Komponen Olein OLEIN SAWIT

5 Tabel 1. Kapasitas produksi olein dan stearin dalam negeri Tahun Olein Stearin Volume Ton Pertumbuhan Volume Ton Pertumbuhan 2005 45.268 1.173.033 2006 3.528.583 7.695 1.386.438 18 2007 3.692.092 5 936.135 -32 2008 3.831.411 4 1,121,388 20 2009 4.107.638 7 1.554304 39 Sumber : BPS 2010 Setiap tahunnya, produksi olein dan stearin meningkat yang didukung oleh penguasaan terhadap teknologi pemurnian minyak sawit. Tahap pemurnian ini sebenarnya tahap awal dalam pengolahan minyak sawit karena pada dasarnya minyak sawit mampu diturunkan menjadi berbagai produk lanjutan dengan nilai tambah lebih.

2.1.2 Komponen Olein

Olein sawit merupakan trigliserida yang pada dasarnya merupakan triester dari gliserol dan tiga asam lemak. Seperti sebagian besar minyak nabati dan lemak hewan lainnya, komponen utama dari olein adalah trigliserida atau disebut juga triasigliserol triacyglycerol Knothe et al. 2004. Selain trigliserida, dalam olein juga terdapat komponen yang merupakan hasil hidrolisis trigliserida yaitu monogliserida memiliki satu asam lemak, digliserida memiliki dua rantai asam lemak, dan free fatty acid asam lemak bebas yang tidak terikat dalam ester gliserol. Setiap molekut trigliserida ini tersusun dari berbagai jenis asam lemak dengan panjang rantai yang berbeda-beda Mittelbach dan Remschmidt 2006. Gambar 2 merupakan contoh molekul trigliserida dengan 3 asam lemak oleat. Gambar 2. Contoh struktur molekul trigliserida a Gugus gliserol b Gugus asam lemak Panjang rantai dan letak ikatan rangkap menentukan sifat fisik baik asam lemak maupun trigliserida itu sendiri. Distribusi asam lemak jenuh ikatan tunggal dan asam lemak tidak jenuh ikatan rangkap dalam gliserol dalam minyak nabati tidak terjadi secara acak, namun ditentukan oleh enzim lipase selama proses biosintesis pada jaringan tanaman sawit Mittelbach dan Remschmidt 2006. O H 2 C–O–C–CH 2 7 –CH=CH–CH 2 7 –CH 3 asam oleat │ CH–O–C–CH 2 7 –CH=CH–CH 2 7 –CH 3 asam oleat │ O H 2 C–O–C–CH 2 7 –CH=CH–CH 2 7 –CH 3 asam oleat O b a 6 Setiap asam lemak memiliki sifat spesifik meski memiliki jumlah karbon yang sama. Ada tidaknya ikatan rangkap sangat berpengaruh terhadap sifat asam lemak tersebut. Gambar 3 adalah beberapa molekul asam lemak penyusun trigliserida minyak Cole dan Thomson 2001. a b c Gambar 3. Molekul asam lemak a Asam stearat C b Asam oleat C 18:0 c Asam linoleat C 18:1 Ketiga asam lemak diatas memiliki jumlah atom karbon yang sama yaitu 18 atom. Hal yang membedakan adalah ketidakjenuhan dilihat dari ada tidaknya ikatan rangkap. Asam stearat tidak memiliki ikatan rangkap dan disebut sebagai molekul asam lemak jenuh. Berbeda dengan asam lemak stearat, asam lemak oleat memiliki 1 ikatan rangkap cis dan asam linoleat memiliki 2 ikatan rangkap cis. Ikatan ini mempengaruhi struktur dan titik beku. Ketaren 1996, menyebutkan bahwa panjang rantai dan kejenuhan molekul minyak dan lemak mempengaruhi sifat fisiko kimia secara keseluruhan meliputi densitas, bilangan iod, bilangan penyabunan, bilangan asam, titik didih, titik nyala, titik beku, dan sifat yang lainnya. 18:2 Kandungan asam lemak berbeda-beda pada setiap jenis minyak. Komposisi asam lemak akan mempengaruhi sifat fisiko kimia minyak dan dapat menentukan penggunaan minyak tersebut secara spesifik. Tabel 2 menunjukan komposisi asam lemak yang terdapat dalam beberapa jenis produk minyak sawit. Tabel 2. Komposisi asam lemak produk minyak sawit Asam Lemak Jenis Bahan CPO PKO a Olein b Stearin c PFAD c d Laurat C 12:0 1,2 40 – 52 0,1 – 0,5 0,1 – 0,6 0,1 – 0,3 Miristat C 14:0 0,5 – 5,9 14 – 18 0,9 – 1,4 1,1 – 1,9 0,9 – 1,5 Palmitat C 16:0 32 – 59 7 – 9 37,9 – 41,7 47,2 – 73,8 42,9 – 51,0 Palmitoleat C 16:1 0,6 0,1 – 1 0,1 – 0,4 0,05 – 0,2 - Stearat C 18:0 1,5 – 8 1 – 3 4,0 – 4,8 4,4 – 5,6 4,1 – 4,9 Oleat C 18:1 27 – 52 11 – 19 40,7 – 43,9 15,6 – 37,0 32,8-39,8 Linoleat C 18:2 5 – 14 0,5 – 2 10,4 – 13,4 3,2 – 9,8 8,6-11,3 Linolenat C 18:3 1,5 0,1 – 0,6 0,1 – 0,6 Arakidat C 20:0 0,2 – 0,5 0,1 – 0,6 Sumber : a Godin dan Spensley 1971 dalam Salunkhe et al. 1992 b Swern 1979 c Basiron 1996 d Hui 1996 1 ikatan rangkap cis 2 ikatan rangkap cis 7

