8 Tabel 4. Angka setana, viskositas kinematik, energi pembakaran dan titik beku FAME
Parameter Komponen FAME
C C
14:0
C
16:0
C
18:0
C
18:1
C
18:2 18:3
Angka Setana 73,5
a
74,3 75,7
55,0 42,2
22,7 Viskositas Kinematik 40
o
Cmm
2
s 3,24
b
4,32 5,56
4,45 3,64
3,27 Energi Pembakaran MJkg
38,3
c
39,6 40,3
38,9 38,7
39,9 Titik Beku
o
C 19
d
30 39
-20 -35
-46
Sumber :
a
Liew et al. 1992
b
Norris dan Terry 1945
c
Drake and Spies 1935
d
Bonhorst et al. 1948
e
Wheeler dan Riemenschneirder 1939
f
Treibs 1942
Pada Tabel 4 di atas terlihat bahwa setiap panjang rantai tertentu dari FAME akan memiliki sifat dan menghasilkan kinerja yang berbeda. Karakteristik biodiesel menjadi parameter
kualitas mutu biodiesel. Setiap negara mempunyai standar tertentu dalam perdagangan biodiesel. Pada umumnya, standar ini adalah bentuk penyesuaian terhadap lingkungan negara tujuan
pembeli dan menyeragamkan mutu biodiesel. Negara empat musim di Eropa mengharapkan biodiesel dengan titik beku rendah agar tidak mengganggu kinerja mesin. Tabel 5 merupakan
standar metil ester untuk bahan bakar. Tabel 5. Standar metil ester untuk bahan bakar
Spesifikasi SNI
ASTM D6751
a
EN 14214
a b
Angka setana min 51
min 47 min 51
Viskositas kinematik 40 °C mm
2
2,3-6,0 s
1,9–6,0 3,5–5,0
Cloud point titik awan
maks. 18 dilaporkan
Stabilitas oksidasi pada 110 °C jam; Rancimat test
min 3 min 6
Sumber :
a
SNI 04-7182-2006 BSN 2006
b
Knothe 2008
2.2.2 Sifat Umum Metil Ester
Metil ester banyak digunakan sebagai bahan bakar pengganti untuk petrodiesel atau bahan bakar solar. Setiap sumber minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku biodiesel
akan menghasilkan biodiesel dengan sifat yang spesifik. Hal ini diakibatkan karena kandungan asam lemak yang beragam dalam setiap sumber minyak nabati. Oleh karenanya, dalam
perdagangan biodiesel dunia ditetapkan standar sifat biodiesel yang dilihat dari parameter tertentu. Berikut adalah beberapa parameter yang digunakan dalam standar biodiesel.
2.2.2.1 Densitas
Densitas merupakan salah satu sifat fisik biodiesel yang menunjukkan perbandingan berat biodiesel dalam volume tertentu. Densitas ini biasanya dinyatakan dalam kgm
3
atau gcm
3
. Pada umumnya suhu yang digunakan untuk pengukuran densitas ini adalah 25
o
C. Namun, untuk lemak atau bahan dengan titik cair yang tinggi dapat pula digunakan suhu 40
o
C atau 60
o
Pada umumnya biodiesel memiliki nilai densitas yang lebih besar dibandingkan solar. Standar untuk densitas FAME adalah 860–900 kgm
C Ketaren 1996.
3
pada 15
o
C. Sedangkan standar densitas
9 solar Eropa EN 590 yaitu 820–845 kgm
3
pada 15
o
Tabel 6. Nilai densitas FAME C. Perbedaan ini berakibat pada nilai
pemanasan dan konsumsi bahan bakar dalam ruang bakar yang volumetrik. Nilai dari densitas FAME sangat ditentukan pula oleh kemurnian komponen metil ester tertentu dalam biodiesel
Gerpen 1996. Di sisi lain, densitas meningkat dengan panjangnya rantai dan banyaknya ikatan rangkap Worgetter et al. 1998. Tabel 6 menjelaskan densitas komponan FAME dengan panjang
rantai tertentu. No
Komponen FAME Suhu Pengukuran
o
Density kgm C
3
1. Metil ester laurat C
12:0
15 873
a
2. Metil ester miristat C
14:0
20 867
3.
b
Metil ester palmitat C
16:0
20 884
4.
c
Metil ester stearat C
18:0
38 852
5.
d
Metil ester oleat C
18:1
20 874
6.
e
Metil ester linoleat C
18:2
15 894
7.
f
Metil ester linolenat C
18:3
15 904
Sumber :
f
a
Liew et al. 1992
b
Norris dan Terry 1945
c
Drake and Spies 1935
d
Bonhorst et al. 1948
e
Wheeler dan Riemenschneirder 1939
f
Treibs 1942
2.2.2.2 Bilangan Iod
Angka iod menunjukan ukuran total material tidak jenuh dalam biodiesel meliputi material mono-, di-, tri-, dan polyunsaturated. Dalam standar Eropa, nilai ini digambarkan dengan
banyaknya gram iod yang digunakan untuk menjenuhkan 100 gram sampel. Menurut Mittelbach dan Remschmidt 2006, bilangan iod untuk biodiesel standar Eropa dibatasi pada angka
≤ 120 gram I
2
2.2.2.3 Bilangan Penyabunan
100 gram. Tingginya nilai ketidakjenuhan material biodiesel berdampak pada penurunan stabilitas oksidasi. Terlalu banyak ikatan tidak jenuh dalam biodiesel juga berpengaruh
negatif pada operasi kerja mesin Schafer et al. 1998. Nilai iod berkorelasi dengan viskositas dan cetane number angka setana dimana jika terjadi penurunan angka viskositas dan angka
setana maka terjadi peningkatan nilai ketidakjenuhan atau tingginya nilai bilangan iod Worgetter et al.
1998
Bilangan penyabunan menjaadi parameter untuk melihat banyaknya material yang mampu dikonversi menjadi sabun. Bilangan penyabunan ini menggambarkan jumlah milligram
KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram material minyak atau biodiesel. Dalam pengujian penyabunan, material lemak atau biodiesel akan bereaksi dengan larutan KOH dalam
alkohol yang mampu membentuk sabun kalium. Bilangan penyabunan ini biasanya dipengaruhi oleh berat molekul bahan. Contoh uji penyabunan yang memiliki berat molekul lebih rendah akan
memiliki nilai penyabunan yang tinggi Ketaren 1996.
2.2.2.4 Nilai Asam