4 karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak. Suhu yang digunakan saat
minyak mengalami proses degumming adalah 85°C. Pada proses degumming ini ditambahkan asam phosphat untuk mengikat gum dalam minyak. Jumlah asam phosphat yang digunakan pada
umumnya sekitar 0,5-2 kg untuk laju alir sekitar 3 tonjam minyak sawit. Proses bleaching merupakan tahap lanjutan dari proses degumming atau sering disebut
proses pemucatan minyak. Degummed oil melalui tahap bleaching untuk memisahkan pigmen yang terkandung dalam minyak menggunakan bahan aktif sehingga warna minyak menjadi lebih
cerah. Komponen tambahan dalam proses ini adalah bleaching earth. Bleaching earth tersusun atas beberapa senyawa yaitu SiO
2
, Al
2
O
3
, air terikat, ion kalsium, magnesium oksida, dan besi oksida. Jumlah bleaching earth yang ditambahkan adalah sekitar 0,3-1,2 dari laju alir minyak
yang diproses. Minyak kemudian disaring menggunakan filter guna memisahkan asam phosphat yang sudah mengikat gum dan bleaching earth yang sudah mengikat pigmen minyak. Filter yang
digunakan dalam penyaringan adalah menggunakan filter khusus bertekanan yaitu pressure leaves filters
atau banyak disebut sebagai Niagara Filter dalam dunia industri. Suhu minyak diatur cukup tinggi yaitu 150
o
2.1.1.2 Proses Deodorisasi
C agar mampu menurunkan viskositas minyak dan proses dipercepat dengan pemberian tekanan sebesar 6 bar agar proses penyaringan berjalan sempurna.
Deodorisasi merupakan teknik pengurangan komponen volatile dalam minyak yang menyebabkan minyak berbau serta bermanfaat dalam menghilangkan material pengotor minyak
yang mampu dihilangkan dengan pemanasan suhu tinggi. Kondisi proses deodorisasi biasanya menggunakan suhu 220-260
o
2.1.1.3 Proses Winterisasi
C dalam kondisi vakum sekitar 2 milibar. Proses deodorisasi terjadi dalam double wall packed column. Minyak masuk melalui bagian atas deodorizer dan mengalami
kontak dengan beberapa tray deodorizer sehingga minyak terhambur dan bagian volatile minyak menguap yang kemudian ditangkap oleh vapour scrubber. Material yang menguap ini disebut
juga sebagai PFAD palm fatty acid distillate. Minyak dari hasil deodorisasi ini merupakan RBD Palm Oil. RBD Palm Oil ini memiliki kandungan utama stearin dan olein.
Proses winterisasi merupakan proses tahap akhir untuk memisahkan komponen minyak berdasarkan titik beku. Melalui proses ini dihasilkan dua jenis minyak yaitu olein dan
stearin. Olein merupakan fase cair minyak sawit dalam suhu ruang, sementara stearin berbentuk padat dalam suhu ruang. Proses ini disebut sebagai wet fractionation karena memisahkan
komponen minyak dengan teknik pendinginan. Proses winterisasi ini terjadi dalam filter press. Minyak dilewatkan dalam filter press secara horizontal. Saat melewati filter ini, stearin akan
terperangkap dalam kantong-kantong filter karena bentuknya yang padat saat pendinginan, sementara olein menembus kantong filter yang permeabel terhadap olein.
Hasil dari pemurnian minyak sawit ini dihasilkan dua material komponen yang sangat berguna di masyarakat. Olein dan stearin banyak digunakan dalam berbagai industri. Olein
merupakan komponen edible yang disebut sebagai minyak goreng untuk kebutuhan memasak. Sementara stearin banyak digunakan untuk pembuatan shortening dan margarin. Indonesia
memiliki kapasitas ekspor produk olein dan sterain yang cukup besar setiap tahunnya. Kondisi ini didukung dengan berlimpahnya tanaman sawit dan produksi CPO yang meningkat setiap
tahunnya. Data kapasitas produksi olein dan stearin dalam negeri menurut data BPS 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.
5 Tabel 1. Kapasitas produksi olein dan stearin dalam negeri
Tahun Olein
Stearin Volume
Ton Pertumbuhan
Volume Ton
Pertumbuhan 2005
45.268 1.173.033
2006 3.528.583
7.695 1.386.438
18 2007
3.692.092 5
936.135 -32
2008 3.831.411
4 1,121,388
20 2009
4.107.638 7
1.554304 39
Sumber : BPS 2010
Setiap tahunnya, produksi olein dan stearin meningkat yang didukung oleh penguasaan terhadap teknologi pemurnian minyak sawit. Tahap pemurnian ini sebenarnya tahap
awal dalam pengolahan minyak sawit karena pada dasarnya minyak sawit mampu diturunkan menjadi berbagai produk lanjutan dengan nilai tambah lebih.
2.1.2 Komponen Olein