2.2 METIL ESTER

Metil ester atau umum dikenal sebagai biodiesel merupakan salah satu produk bahan bakar alternatif. Biodiesel dapat dihasilkan dari berbagai jenis minyak nabati seperti minyak sawit, minyak kelapa, minyak jarak, minyak kedelai dan minyak nabati lainnya. Berdasarkan molekul penyusunnya, biodiesel sering juga disebut sebagai FAME fatty acid metil ester. Biodiesel memiliki beberapa aspek keunggulan jika dibandingan dengan petrodiesel atau bahan bakar solar. Keunggulan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mampu dihasilkan dari sumber daya lokal yang dapat diperbaharui sehingga dapat mengurangi ketergantungan dan tetap menghemat penggunaan solar. 2. Memiliki sifat dapat terdegradasi. 3. Mengurangi emisi gas buang selain gas nitrogen oksida, NO x 4. Memiliki angka titik nyala yang tinggi sehingga lebih aman dalam penanganan dan penyimpanan. Bahan bakar berupa metil ester digunakan untuk mesin diesel dengan sistem kerja yang disebut compression-ignition engine. Pada sistem diesel ini, hanya udara yang masuk dalam ruang silinder saat kondisi intake. Selanjutnya udara dikompresi yang mengakibatkan besarnya tekanan dan tingginya suhu dalam ruang silinder. Pada saat itu juga diinjeksikan bahan bakar yang langsung terurai menjadi kabut. Pada kondisi ini, campuran udara dan bahan bakar menyebabkan pembakaran dalam ruang bakar karena suhu dan tekan yang tinggi. Proses ini disebut self-ignition atau autoignition Gerpen et al. 1996. Keunggulan-keunggulan tersebut mendukung penggunaan biodiesel sebagai pengganti bahan bakar solar. Selain itu, alasan utama penggunaan biodiesel ini karena memiliki angka viskositas kinematik yang mendekati angka viskositas kinematik bahan bakar solar Knothe et al. 2004. Menurut data dari Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia, kapasitas produksi biodiesel nasional meningkat setiap tahunnya seperti yang terlihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Kapasitas produksi biodiesel nasional No Tahun Kapasitas Produksi Industri Biodiesel juta kilolitertahun 1. 2008 1,8 2. 2009 2,9 3. 2010 3,9 4. 2011 4,4 Perkiraan Sumber : APROBI 2011

2.2.1 Komponen Metil Ester

Metil ester yang menyusun biodiesel terdiri atas beragam panjang rantai karbon atau umum dikenal sebagai fatty acid methyl ester. Kandungan FAME menggambarkan komposisi FAME dalam biodiesel yang merupakan hasil dari konversi asam lemak dalam bahan baku. Biodiesel dengan kandungan metil ester jenuh yang lebih banyak akan berbeda biodiesel yang tidak jenuh. Sifat ini yang menjadi dasar untuk dilakukan pemisahan FAME agar mendapatkan biodiesel dengan kemurnian rantai tertentu dan dapat digunakan pada aplikasi tertentu secara maksimal. Tabel 4 berikut menunjukan perbedaan sifat FAME yang telah dimurnikan.