas biodiesel HF Lampiran 13A. 3 . Apabila diproduksi surfaktan MES dengan biodiesel HF maka nilai densitas MES C 16 akan lebih kecil dibawah angka 0,9776 gcm 3 karena densitas metil ester C 16 yang kecil. Hal ini berpengaruh pada aplikasi MES C 16 Densitas Biodiesel SF yang akan lebih mudah larut pada penggunaanya. Nilai densitas biodiesel SF secara umum lebih besar dibandingkan dengan biodiesel awal sebelum proses fraksiansi densitas biodiesel awal 0,87 gcm 3 . Densitas biodiesel SF pada semua kondisi percobaan berada di atas 0,87 gml. Densitas tertinggi dicapai pada kondisi proses 36 suhu 235 o C dan waktu 12 jam sebesar 0,883 gcm 3 . Sedangkan nilai densitas terendanya adalah 0,878 gcm 3 pada kondisi proses 225 o C dan waktu 10 jam. Analisis varian α=5, menghasilkan informasi bahwa terdapat faktor perlakuan yang berpengaruh terhadap nilai densitas SF. Faktor yang berpengaruh nyata tersebut adalah lama waktu proses p-value=0,02840,05. Melalui uji lanjut Duncan, diperoleh kesimpulan bahwa nilai densitas biodiesel SF berbeda pada waktu proses 10 jam dengan waktu proses 12 jam. Nilai rataan tertinggi menurut Duncan Grouping adalah waktu proses 12 jam menghasilkan nilai densitas 0,882 gcm 3 . Sementara waktu proses 10 jam menghasilkan rataan nilai densitas 0,878 gcm 3 Lampiran 13B. Gambar 26 berikut disajikan grafik beda nyata penggunaan lama waktu proses yang mempengaruhi densitas biodiesel SF. Gambar 26. Grafik pengaruh waktu proses terhadap densitas biodiesel SF Pada aplikasi biodiesel SF untuk bahan bakar, knothe 2008 menyatakan bahwa metil ester oleat merupakan jenis metil ester terbaik yang perlu ada secara dominan dalam bahan bakar untuk dapat memperbaiki karakteristik alkil ester bahan bakar sekitar 60–90. Karakteristik melting point alkil oleat suhu -20 o C cocok untuk pemanfaatan bahan bakar pada suhu rendah. Selain iu juga, viskositas kinematik metil ester oleat meningkat dari 4,45 mm 2 s pada suhu 40 o C menjadi 21,33 mm 2 s pada suhu -10 o

4.2.4.2 Bilangan Iod Biodiesel Fraksinasi