32 Gambar 23. Grafik pengaruh waktu terhadap volume produksi biodiesel SF
4.2.3 Pengaruh Proses Fraksinasi Terhadap Komposisi FAME Biodiesel
Proses fraksinasi mengubah komposisi fatty acid methyl ester dalam biodiesel. Metil ester memiliki titik didih yang beragam sesuai dengan panjang rantai masing-masing. Semakin
panjang rantai metil ester, maka semakin tinggi juga titik didih metil ester tersebut Goodrum 2002. Proses fraksinasi biodiesel sangat berbeda dengan fraksinasi petrodiesel atau bahan bakar
solar. Menurut Wenzel dan Schulze Lammers 1997 menyatakan bahwa kebanyakan biodiesel tersusun dari asam lemak C
16
dan C
18
yang memiliki titik didih hampir sama atau saling berdekatan antar komponen. Hal ini berbeda dengan solar yang tersusun dari campuran
hidrokarbon alifatik dan aromatik dengan titik didih yang sangat berbeda. Bahan bakar solar memiliki kurva titik didih mulai dari suhu 200
o
C untuk memisahkan fraksi-fraksinya. Berbeda dengan metil ester minyak nabati yang mulai mendidih pada suhu 300
o
4.2.3.1 Komposisi FAME Biodiesel Hasil Fraksinasi
C pada kondisi mendekati tekanan normal.
Pada analisis menggunakan gas kromatografi diperoleh data bahwa setiap satuan percobaan memiliki komposisi FAME yang beragam. Penggunaan suhu dan waktu proses mampu
menghasilkan produk biodiesel HF yang mengandung metil ester palmitat C
16:0
secara dominan pada setiap satuan percobaan. Selain metil ester palmitat, pada biodiesel fraksinasi ini terdapat
metil ester yang lain yang mampu terbaca oleh GC yaitu metil ester miristat C
14:0
, metil ester stearat C
18:0
, metil ester oleat C
18:1
, metil ester linoleat C
18:2
Tabel 12. Hasil analisis komponen FAME biodiesel HF . Data analsis GC untuk
biodiesel HF dapat dilihat pada Tabel 12.
Kondisi Proses Komponen FAME
Metil Ester C Metil Ester C
16:0
Lainnya C
18:1 14:0
, C
18:0
, C
18:2
225-10 63,13
7,02 5,91
225-12 74,26
12,04 7,42
230-10 68,10
7,25 8,13
230-12 74,11
15,29 9,54
235-10 77,03
6,50 7,38
235-12 80,17
11,42 8,24
10 20
30 40
10 jam 12 jam
V o
lu m
e S F
lite r
Waktu Proses
Chart Title
Suhu 225oC Suhu 230oC
Suhu 235oC
33 Pada Tabel 12, kemurnian tertinggi metil ester palmitat dalam biodiesel HF diperoleh
dari kondisi proses fraksinasi suhu 235
o
Uji Tukey digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar respon dari komponen FAME yang dihasilkan oleh semua biodiesel HF Lampiran 11A. Uji ini
menghasilkan informasi bahwa produksi metil ester palmitat C C dan waktu proses 12 jam. Proses ini mampu
menghasilkan rataan kemurnian 80,17 . Hal ini berarti dalam 100 ml biodiesel terdapat 80,17 gram fraksi metil ester palmitat. Nilai kandungan metil ester palmitat ini cukup tinggi
dibandingkan dengan biodiesel awal sebesar 29,64 bb. Tingginya kemurnian metil ester palmitat pada biodiesel HF 235-12 mengindikasikan bahwa proses ini merupakan proses terbaik
dibandingkan perlakukan yang lain.
16
berbeda nyata dengan komponen lain dalam biodiesel HF dan tersebar dalam semua satuan percobaan. Komponen metil
ester palmitat memiliki jumlah signifikan paling tinggi dibandingkan komponen lain. Namun, produksi metil ester C
16
C18: 2 CIS 9,12 C18: 1 CIS
C18: 0 C16: 0
C14: 0 90
80 70
60 50
40 30
20 10
Komponen FAME J
u m
la h
b v
masih memiliki titik out layer atau berada diantara rentang titik minimum dan maksimum yaitu pada HF1, 225-10 dengan jumlah metil ester terendah 55,02
bv. Gambar 24 berikut ini adalah boxplot uji Tukey biodiesel HF.
Gambar 24. Boxplot uji Tukey biodiesel HF Menurut Matheson 1996, biodiesel yang kaya akan kandungan metil ester C
16
sangat baik untuk pembuatan surfaktan. Hal ini terlihat dari surfaktan yang dihasilkan karena
memperlihatkan karakteristik dispersi yang baik, sifat detergensi yang tinggi, dan tidak adanya fosfat serta bersifat mudah didegradasi. Ballestra 2008 menyatakan bahwa surfaktan MES C
16
tahan terhadap air dengan tingkat kesadahan yang tinggi dibandingkan dengan jenis surfaktan anionik lainnya. Selain itu, kemampuan performance surfaktan MES C
16
4.2.3.2 Komposisi FAME Biodiesel Sisa Fraksinasi