38 Tingginya bilangan iod pada biodiesel sebenarnya tidak terlalu baik untuk aplikasinya
sebagai bahan bakar. Namun, molekul metil ester tidak jenuh juga perlu ada untuk meningkatkan kualitas biodiesel. Bilangan iod yang sangat tinggi dapat meninggalkan material sisa pembakaran
pada cincin piston, lubang injeksi bahan bakar, dan dudukan cincin piston. Sisi positif yang bisa diambil digunakan sebagai bahan bakar di tempat bersuhu rendah Kobmehl dan Heinrich 1997.
4.2.4.3 Bilangan Penyabunan Biodiesel Fraksinasi
Bilangan penyabunan biodiesel menggambarkan banyaknya molekul biodiesel yang mampu tersabunkan oleh senyawa basa. Pada proses penyabunan bodiesel, adanya FFA juga
mempengaruhi proses penyabunan karena senyawa basa akan bereaksi dengan asam lemak bebas dalam biodiesel. Bilangan penyabunan pada biodiesel HF dan SF menunjukan data yang beragam.
Data pengukuran bilangan penyabunan biodiesel HF dan SF disajikan pada Lampiran 16.
Bilangan Penyabunan Biodiesel HF
Bilangan penyabunan yang dihasilkan dari biodiesel HF berada pada nilai 184,33 mg KOHg hingga 199,43 mg KOHg. Nilai rata-ratanya adalah 191,08 mg KOHg sampel. Nilai
rataan ini lebih rendah dibandingkan dengan biodiesel awal yang digunakan bilangan penyabunan awal 192,46 mg KOHg. Nilai ini sebenarnya tidak terlalu signifikan berubah,
namun salah satu penyebab perubahan ini diindikasikan karena penurunan jumlah FFA dalam biodiesel. Pada reaksi penyabunan, FFA mampu bereaksi dengan senyawa basa membentuk
sabun. Semakin banyak FFA maka semakin besar pula nilai bilangan penyabunan. Selanjutnya melalui analisis varian
α=5, diperoleh informasi bahwa faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata p-value0,05 pada bilangan penyabunan biodiesel HF yang dihasilkan Lampiran 17A.
Bilangan Penyabunan Biodiesel SF
Nilai bilangan penyabunan biodiesel SF yang terukur berada pada angka 185,18 mg KOHg hingga 207,09 mg KOHg. Nilai rataannya adalah 194,91mg KOHg. Nilai ini lebih tinggi
dibandingkan biodiesel awal bilangan penyabunan awal 192,46 mg KOHg. Perubahan ini nilai ini salah satunya diakibatkan meningkatkannya kandungan FFA dalam biodiesel yang
menyebabkan reaksi penyabunan dengan katalis basa. Peristiwa ini dinamakan deaktivasi katalis. Pada aplikasinya sebagai bahan bakar, nilai bilangan penyabunan menggambarkan molekul yang
terdapat dalam biodiesel. Tingginya bilangan menyabunan menunjukan bahwa molekul dalam biodiesel cenderung berbobot molekul yang cukup sederhana.
Hasil analisis varian α=5, diperoleh informasi bahwa perlakuan berpengaruh nyata
pada bilangan penyabunan SF. Faktor yang berpengaruh tersebut adalah faktor waktu dan interaksi suhu dengan waktu. Pada pengaruh waktu diperoleh diperoleh nilai p-value 0,0035
α 0,05
. Uji lanjut Duncan untuk pengaruh waktu menunjukan bahwa lama waktu proses 10 jam sangat berbeda nyata dengan 12 jam dalam menghasilkan bilangan penyabunan biodiesel SF.
Rataan tertinggi nilai bilangan penyabunan diperoleh pada waktu proses 12 jam dengan nilai 199,79 mg KOHg. Sedangkan nilai untuk rataan 10 jam diperoleh bilangan penyabunan 190,04
mg KOHg Lampiran 17B. Pada pengaruh interaksi faktor perlakuan suhu dengan waktu diperoleh p-value 0,0089
α 0,05. Hasil uji lanjut Duncan menunjukan bahwa terdapat perbedaan nyata dari kombinasi perlakuan suhu dengan waktu. Pada Lampiran 16, kolom rataan
biodiesel SF, dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan yang terdapat dalam grup yang sama menyatakan bahwa kombinasi tersebut tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5.
39 Gambar 28 berikut ini menunjukan pengaruh faktor waktu dan interaksi suhu dengan
waktu terhadap bilangan penyabunan biodiesel SF.
Gambar 28. Grafik pengaruh waktu dan interaksi terhadap bilangan penyabunan biodiesel SF
4.2.4.4 Bilangan Asam Biodiesel Fraksinasi