Bilangan Penyabunan Nilai Asam

28 menyebabkan auto oksidasi metil ester dengan udara membentuk senyawa berikatan silang dan bersifat tidak larut. Senyawa yang terbentuk berisiko menghambat operasi pompa suplai bahan bakar dan menyumbat filter. Kondisi ini menganggu mesin yang sedang beroperasi dan tidak efisien Gerpen 2004.

4.1.1.3 Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan pada biodiesel menggambarkan jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan komponen asam lemak dan metil ester. Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul. Minyak dan metil ester yang memiliki bobot molekul rendah akan memiliki nilai bilangan penyabunan yang lebih tinggi Ketaren 1996. Hasil uji bilangan penyabunan menunjukkan bahwa olein memiliki angka penyabunan yang lebih rendah dibandingkan biodiesel olein. Nilai bilangan penyabunan olein yang diperoleh adalah 190,52 mg KOHg, sedangkan bilangan penyabunan biodiesel olein adalah 192,46 mg KOHg. Perubahan yang terjadi pada bilangan penyabunan diakibatkan karena perubahan molekul dari senyawa trigliresida menjadi metil ester. Senyawa trigliserida merupakan molekul yang lebih besar dibandingkan metil ester. Molekul metil ester yang lebih kecil ini menghasilkan nilai bilangan penyabunan yang meningkat. Bilangan penyabunan juga menjadi parameter untuk menentukan jenis minyak dan biodiesel. Minyak dan biodiesel dengan nilai bilangan penyabunan yang besar pada umumnya didominasi oleh molekul asam lemak dan metil ester dengan rantai pendek.

4.1.1.4 Nilai Asam

Nilai bilangan asam dan kadar asam lemak bebas atau free fatty acid FFA dapat diperoleh dalam uji secara bersamaan. Nilai asam merupakan ukuran dari jumlah asam lemak bebas dalam senyawa minyak atau metil ester. Secara garis besar, nilai bilangan asam dan kadar FFA mengalami penurunan selama proses transesterifikasi. Penurunan yang terjadi diakibatkan karena pengaruh reaksi dengan metanol yang mengubah asam lemak bebas menjadi metil ester. Sementara itu, masih terdapat asam lemak bebas yang berada dalam biodiesel karena reaksi yang kurang maksimal sehingga tidak secara sempurna mengkonversi asam lemak menjadi metil ester. Nilai bilangan asam dan FFA untuk olein berturut-turut adalah 0,49 mg KOHg dan 0,22. Nilai asam olein ini berbeda dengan biodiesel olein dimana bilangan asam dan FFA adalah 0,27 mg KOHg dan 0,12 . Kandungan FFA dalam dalam minyak dan biodiesel mempengaruhi proses penyabunan. Apabila kandungan FFA sangat tinggi dalam olein dan biodiesel olein maka FFA akan bereaksi dengan katalis basa sehingga membentuk sabun. Namun, jika nilainya sangat kecil maka tidak berpengaruh nyata. Hal ini yang mendasari pemilihan proses pembuatan biodiesel. Jika FFA 2 maka proses produksi biodiesel menggunakan 2 tahap reaksi yaitu esterifikasi dan transesterifikasi. Ini dilakukan agar FFA dalam minyak dikonversi langsung menjadi metil ester dengan bantuan katalis asam sulfat. Proses transesterfikasi tidak dipilih pada minyak dengan FFA 2 adalah karena FFA akan bereaksi dengan katalis basa KOH atau NAOH dan membentuk sabun sehingga proses berjalan tidak sempurna. Kandungan FFA yang sangat tinggi dalam biodiesel berpengaruh pada kinerja mesin diesel. FFA dalam biodiesel mampu menyebabkan kerusakan pada karet mesin dan bersifat korosif terhadap mesin. Oleh karenanya, pada biodiesel diharuskan memiliki FFA yang kecil. Cvengros 1998 menyebutkan standar biodiesel Eropa mensyaratkan nilai bilangan asam ≤ 0,5 mg KOH g. 29 4.2 DESAIN PROSES FRAKSINASI 4.2.1 Proses Fraksinasi Biodiesel